WpMag

Kamis, 17 Februari 2011

2.000 Beasiswa Unggulan

KOMPAS.com - Setidaknya 2.000 calon mahasiswa unggulan dari seluruh Indonesia ditargetkan menerima beasiswa dari Program Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2011. Apakah Anda salah satunya?
Program beasiswa yang sudah dijalankan oleh Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) sejak 2006 lalu itu ditujukan untuk calon mahasiswa yang akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang S-1 sampai S-3. Selain itu, kerja sama dengan berbagai pihak juga akan dilakukan agar dapat menjaring jumlah penerima beasiswa yang lebih banyak dari tahun sebelumnya.
"Target 2011 yaitu sekitar 2.000 mahasiswa untuk mahasiswa baru, tapi melalui pola kerja sama dengan pihak lain memungkinkan sampai 2.500 mahasiswa jenjang S-1 sampai S-3," kata Koordinator Program Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional AB Susanto, Selasa (25/01/2011) lalu.
Adapun, 5 sampai 10 persen dari total keseluruhan jumlah itu ditujukan untuk pelamar yang akan melanjutkan studinya ke luar negeri. Hanya, penerima Program Beasiswa Unggulan sampai saat ini masih berpusat di wilayah Pulau Jawa kendatipun sudah ada yang berasal dari luar Jawa seperti Ambon, Aceh, dan Kalimantan.
Diakui, hambatan menjaring mahasiswa di luar Pulau Jawa adalah soal persyaratan. Ada syarat IPK, TOEFL, atau kejuaraan, dan itu yang jarang sekali dipunyai oleh mahasiswa dari luar Jawa.
Namun demikian, usaha untuk mengundang lebih banyak mahasiswa dari luar Pulau Jawa, termasuk mahasiswa dari Indonesia bagian Timur tetap dilakukan. Dikti Kemdiknas akan bekerja sama dengan pihak-pihak ketiga. Artinya, pihak swasta yang nanti akan ditujukan ke mahasiswa yang ada di Indonesia bagian Timur seperti di Papua, NTT, Sulawesi, dan Maluku.
Sebagai catatan, seperti yang dituturkan AB Susanto, untuk mencapai target 2.000 sampai 2.500 mahasiswa baru tersebut sudah disiapkan anggaran sebesar Rp 127 Miliar. Hal itu agar ada kesempatan yang semakin luas bagi orang-orang yang memiliki prestasi unggul untuk bisa kuliah di dalam maupun luar negeri.
Selebihnya, diharapkan para alumni penerima beasiswa nantinya dapat membentuk jejaring. Dengan demikian, diharapkan dapat terjadi upaya saling tukar informasi, baik skil maupun pengalaman selama mendapatkan beasiswa unggulan tersebut.
Penulis: R.A. Khairun Nisa/Penerima Beasiswa Unggulan-Mahasiswa Magister Sains Psikologi UI

Rabu, 09 Februari 2011

Kebudayaan Tulungagung

1. Upacara Jamasan Kyai Upas

Kyai Upas adalah nam pusaka Kabupaten Tulungagung secara turun temurun diakui sebagai lambang kebesaran. Pusaka ini setiap tahun pada hari Jum’at Legi di bulan Suri (Muharam) dimandikan secara sakral.
Upacar ini dimulai dengan arak-arakan dari Pendopo Kabupaten, menuju Pendopo Kanjengan. Sesampainya di Kanjengan di sambut dengan gamelan monggang. Upacara jamasan dengan profesi tertentu dengan beraneka ragam sesaji. Setelah jamasan diadakan beberapa hiburan diantaranya tembang mocopat, wayang kulit dan kesenian tradisional lainnya.

2. Suru Wekasan

Suro Wekasan adalah upacara “laku” yang dilaksanakan masyarakat Wajak yaitu laku menelusuri Candi Dadi berdoa untuk keselamatan diri, keselamatan lingkungan, sampai keselamatan bangsa dan negara. Keistmewaan upasara ini adalah dilakukan oleh berbagai pemeluk agama yang dianut masyarakat Wajak (Islam, Kristen, Budha)untuk berdoa menurut agama serta keyakinan masing-masing dikomplek Candi Dadi. Upacara ini dilakukan setiap akhir bulan suro.

3. Tematen Kucing

Upacara ini dilaksanakan di air terjun Cuban Rondo yang di yakini dapat melancarkan aliran mata air di Cuban Rondo untuk irigasi penduduk Pelem dan sekitarnya. Proses ini dilakukan dengan subyek dua ekor kucing (Tirta Sari dan Joko Wono) dikawinkan dengan prosesi lazimnya manusia menjadi temanten. Mbah Sangkrah orang yang pertama melaksanakan ritual ini dilanjutkan M bah Sutomeja sampai sekarang.

