LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR

OLEH :
ROBIN
09/283398/PN/11661
LABORATORIUM AKUAKULTUR
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR
Disusun oleh
Robin
09/283398/PN/11661
Telah disahkan oleh
Asisten Praktikym Manajemen Akuakultur
Tawar
20
Desember 2011
(Tim Asisten)
___________________________________
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada
Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar. Laporan ini
disusun sebagai syarat mengikuti responsi Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1.
Prof. Ir. Rustadi, M.Sc. selaku dosen pengampu
matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar.
2. Seluruh asisten pembimbing
Kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mengharap kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan dalam pembuatan laporan selanjutnya.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 19 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
1.
Halaman cover………………………………………………………..……….
2.
Lembar pengesahan……………………………………………………………
3.
Kata
pengantar…………………………………………………………………
4.
Daftar…………………………………………………………………………...
5.
Pendahuluan………………………………………………………..…………..
A.
Latar
Belakang……………………………………………………………..
B.
Tujuan……....………………………………………………………………..
C.
Waktu………………………………………………………………………
D.
Tempat
………………………………………..…………………………….
6.
Metodologi
………………………………………………………………………
A.
Alat dan bahan……………………………………………………………….
B.
Cara
kerja……………………………………………………………………..
7.
Pembahasan ………….………………………………………………………….
A.
Pembahasan umum……………………………………………………………
B.
Pembahasan
khusus …………………………………………………………..
C.
Kunjungan
lapangan …………………………………………………………
8.
Kesimpulan dan
saran …..………………………………………………………..
A.
Kesimpula……………………………………………………………………..
B.
Saran……………………………………………………………………….….
9.
Daftar pustaka
…………………………………………………………………….
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat
penting dan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Sumber daya ikan dialam
yang bersifat terbatas, membuat manusia sadar dan melakukan terobosan guna
mencukupi kebutuhan akan ikan. Berbagai upaya dilakukan guna menyuplai
kebutuhan ikan bagi manusia. Salah satu cara adalah dengan melakukan budidaya.
Berbagai budidaya ikan telah dilakukan oleh manusia guna mencukupi kebutuhan
akan protein hewani yang kian meningkat.
Akuakultur atau budidaya adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam rangka memproduksi biota air secara terkontrol
dengan berbagai teknik yang telah ditentukan. Akuakultur adalah cara untuk dapat meningkatkan produksi
guna memenuhi kebutuhan hajat hidup orang banyak. Usaha budidaya ikan membutuhkan
teknik dan manajemen tertentu. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik kita
perlu memperhatikan tahapan-tahapan dalam budidaya ikan yang dimulai dari tahap
persiapan, tahap pemeliharaan, dan tahap pemanenan. Berbagai teknik untuk
menunjang yang dilakukan dalam budidaya meliputi pemeberian pakan optimal,
menjaga kualitas air dan mengendalikan penyakit.
Praktikum manajemen akuakultur tawar
sangat penting guna memberikan pengetahuan dan praktik nyata dilapangan kepada
mahasiswa dalam melakukan budidaya ikan. Dengan mengetahui teori-teori yang disampaikan
dalam kuliah, dapat digunakan dalam aplikasi dilapangan sehingga kita
mendapatkan pengalaman yang berharga.
B. Tujuan
1.
Persiapan Kolam
a.Memperbaiki
kolam agar dapat menampung air dan menekan perembesan air yang keluar dari
kolam.
b.Meningkatkan
kondisi kolam untuk mendorong pertumbuhan makanan alami ikan dan mencegah
timbulnya hama dan penyakit ikan.
2.
Pengairan Kolam
a.Mempertahankan level air kolam agar tetap stabil.
b.Menjaga
kualitas air agar tetap syarat untuk
pertumbuhan dan kehidupan ikan.
3.
Benih Ikan dan Penebaran
a.
memilih benih ikan yang baik dan bebas penyakit
b.
menebar ikan ke dalam kolam.
c.Mengetahui
kondisi air bila sudah aman bagi ikan.
4.
Pemupukan
Menyediakan pakan ikan alami di kolam untuk kebutuhan ikan.
5.
Pemberian Pakan
Memberikan pakan buatan yang langsung dimakan ikan.
6.
Pengendalian Hama, Penyakit Ikan, dan Gulma Air
a.Menjaga
ikan pemeliharaan tetap utuh dan sehat.
b.Menjaga
lingkungan air bersih.
7.
Pemanenan Ikan
a.Memanen
ikan secara efisien dan produksi tinggi.
b.Mendapatkan
hasil panenen yang berkualitas .
8.
Pengangkutan Ikan
Mengangkut ikan hasil panen ke sasaran masyarakat,
serta untuk mengetahui daya tahan ikan saat dilakukan pengangkutan.
C. Waktu
1.
Persiapan Kolam dan Penebaran Ikan
Tanggal: 14 Oktober 2011
Pukul
: 13.30 WIB– selesai
Sampling dan Sharing
Setiap dua minggu sekali dilakukan sampling
dan sharing. Setiap hari jumat pukul
13.30 – selesai.
2.