4. Labuh Sembonyo

Labuh Sembonyo yang diyakini masyarakat sebagai wahana “asok glondhong pengareng-areng” terhadap Ratu Kidul penguasa laut selatan Labuh Sembonyo diselenggarakan etiap bulan Suro minggu kedua di Pantai Popoh.

5. Ulur-ulur

Ulur-ulur merupakan upacara adat yang di selenggarakan di telaga Buret setiap tahun pada hari Jum’at Legi bulan Suro. Kegiatan pokok adalah memandikan arca Dewi Sri Sedono dan tabur bunga di Telaga Buret petilasan Eyang Jigang Joyo dalam mitos sebagai seorang tokoh perintis pemanfaatan air telaga Buret untuk pertanian di Desa Sawo, Gedangan, Ngentrong dan Gamping. Pada upacara tersebut ada kegiatan “Ngelampet” yaitu membendung air telaga yang dilaksanaka dengan gotong-royong untuk irigasi. Cultur ini masih melekat dimasyarakat Sawo dan sekitarnya sampai sekarang berupa kegiatan gugur gunung dan bersih desa.

sumber: © http://wisatatulungagung.indonesiatravel.biz/wisata-dan-budaya/macam-wisata-budaya/

Sabtu, 05 Februari 2011

masyarakat sungai song

Sungai song merupakan sungai yang sangat penting bagi masyarakat Tulungagung. Hal ini dikarenakan sungai Song merupakan jalur air dari sungai Brantas menuju pantai Selatan. Jika air dari Sungai Brantas mengalir ke utara mungkin Tulungagung akan selalu terendam air. Seperti ketika tahun 80' an air di Sungai Song mengalir ke utara mengakibatkan beberapa wilayah di Tulungagung mengalami banjir. Diantara wilayah-wliayah yang terkena dampak arus air ke utara adalah kec kota,boyolangu, dan campur darat.
Ketika musim penghujan tiba peran sungai Song selain mengalirkan air ke pantai selatan juga sebagai tempat masyarakat mencari penghidupan. Banyak masyarakat di sepanjang sungai Song beralih profesi untuk mencari ikan. Karena kondisi alam yang tak memihak membuat para petani yang tinggal di daerah sungai Song mencoba unntuk merubah kegiatannya. Kebanyakan mereka mencari ikan bukan untuk dijual namun sebagai lauk bagi keluarganya. Banyak cara yang digunakan masyarakat dalam menangkap ikan di sungai, ada yang menggunakan jarring, pancing, dan bubu. Alat tangkap mereka sesuaikan dengan keadaan sungai. Mayoritas masyarakat menggunakan jarring untuk menangkap ikan. Jarring yang di gunakan juga beraneka ragam, ada jarring lempar,gill net, dan anco (jw:jebak). Banyak anco menancap di sepanjang sungai Song menambah ke uinikan tersendiri. Anco-anco ini bersifat permanen sehingga tidak dapat di pindah-pindah. Ikan yang biasa terperangkapoleh anco ini adalah ikan wader, betek, garingan,dll. Anco-anco yang tertancap di sepanjang sungai Song dilengkapi dengan tempat berteduh. Ini memudahkan masyrakat dan memberikan kenyamanan dalam menanngkap ikan.
Di samping masyrakat yang mencari ikan untuk konsumsi ada juga masyrakat yang mencari ikan untuk pakan ternak. Biasanya mereka mencari ikan pada sore hari, mungkin ini untuk mengisi hari luang mereka. Mereka menangkap ikan dengan menggunakan jaring lempar. Ikan yang biasa untuk makanan ternak adalah ikan cakar lumut (sapu-sapu). Ikan ini sering muncul ke permukaan, namun sebenarnya habitatnya adalah di dasar perairan. Hal ini dapat dilihatdari bentuk mulutnya yang menghadap ke bawah.ikan-ikan yang di dapat di gunaklan untuk memberi makan bebek atau hewan ternak yang lain.
Pada dasarnya sungai Song telah memberikan berkah tersendiri bagi kehidupan masyarakat. Banyak manfaat yang di ambil dengan adanya sungai Song ini. Mungkin saatnya masyarakat juga berperan dalam menjaga sungai Song. Dengan tidak membuang sampah di sungai Song adalah salah satu caranya. Agar kehidupan biota di dalam sungai Song tetap lestari, sehingga dapat di manfaatkan oleh generasi penerus.

PERAN WANITA NELAYAN DALAM PEMBANGUNAN PERIKANAN

Indonesia adalah negara yang memiliki pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, dengan panjang pantai kurang lebih 81.000 km. Dari 67.439 desa di Indonesia, kurang lebih 9.261 desa merupakan desa pesisir (Kusnadi, 2003) . Desa pesisir ini identik dengan masyarakatnya yang miskin dan menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan. Sektor perikanan merupakan potensi sumberdaya alam yang penting dan sangat dibutruhkan oleh masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir ini terdiri dari nelayan juragan (pemilik modal), nelayan kecil, nelayan buruh, pedagang pengepul, dll. Nelayan buruh merupakan nelayan yang tidak memiliki alat-alat produksi dalam kegiatan perikanan, seperti alat tangkap, perahu, dll. Nelayan buruh selalu dalam keterpurukan dan kesulitan dalam kehidupannya. Nelayan buruh selalu tertindas atas ketidak adilan dalam sistem bagi hasil dengan pemilik modal (juragan). Walaupun hasil yang didapat dalam melaut besar namun setelah dibagi  dengan pemilik modal hasilnya tidak seberapa. Kegiatan melaut yang sangat tergantung pada kondisi alam menambah keterpurukan kehidupan para nelayan. Alam yang sangat berbahaya dan tidak dapat ditaklukkan membuat para nelayan ini mencari banyak akal untuk menghadapai demi sesuap nasi. Disisi lain pendidikan para nelayan yang kurang telah menambah daftar kemiskinan masyarakat nelayan.
            Nelayan sangat menggantungkan hidupnya pada alam, jadi dalam mencari penghidupan nelayan dipaksa bisa membaca setiap bahasa isyarat dari alam. Musinm ikan tidak berlangsung sepanjang tahun, namun hanya beberapa bulan saja. Hal inilah yang membuat para nelayan harus selalu berfikir keraas bagaimana mendapatkan hasil yang lebih untuk digunakan diwaktu tidak melaut. Contohnya di perairan Madura , musim ikan (osom joko') hanya berlangsung antara bulan Desember-Maret dalam setiap tahunnya. Hanya sekitar empat bulan efektif bisa digunakan oleh para nelayan untuk bekerja. Di waktu tidak bekerja nelayan hanya bisa melakukan berbagai kegiatan dalam mengisi waktu luang yang ada. Kegiatan yang biasa yang dilakukan para nelayan ini ketika tidak musim ikan biasanya adalah memperbaiki jarring, perahu, dll. Musim ikan akan tiba dengan berbagai tanda yang di isyaratkan oleh alam seperti turunnya hujan dari 3-10 hari secara berturut-turut yang oleh para nelayan biasa disebut tracap. Pada musim kemarau tingkat penghasilan nelayan sangat minim dan sering tidak memperoleh hasil tangkapan sama sekali. Masa-,masa ini oleh para nelayan disebut laep atau paceklik. Musim paceklik ini berlangsung sekitar delapan bulan dan akumulasi simpanan penghasilan yang diperoleh pada musim ikan , tidak akan pernah mencukupi untuk mengatasi kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari rumah tangga nelayan (Kusnadi, 2003).
Wanita merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan pesisir hal ini disebabkan karena  posisi wanita  sangat strategis dalam kegiatan berbasis perikanan dan kelautan. Sebagai contohnya wanita sangat berperan sebagai pedagang pengecer, pengumpul ikan, pedagang besar, buruh upahan, maupun tenaga pengolah hasil perikanan. Namun demikian, dalam berbagai aspek kajian ataupun program-program pembangunan pesisir mereka tidak banyak tersentuh. Ketika banyak orang berbicara tentang nelayan yang terlintas dalam pikiran kita adalah kaum pria yang sebagian atau seluruh hidupnya berjuang menghadapi gelombang besar atau angin kencang untuk memperoleh hasil tangkapan ikan di tengah samodra yang luas. Pikiran demikianlah yang mendorong lahirnya program pembangunan perikanan yang bias gender seperti nampak pada berbagai program pemberdayaan masyarakat pesisir. Kondisi demikian telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena dalam budaya Indonesia, wanita identik dengan sosok nyang lemah, dan juga disebut sebagai ”kanca wingking” yang hanya berkutat pada berbagai urusan rumah tangga bahkan seperti dikatakan Djohan (1994) geraknyapun dibatasi dalam lingkup rumah tangga. Sehingga artikulasi peran wanita nelayan dalam kehidupan sosial dan budaya di pesisir menjadi kurang atau tidak tampak