Panen
Tanggal: 4 Desember 2011
Pukul :
06.00 – 15.00 WIB
D. Tempat
- Kolam penelitian dan percobaan Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
- Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
II.
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1.
Persiapan Kolam
a.Kolam tanah ukuran 4 × 4 m, 2 petak
b.Bak fiber ukuran 60 × 60 × 60 cm, 2 buah
c.Kapur pertanian
d.Pupuk kandang : kotoran ayam kering
e.Cangkul dan arit
f.Ember Plastik
g.Timbangan
2.
Penebaran Benih
a.Kolam dan bak fiber yang sudah disiapkan
b.Timbangan
c.Benih ikan Patin, nila, dan kerang
d.Seser
e.Ember
f.Penggaris
3.
Sampling
a.Ember
b.Jaring dan seser
c.Timbangan
d.Penggaris
4.
Analisis Kualitas Air
a.Botol oksigen
b.Pipet, kempot
d.Gelas ukur
e.Erlenmeyer
f.Plankton net
g.1/80 Na2S2O3
h.Indikator MO
i.Indikator pp
j.Indikator amilum
k.H2SO4 pekat
l.Reagen O2
m.NaOH
n.MnSO4
o.Termometer
B. Cara Kerja
1.
Budidaya dalam kolam semi permanen
a.
Persiapan Kolam
·
Keringkan kolam
dan bak dan tutup pintu air masuk dengan benar jangan sampai ada aliran. Bila
ada rembesan air lewatkan melalui caren.
·
Lakukan
perbaikan, dimulai dengan pemotongan rumput dan akarnya dengan arit pada sisi
miring pematang. Kumpulkan dan keringkan rumput di atas pematang kolam.
·
Gali lubang yang
ada pada pemetang bila kebocoran air atau ada hama bersembunyi, kemudian di
tutup dengan tanah yang padat.
·
Basahi tanah
pematang yang akan diperbaiki dan tutup dengan tanah dari dasar kolam. Yakin
betul bahwa tanah yang digunakan adalah tanah liat ( cukup lumpur ) dan padat.
·
Sisa tanah
endapan pemeliharaan yang lalu sebaiknya dihabiskan untuk memperkuat pematang
atau dibuang ke atas kolam.
·
Lakukan
pengolahan tanah dasar kolam dengan mencangkul dan membalik tanah.
·
Timbang kapur
pertanian dengan ember plastik dan tebarkan dengan rata berdasarkan dosis 0,1 –
0,15 kg/m2. Kemudian kotoran ayam kering dengan dosis 0,5 kg/m2.
b.
Pengairan kolam
·
Tutup pintu air
keluar dengan pipa paralon sehingga terjamin tidak bocor. Pasang saringan pada
pintu air keluar dan pintu air masuk.
·
pasang tongkat
berskala di dekat air masuk sehingga angka 0 cm tepat pada permukaan dasar
kolam, dan apabila dibasa semakin keatas semakin dalam.
·
isikan air
kedalam kolam sampai kedalam 50 cm. Amati kedalaman air tiap hari dan apabila
air berkurang isikan kembali sampai kedalaman semula. Biarkan selama beberapa
hari sehingga ditumbuhi plankton.
c. Penebaran
Benih
·
Ukur panjang dan
lebar kolam, kemudian hitung luas dan volumenya
dengan kedalaman air yang akan dipertahankan selama pemeliharaan ( rata-
rata 70 cm ).
·
Hitung kepadatan
benih yang akan di tebarkan dengan rumus : SD=AQ/(W2-W1) ∶H
·
Siapkan dan
aklimatisasikan benih ikan selama sekitar beberapa hari di dalam kolam yang
cukup mengalir airnya.
·
Pilih benih yang
betul – betul sehat dan ukuran yang seragam.
·
Timbang dan
hitung jumlah biomasa benih yang akan ditebarkan.
·
Lakukan
penebaran dengan perbandingan antara jumlah benih ikan Patin yang seimbang.
d.
Sampling
·
Mengambil ikan
sebagai sampel dengan menggunakan seser atau jaring.
·
Letakkan pada
ember yang telah berisi air.
·
Mengukur panjang
dan berat masing – masing ikan sampel.
·
Menghitung berat
pakan yang akan digunakan, yaitu dengan rumus :
((∑▒〖ikan hidup〗)/(∑▒〖jumlah ikan sampel〗) x ∑▒〖biomassa
ikan sampel〗 )x 3%
e.
Kontrol Kualitas Air
·
Oksigen Terlarut
( DO )
·
Ambil air sampel
dengan menggunakan botol oksigen tanpa adanya oksigen yang masuk dalam botol
tersebut.
·
Menambahkan 1 ml
MnSO4 dan 1 ml reagen O2 dalam air sampel dalam botol oksigen kemudian di gojog
dan tunggu hingga mengendap.
·
Menambahkan 1 ml
H2SO4 pekat lalu gojog.
·
Ambil 50 ml
dengan gelas ukur dan masukkan dalam Erlenmeyer.
·
Tambahkan 3
tetes indikator amilum hingga warna biru kelam.
·
Titrasi dengan
1/80 NaThio sampai bening.
·
Catat berapa ml
1/80 NaThio yang digunakan untuk titrasi ( a )
·
Hitung nilai DO
dengan rumus : a ml × 2 = x ppm
·
Karbondioksida
Bebas ( CO2 )
·
Ambil sampel air
dengan botol oksigen dengan tanpa adanya oksigen yang masuk dalam botol.
·
Ambil 50 ml air
sampel dalam botol oksigen tersebut.
·
Tambahkan 3
tetes indikator pp, apabila berwarna pink (merah muda) maka kandungan CO2
bebasnya adalah 0.
·
Apabila bening
maka di titrasi dengan menggunakan 1/40 NaOH hingga tepat berwarna pink.
·
Catat banyaknya
1/40 NaOH yang digunakan untuk titrasi ( b ) dan hitung nilai CO2 bebasnya
dengan rumus : b ml × 20 = x ppm
·
Alkalinitas
·
Ambil sampel air
menggunakan botol oksigen.
·
Ambil 50 ml air
sampel dari botol oksigen menggunakan gelas ukur dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer.
·
Tambahkan 3
tetes indicator PP, apabila berwarna pink titrasi menggunakan 1/50 H2SO4 sampai
bening.
·
Catat banyaknya
titrasi yang digunakan.
·
Tambahkan
indikator MO sampai kuning.
·
Titrasi dengan
1/50 H2SO4 sampai tepat berwarna kuning jerami.
·
Catat banyaknya
titrasi yang digunakan (c).
·
Hitung kadar
alkalinitasnya dengan rumus: c x 20 = x ppm.
·
Suhu Air
·
Masukkan
thermometer ke dalam perairan kolam dan bak.
·
Diamkan selama
1-2 menit.
·
Catat besarnya
suhu yang tertera pada termometer tersebut.
·
Plankton
·
Ambil 1 ember
sampel air kolam kemudian masukkan pada plankton net.
·
Masukkan sisa
air dalam plankton net dalam plastik dan amati dengan menggunakan mikroskop
serta hitung jumlah planktonnya.
·
Pengambilan
sampel air plankton dalam kolam masing – masing untuk 4 titik sudut bagian
kolam.
f.
Panen
·
Kurangi air
kolam secara bertahap.
·
Singkirkan
lumpur yang berada dalam saluran atau caren dalam kolam.
·
Setelah air
surut dan tinggal dalam saluran atau caren, air masuk di alirkan. Besarnya
aliran masuk seimbang dengan pengeluaran sehingga air dalam caren tetap dan
mengalir.
·
Memulai
penangkapan ikan dengan hati – hati agar ikan tetap berada dalam caren.
Penangkapan dimulai dari dekat pintu pembuangan sampai habis, kemudian menuju
kearah dekat pintu masuk. Ikan langsung dipindah dalam kolam penampungan yang
sudah disiapkan atau ikan di letakkan dalam ember dan dilakukan sampling
setelah itu masukkan ikan dalam bak atau kolam yang sudah disiapkan.
g.
Pengangkutan
Pada praktikum kali ini pengangkutan hanya
dilakukan secara simulasi saja
yaitu dengan cara :
·
Ikan hasil
sampling dimasukkan dalam kantong plastik dan di beri oksigen, ikat kencang.
·
Letakkan kantong
– kantong tersebut dalam jaring yang telah digantungkan pada kayu
·
Goyang –
goyangkan jaring tersebut selama 5 jam dan catat kondisi ikan.
2.
Budidaya dalam
bak fiber
a.
Persiapan bak
·
Kuras bak dan
bersihkan sampai tidak ada kotoran yang berada dalam bak.
·
Tutup pintu air
keluar, dan isi air sampai 80% tinggi kolam
·
Diamkan beberapa
harri
b.
Penebaran Benih
•
Ukur panjang dan
lebar kolam, kemudian hitung luas dan volumenya
dengan kedalaman air yang akan dipertahankan selama pemeliharaan ( rata-
rata 70 cm ).
• Hitung
kepadatan benih yang akan di tebarkan dengan rumus : SD=AQ/(W2-W1) ∶H
• Siapkan dan
aklimatisasikan benih ikan selama sekitar beberapa hari di dalam kolam yang
cukup mengalir airnya.
• Pilih benih
yang betul – betul sehat dan ukuran yang seragam.
• Timbang dan
hitung jumlah biomasa benih yang akan ditebarkan.
• Lakukan
penebaran dengan perbandingan antara jumlah benih ikan Patin yang seimbang.
c.
Sampling
•
Mengambil ikan
sebagai sampel dengan menggunakan seser atau jaring.
•
Letakkan pada
ember yang telah berisi air.
•
Mengukur panjang
dan berat masing – masing ikan sampel.
•
Menghitung berat
pakan yang akan digunakan, yaitu dengan rumus :
((∑▒〖ikan hidup〗)/(∑▒〖jumlah ikan sampel〗) x ∑▒〖biomassa
ikan sampel〗 )x 3%
d.
Kontrol Kualitas Air
•
Oksigen Terlarut
( DO )
•
Ambil air sampel
dengan menggunakan botol oksigen tanpa adanya oksigen yang masuk dalam botol
tersebut.