Keterbatasan ekonomi keluargalah yang menuntut wanita nelayan termasuk anak-anak mereka bekerja di daerah pesisir. Dalam kegiatan perikanan laut wanita nelayan berperan sangat strategis terutama pada ranah pasca panen dan pemasaran hasil perikanan. Di beberapa wilayah pesisir peranan nelayan wanita sangat penting, juga sering menyentuh wilayah yang dianggap sebagai dunia kerja kaum laki-laki yaitu penangkapan ikan seperti yang banyak ditemukan dalam kegiatan penangkapan kepiting di daerah mangrove Teluk Bintuni Papua. Di daerah pesisir pantai Prigi banyak juga ditemukan wanita nelayan bukan lagi sebagai pengolah, ataupun penjual hasil perikanan namun lebih dari itu, para wanita nelayan ini menjadi buruh nelayan yang bekerja menarik jaring dari pinggir pantai. Tidak pandang tua ataupun muda, kondisi sedang sakit ataupun sehat, sedang berhalangan ataaupun tidak, para wanita nelayan ini bekerja keras demi sesuap nasi untuk membantu penghasilan sang suami. Walupun tak dipungkiri di pantai Prigi juga masih ada beberapa wanita nelayan yang bekerja mengolah ikan ataupun menjual hasil tangkapan suaminya. Para wanita nelayan yang menjual ikan ini dapat kita temui disepanjang jalan menuju pantai Pasir Putih  dan Karanggongso. Mereka biasanya dapat ditemui di hari-hari libur ketika banyak wisatawan yang berkunjung ke pantai Pasir Putih ataupun Pantai Karanggongso. Tujuan mereka adalah menjual hasil tangklapan suaminya kepada para pengunjung yang sedang menikmati berliburnya di pantai.
Nelayan wanita merupakan sosok yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi perikanan di Indonesia. Masyarakat nelayang yang sering mendapatkan pandangan sebagai masyarakat miskin tak dapat dipungkiri bahwa inilah yang terjadi di negeri ini. Namun dengan adanya peran nelayan wanita telah membukakan jalan untuk menjadi masyarakkat pesisir yang sejahtera dan cukup dalam ekonomi. Dulu ketika peran wanita tidak sepenuhnya diakui membuat perekonomian suatu keluarga akan lemah. Kini di era global ini telah membuka peluang bagi semua wanita, khususnya wanita nelayan untuk berperan aktif dalam pembangunan perekonomian perikanan menjadi lebih baik. Peran wanita nelayan dalam pembangunan perekonomian masyarakat pesisir kini telah terlihat sangat nyata. Wanita nelayan di Pantai Prigi contohnya merupakan bagian dari peran produktif sosok wanita nelayan. Kini peran produktif ini, bagi wanita nelayan bahkan sering mengalahkan peran reproduktif atau domestiknya. Berdasarkan hasil kajian Widaningroem dkk. (1998) di pantai selatan Yogyakarta menunjukkan bahwa walaupun peran reproduktif yang dilakukan oleh wanita seperti membersihkan rumah, mencuci, dan menyiapkan makanan mencapai angka 80% dari alokasi waktu setiap harinya, ketika mereka melakukan aktivitas produktif di pesisir, peran tersebut ditinggalkan sementara dan diserahkan kepada kepada anak atau ibu/nenek mereka. Kontribusi wanita nelayan ini terhadap pendapatan keluargapun, dapat mencapai separuh dari pendapatan suami.
Semakin pentingnya pembangunan perekonomian di Indonesia khususnya perekonomian masyarakat pesisir, maka dibutuhkan suatu peran aktif dari semua lapisan masyarakat dan pemerintah. Pearan wanita nelayan yang sangat penting dalam pembangunan sektor perikanan menjadikan modal yang sangat berharga dalam menuju kesejahteraan yang selalu diharapkan oleh semua masyarakat pesisir. Kini dibutuhkan suatu kebijakan pemesrintah yang berpihak pada nelayan khususnya nelayan wanita. Hal ini sangat diperlukan mengingat strategisnya peran wanita nelayan. Kerjasama yang sinergi dan saling memahami sangat diperlukan untuk menjadikan kehidupan nelayan yang lebih baik

KFC

Kalituri foot ball club, adalah persatuan sepak bola milik warga kalituri. Kalituri foot ball club (kfc) dibentuk sekitar tahun 2001. dulu namanya adalah elang perak, namun seiring bergulirnya waktu nama elang perak diganti dengan KFC. para pemain dari KFC ini adalah anak muda kalituri dan ditambah warga kampung tetangga. dalam seminggu KFC melakukan latihan 4 kali, yaitu selasa, kamis, sabtu, dan minggu. tempat latihan KFC adalah di lapangan bendo. sebuah lapangan yang terletak di sebelah makam kedungsoko.
kalituri foot ball club (KFC) selalu siap melakukan uji coba dengan team mana saja. berbagai uji coba telah dilakoni mulai melawan team kampoen sebelah sampai melawan team-team yang telah matang pemainnya. jika pembaca memiliki team sepak bola dan ingin melakukan sparing dengan KFC silahkan menghubungi langsung ke pengurus.