•
Menambahkan 1 ml
MnSO4 dan 1 ml reagen O2 dalam air sampel dalam botol oksigen kemudian di gojog
dan tunggu hingga mengendap.
•
Menambahkan 1 ml
H2SO4 pekat lalu gojog.
•
Ambil 50 ml
dengan gelas ukur dan masukkan dalam Erlenmeyer.
•
Tambahkan 3
tetes indikator amilum hingga warna biru kelam.
•
Titrasi dengan
1/80 NaThio sampai bening.
•
Catat berapa ml
1/80 NaThio yang digunakan untuk titrasi ( a )
•
Hitung nilai DO
dengan rumus : a ml × 2 = x ppm
•
Karbondioksida Bebas
( CO2 )
•
Ambil sampel air
dengan botol oksigen dengan tanpa adanya oksigen yang masuk dalam botol.
•
Ambil 50 ml air
sampel dalam botol oksigen tersebut.
•
Tambahkan 3
tetes indikator pp, apabila berwarna pink (merah muda) maka kandungan CO2
bebasnya adalah 0.
•
Apabila bening
maka di titrasi dengan menggunakan 1/40 NaOH hingga tepat berwarna pink.
•
Catat banyaknya
1/40 NaOH yang digunakan untuk titrasi ( b ) dan hitung nilai CO2 bebasnya
dengan rumus : b ml × 20 = x ppm
•
Alkalinitas
•
Ambil sampel air
menggunakan botol oksigen.
•
Ambil 50 ml air
sampel dari botol oksigen menggunakan gelas ukur dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer.
•
Tambahkan 3
tetes indicator PP, apabila berwarna pink titrasi menggunakan 1/50 H2SO4 sampai
bening.
•
Catat banyaknya
titrasi yang digunakan.
•
Tambahkan
indikator MO sampai kuning.
•
Titrasi dengan
1/50 H2SO4 sampai tepat berwarna kuning jerami.
•
Catat banyaknya
titrasi yang digunakan (c).
•
Hitung kadar
alkalinitasnya dengan rumus: c x 20 = x ppm.
•
Suhu Air
•
Masukkan
thermometer ke dalam perairan kolam dan bak.
•
Diamkan selama
1-2 menit.
•
Catat besarnya
suhu yang tertera pada termometer tersebut.
•
Plankton
•
Ambil 1 ember
sampel air kolam kemudian masukkan pada plankton net.
•
Masukkan sisa
air dalam plankton net dalam plastik dan amati dengan menggunakan mikroskop
serta hitung jumlah planktonnya.
•
Pengambilan
sampel air plankton dalam kolam masing – masing untuk 4 titik sudut bagian
kolam.
e. Panen
•
Kurangi air bak
secara bertahap.
•
Memulai
penangkapan ikan dengan hati – hati agar ikan tetap berada dalam bak dan tidak
terlalu beraktifitas.
•
Ikan langsung
dipindah dalam kolam penampungan yang sudah disiapkan atau ikan di letakkan
dalam ember dan dilakukan sampling setelah itu masukkan ikan dalam bak atau
kolam yang sudah disiapkan.
f.
Pengangkutan
Pada praktikum kali ini pengangkutan hanya
dilakukan secara simulasi saja
yaitu
dengan cara :
•
Ikan hasil
sampling dimasukkan dalam kantong plastik dan di beri oksigen, ikat kencang.
•
Letakkan kantong
– kantong tersebut dalam jaring yang telah digantungkan pada kayu
•
Goyang –
goyangkan jaring tersebut selama 5 jam dan catat kondisi ikan.
3.
Kunjungan
•
Melakukan
wawancara dengan nara sumber (bpk Wagiran)
•
Melakukan
pengamatan terhadap kondisi kolam di daerah tersebut mengenai teknis
budidayanya
III. HASIL
PENGAMATAN
(terlampir)
IV. PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Umum
1. Sistem Polikultur
Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar yang dilakukan
menggunakan teknik pemeliharaan
Polikultur. Polikultur adalah teknik pemeliharaan ikan dalam suatu wadah
budidaya dimana ikan yang dipelihara lebih dari satu jenis. Beberapa ikan yang
biasanya dapat dipelihara dengan teknik polikultur yaitu ikan mas dan nila,
patin, nilem, lele dan
gurame (anonim, 2010a). Terdapat beberapa keuntungan memelihara ikan
dengan teknik polikultur, diantaranya:
a. Penggunaan lahan menjadi efisien, karena dalam luas
yang sama dapat dipelihara ikan dengan kepadatan yang lebih tinggi dan dengan
jenis yang berbeda-beda.
b. Pakan alami yang tersedia di kolam dapat
dimanfaatkan oleh ikan secara efektif, sehingga tidak ada lagi makanan alamiah
yang terbuang sia-sia.
c. Produksi kolam akan meningkat karena jumlah ikan
yang dipelihara dalam satu kolam lebih banyak dan beragam.
d. Produksi tiap spesies ikan akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan hasil pemeliharaan dengan sistem monokultur . karena suplai
pakan alamiah oleh pupuk kandang sangat tinggi.
e. Tingkat kepadatan setiap spesies ikan pada sistem
polikultur umumnya sama atau sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan
tingkat kepadatan spesies tersebut pada sistem monokultur. Ini dimungkinkan
karena setiap ikan mempunyai jenis atau daerah makan yang berbeda.
Terdapat juga berbagai kendala yang sering muncul
ketika mengguanakn teknik polikultur seperti penentuan kombinasi jenis ikan yang paling efektif dalam
memanfaatkan makanan alamiah yang tersedia di kolam. Jika salah dalam
menentukan spesies ikan dalam satu kolam maka bukannya akan saling
menguntungkan antar spesies tapi malah saling merugikan seperti saling
memangsa. Hal inilah yang perlu diperhatikan dalam budidaya polikultur.
2.
Speisies Ikan
Praktikum yang telah dilakukan menggunakan dua spesies
ikan yaituniladan Patin, serta kerang air. Penggunaan ikan nila dikarenakan
kebiasaan makan ikan ini adalah dipermukaan. Sehingga pakan apung yang
diberikan akan dapat termanfaatkan dengan maksimal. Sedangkan ikan patin merpakan
ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar. Salah satu alasan penggunaan ikan
patin adalah, sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan nila dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh ikan patin yang berada didasar perairan. Penggunaan kerang air
adalah sebagai biofilter. Dimana sisa pakan dan feses yang telah tereduksi
menjadi bahan organik, akan sangat berbahaya karena bersifat toksik. Dengan
menggunakan kerang air maka sifat toksik tersebut dapat diminimalisir.
Menurut
Cholik (1991), ikan nila dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Aconthoterigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percaidea
Family : Cichilidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Ikan nila merupakna ikan konsumsi air tawar yang
sangat diminati dikalangan masyarakat. Menurut Suyanto (1988), Ikan nila
memiliki kebiasaan pemakan segala atau Omnivora yaitu dapat berkembang biak
dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Ketika masih benih, pakannya
adalah plankton dan lumut sedangkan jika ia sudah dewasa ia mampu diberi
makanan tambahan seperti pelet dan berbagai makanan lain yaitu daun talas
(Suyanto,1988). Ikan nila memiliki habitat diperairan tawar, seperti danau,
rawa, dan sungai-sungai.Ikan nila merupakan ikan yang dapat hidup dalam
jangkauan salinitas yang cukup luas. Sehingga biasanya ditemukan di perairan
tawar, payau, dan bahkan perairan laut. Salinitas yang cocok untuk ikan nila
adalah 0 – 35 ppt. Namun, salinitas pertumbuhan ikan nila yang optimalberkisar
antara 0 – 30 ppt. Ketika salainitas
meningkat yaitu 31 – 35 ppt, ikan nila
masih bisa hidup akan tetapi pertumbuhannya lambat. pH sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan ikan nila. Sedangkan biasanya pH yang cocok untuk pertumbuhan ikan
nila berkisar antara 6 – 8,5, tetapi pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 5 –
11. Suhu optimal untuk pertumbuhan nila antara 25 – 30 oC ( Kordi, 2009).
Terdapat beberapa ciri-ciri mofrologi ikan nila, yang membedakan dengan yang
lain, diantaranya:
a. Memiliki bentuk mata yang besar dan menonjol dengan
tepi berwarna putih
b. Badan memanjang, bentuk tubuh pipih, sisik besar
dan kasar, kepala relatif kecil, garis linea lateralis terputus dan terbagi dua
yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip dengan rumus D.XVI.12;
C.V.1.5; P.12 dan A.III.9. Perbandingan antara panjang total dengan tinggi
badan 3:1.
c. Sisik besar dan kasar berbentuk stenoid, mempunyai
jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah, terdapat 8 buah garis tegak pada kedua
sisi tubuh.
d. Sirip punggung berwarna hitam, sirip dada
menghitam. Pada sirip ekor terdapat 6 buah garis tegak, sedangkan pada sirip
punggung 8 buah. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Cholik,
1991).
Menurut
Anonim (2010b), klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Subordo : Siluroidea
Family : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius
Ikan Patin merupakan salah satu jenis ikan konsumsi
yang sangat digemari dikalangan masyarakat Indonesia. Dilihat dari morfologinya
ikan patin mirip dengan kelompok
lele-lelean. Memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan sisi perutnya lebih
bulat. Panjang patin dewasa mencapai 120 cm. Bentuk tubuhnya memanjang dengan
warna dominan putih berkilauan seperti perak dibagian bawah sampai setengah
tubuh dan dibagian pungungnya berwarna kebiruan. Ketika masih kecil warna ikan
patin sangat menarik dan berkilau, sehingga seringkali oleh para hobiis
dijadikan ikan peliharaan. Warna keperakan ini akan semakin memudar setelah
patin semakin besar (Anonim, 2010c).
Menurut Anonim (2010a) ciri-ciri ikan patin adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki bentuk kepala yang relatif kecil dan
mulutnya terletak diujung kepala sebelah bawah
b. sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang
berfungsi sebagai alat pencari pakan dan alat peraba saat berenang.
c. Bagian punggungnya terdapat sirip dengan sebuah
jari-jari keras yang dapat berubah menjadi patil.
d.
Jari-jari lunaknya berjumlah 6-7 buah.
e.
Bentuk sirip ekornya simetris bercagak
f. Di sirip dada terdapat 12-13 jari – jari lunak dan
satu buah jari-jari keras yang berfungsi sebagai patil
g.
Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak
h.
Sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak
i.Tidak memiliki sisik, sehingga jika diraba kulit
ikan patin terasa halus
Ketika dibudidayakan dalam usia enam bulan ikan patin
bisa mencapai panjang 35-40 cm. ikan patin yang termsuk dalam keluarga
Pangasidae ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk pertumbuhan yang
optimal. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun
sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Menurut jutting (1953)
dalam Sulistiawati (2007), klasifikasi kerang (kijing) adalah sebagai
berikut:
Filum
: Molusca
Kelas
: Pelcypoda(bivalvia)
Famili
: Unionidae
Genus
: Pilsbryoconcha
Spsies
: Pilsbryoconcha exilis Lea
Menurut Anonim (2009) kerang
merupakan biota air yang biasanya hidup didasar perairan. Tubuh
kerang air tawar terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam dan bagian luar.
Bagian luar di sebut cangkang atau kulit. Sebagian besar organ tubuh kerang air
tawar berada di bagian dalam. Organ-organ itu hanya bisa dilihat apabila cangkangnya
dibuka dengan lebar, sedangkan bila dibuka dengan sempit, hanya beberapa organ
saja yang bisa dilihat. Ada
dua bagian pada cangkang kerang air tawar, yaitu cangkang sebelah kiri dan
cangkang sebelah kanan. Cangkang kiri biasanya lebih pipih dibandingkan dengan
cangkang kanan. Kedua cangkang dihubungkan dengan sebuah engsel, sehingga kedua
bagian cangkang itu membuka dan menutup.Bila dipecah, pada cangkang kerang air
tawar akan terlihat tiga buah lapisan. Lapisan pertama disebut periostracum
layer. Lapisan kedua disebut prismatic layer. Sedangkan lapisan ketiga disebut
nacreous layer. Setiap lapisan dapat dibedakan dari struktur dan warnanya.
Secara
anatomi, tubuh kerang air tawar dan semua jenis moluska lainnya hampir sama, yaitu terbagi
menjadi tiga bagian, yakni kaki, mantel dan visceral mass. Visceral mass adalah
kumpulan organ-organ bagian dalam, seperti insang, mulut, perut, gonad, anus
dan organ penting lainnya. Kaki
tersusun dari jaringan-jaringan otot yang elastis. Bentuknya seperti lidah. Bisa
memanjang dan bisa memendek. Saat memanjang, kaki biasanya digunakan untuk
berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya, terutama ketika masih muda. Selain
untuk berjalan, kaki juga digunakan sebagai alat pembersih kotoran pada mantel
dan insang.
Kerang yang hidup
pada perairan yang relative tenang akan tu,buh lebih baik daripada kerang yang
hidup dalam perairan mengalir. (Suwignyo et al, 1981 dalam Sulistiawan, 2007 ).
Hal ini dikarenakan kerang memiliki sifat filter feeder yang mekanisme
pelaksanaan makan bergabung dengan mekanisme pernafasan yang berlangsung
melalui sifon ventral dan aktifitas tersebut berlangsung terus menerus baik
siang maupun malam. Ketika kerang menyaring air, maka zat-zat makanan seperti
fitoplankton serta organism mikroskopik lain akan ikut tersaring dan kemudian
diubah menjadi jaringan tubuh. Kerang mampu menyaring volume air sebanyak 300
ml/jam (Turgeon, 1988 dalam Sulistiawan , 2007).
3.
Kegiatan Budidaya
a.
Persiapan Media
Persiapan media adalah melakukan penyiapan media dalam
rangka budidaya ikan. Persiapan media disini
biasanya meliputi perbaikan kolam, pengeringan kolam, pemupukan dan lain
sebagainya. Pertama kali yang perlu dilakukan adalah perbaikan konstruksi kolam
dengan cara memperbaiki pematang, saluran air dan dasar kolam. Selanjutnya
adalah penmgeringan dasar kolam guna menguapkan berbagai material material yang
tidak menguntungkan. Pengeringan dilakukan selama 3-7 hari sampai dasar kolam
menjadi retak-retak. Selain itu dilakukan pengadukan dimana lapisan tanah atas setebal 15 cm diangkat dan
diaduk dengan tujuan untuk mengangkat lapisan tanah yang berwarna hitam.
Perlakuan ini dimaksudkan agar tanah yang hitam yang mengandungasam sulfida(H2S)
akan terangkat kepermukaan. Hal ini mengingat penyebab timbulnya gas H2S
karena merupakan sisa pakan selain itu untuk mengambil hama atau predator yang
berupa keong atau kepiting ( Afrianto, 2003).
Menurut Triyatmo (2006), pengapuran adalah pemberian
kapur pada dasar kolam dimana kapur yang digunakan bisa dari kapur pertanian
dan bertujuan untuk mematikan hama
penyakit yang ada di kolam dan meningkatkan alkalinitas tanah atau air sehingga
pH nya menjadi stabil. Pengapuran yang dilakukan yaitu dengan dosis 10 kg untuk
masing-masing kolam. Selanjutnya adalah melakukan pemupukan pada kolam. Pupuk yang diberikan dalam Praktikum
Manajemen Akuakultur Tawar adalah pupuk kandang khususnya kotoran ayam dengan
dosis 10 kg untuk tiap kolam. Cara pemupukan adalah tidak dengan ditebar,
melainkan pupuk dimasukkan dalam wadah (sak) selanjutnya diletakkan didasar
kolam. Tujuannya adalah agar pupuk tidak menjadi pencemar perairan dan
pertumbuhan pakan alami dapat terkontrol.
Pengisian air dilakukan setelah semua persiapan selesai. Semua kegiatan
persiapan kolam ini dilakukan di kolam percobaan jurusan perikanan, sedangkan
di bak fiber tidak dilakukan perlakakuaan tersebut.
b.
Pengairan
Menurut Rukmana (1997), beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam pemilihan sumber air untuk budidaya ikan di kolam
adalah:
- Air harus bebas dari berbagai pencemaran, baik
pencemaran alam, industri, pertanian maupun pencemaran rumah tangga. Air
harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan biologi.
- Pasokan air yang tersedia harus memadai sepanjang
tahun
Pada praktikum kali ini, pengairan kolam dan bak
terdiri dari dua tahap, yaitu pertama pengisian awal dan kedua mengisi untuk
menjaga level air atau debit agar tetap stabil. Air yang digunakan dalam
praktikum adalah air tanah yang dialirkan melalui pipa. Setelah pengisian air, didiamkan
beberapa hari untuk menumbuhkan pakan alami ikan baik dari fitoplanklton maupun
zooplankton. Namun terdapat beberapa kendala khusnya di kolam, dimana air
beberapa kali mati, sehingga supli oksigen bagi ikan kurang.
c.
Penebaran Benih
Penebaran benih dimulai dengan menyeleksi ikan dan
melakukan penghitungan panjang dan beratnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui
biomasa pakan yang dibutuhkan setiap harinya. Selain itu untuk mengetahui
pertumbuhan dari masing-masing jenis ikan. Penebaran ikan ke kolam dilakukan
setelah efek racun yang ditimbulkan oleh pemberian pupuk telah dinetralisasi
dan jumlah makanan (fitoplankton atau zooplankton) yang tersedia di kolam telah
memadai. Tujuan dari seleksi ikan adalah untuk mendapatkan bibit ikan yang
seragam dan sehat. Menurut Cahyono (2000), tanda-tanda benih ikan yang tidak
sehat adalah gerakan lamban dan tubuhnya tidak segar, dan kadang kala terdapat
luka dibagian tubuh tertentu. Sedangkan tanda-tanda benih ikan yang sehat
adalah tubuhnya segar, tidak cacat dan berenang dengan lincah (gesit). Menurut
Afrianto (2003), padat tebar dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah antar
spesies. Biasanya tingkat kepadatan setiap spesies ikan yang dipelihara dengan
sistem polikultur adalah sama atau sedikit lebih rendah jika dibandingkan
dengan tingkat kepadatan masing-masing spesies ikan yang dipelihara secara
monokultur.Padat tebar iakn patin dan nila di masing-masing kolam adalah 150
ekor ikan patin dan 50 ekor ikan nila. Sedangkan padat tebar di bak fiber
adalah 30 ekor ikan patin dan 10 ekor ikan nila. Selain itu pada kolam diberi kerang dengan jumlah 100
ekor pada masing-masing kolam. Pada bak fiber diberi kerang dengan jumlah 10
ekor dan hanya pada salah satu bak.
Pemberian kerang bertujuan sebagai biofilter bahan organik yang berada di dasar
kolam.
d.
Pemeliharaan dan Pembesaran
Benih yang telah ditebar, pada hari pertama tidak
diberi pakan buatan, melainkan dengan memakan pakan alami yang telah ada
diperairan. Setelah hari kedua diberi pakan pelet. Pemberian pakan dapat
dilakukan dengan metode adlibitum ataupun biomasa. Metode adlibitum adalah
pemberian pakan pada ikan sampai kenyang dan biasanya sehari bisa mencapai 3-4
kali. Sedangkan metode biomassa adalah pemberian pakan berdasarkan biomasa ikan
yaitu sekitar 3 % dari berat tubuh ikan total. Pemberian
pakan ikan nila menurut Suyanto (2004), sebaiknya antara 2-3 % berat ikan per
hari. Dalam praktikum ini pemberian pakan dilakukan dengan
menggunakan biomasa dari berat total yaitu 3 %. Namun dalam setiap sampling
yang dilakukan terjadi perubahan biomasa pakan yang diberikan tergantung
kemampuan ikan dalam menghabiskan pakan. Dari hasil perhitungan pakan yang
diberikan berkisar 2-4% dari biomasa berat total ikan. Pemberian pakan
dilakukan pada pagi yaitu sekitar pukul 09.00 dan sore yaitu pada pukul 15.00.
Hal ini dimaksudkan agar kebiasaan makan ikan dapat dijaga sehingga nafsu makan
akan meningkat.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan msalah yang kadang kala
muncul dalam kegiatan budidaya. Menurut Wirosaputro
(2007),penyakit, parasit, pemangsa dan pesaing merupakan faktor yang sangat
merugikan karena menghambat produksi kolam.beberapa
penyebab munculnya penyakit adalah padat tebar benih yang
tinggi, pencemaran air, dan tidak efisiennya kondisi budidaya. Jumlah pemangsa
demikian juga jumlah pesaing yang besar biasanya juga mengurangi potensi kolam,
karena akan mengurangi ruang, oksigen dan juga pakan dalam kolam. Beberapa pemangsa yang sering mmerugikan dalam
budidaya adalah lisang, regol, burung cangak awu,katak dll.
f. Pemanenan dan Pengangkutan
Menurut
Afrianto dan Liviawaty (2003), panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari sewaktu
temperatur udara belum tinggi. Panen yang dilakukan setelah hari terang, akan
mengakibatkan ikan menjadi stress dan tidak tahan hidup dalam pengangkutan. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara menguras kolam
terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam proses penangkapan. Pengurasan kolam
dilakukan dengan membuka pintu air keluar dan menutupnya dengan mengunakan
kawat strimin agar ikan tidak ikut keluar. Air dikolam maupun bak disisakan
sekitar 30 cm agar iakn dapat bertahan dan oksigen masih cukup. Alat yang dapat
digunakan dalam pemanenan adalah jaring
hapa dan seser. Sebaiknya dalam
melakukan penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak ke bagian
hulu. Jadi jika ikan didorong maka ikan patin dan nila akan terpojok pada
bagian hulu. Dengan cara tersebut diharapkan ikan akan tetap segar karena
dibagian hulu suplai oksigen masih tercukupi. Cara tersebut hanya dilakukan di
kolam, sedangkan untuk pemanenan di bak cukup menguras air dan disisakan sedikit kemudian iakn dapat
dijaring dengan seser. Setelah semua terangkat lalu diukur panjang total dan
beratnya selanjutnya dilakukan simulasi pengangkutan dengan memasukkan beberapa
ikan ke dalam kantong plastik yang diberi oksigen tambahan lalu diayun-ayunkan
selama kurang lebih 5 jam.
g.
Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu syarat dalam
budidaya agar kegiatan budidaya dapat berhasil. Masing-masing spesies ikan
memiliki kualitasa air yang berbeda-beda. Tergantung lingkungan dimana ia
tinggal. Menurut Anonim (2010) Kebutuhan kulaitas air untuk ikan nila meliputi
suhu optimal adalah 25-30 oC, keasaman (pH) optimal 7-8, debit air
8-15 liter/detik/ha , dan salinitas 16-20 %0. Sedangkan untuk ikan patin
kebutuhan suhu optimalnya adalah 26-28oC dan keasaman (pH) optimal
berkisar antara 6,5-8. Kerang yang
berfungsi sebagai biofilter tidak membutuhkan kualitas air yang bagus. Menurut Hart dan Faller (1974) diacudalam
Sulistiawan (2007)
kerang dapat mengatur tingkat metabolisme oksigen dengan baik, sehingga masih
dapat hidup pada keadaan dimana kadar oksigen dalam air sangat sedkit
B. Pembahasan Khusus
Pada
praktikum ini diberi
perlakuan berupa penebaran benih antara kolam dengan bak yang berbeda-beda. Kelompok
A (kolam) 150
patin dan 50 ekor nila serta 100 ekor
kerang sedangkan kelompok B
(kolam) 150 ekor patin dan 50 ekor nila. Kelompok C (bak) 30 patin dan 10 ekor nila serta 10 ekor kerang, kelompok D (bak) 30 patin dan 10 ekor nila . Pemeliharaan dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dengan melakukan
sampling setiap dua minggu sekali. Berdasarkan data hasil pengamatan, maka
dapat dijelaskan mengenai hal-hal sebagai berikut :
1.
Panjang dan Berat
Berdasarkan hasil
praktikum dikolamA rerata panjang dan berat ikan nila dan patin mengalami
peningkatan dalam setiap kali sampling. Rerata pertumbuhan panjang patin setiap
samplingnya berkisar antara 2-5 cm.Pada ikan nila rerata pertumbuhan panjang
setiap samplingnya sekitar 1 cm. Rerata pertumbuhan panjang sampling patin
lebih besar dibandingkan dengan nila.Hal ini bisa dikarenakan jumlah ikan patin
dalam populasi lebih besar sehingga menguasai dalam mendapatkan
makanan.Akibatnya ikan patin mendapatkan makanan yang besar dan pertumbuhannya
meningkat. Hal yang sama juga terlihat dalam rerata pertumbuhan berat. Dalam
setiap samplingnya rerata pertumbuhan berat ikan patin berkisar antara 29-63
gr, sedangkan rerata pertumbuhan ikan nila berkisar antara 15- 28 gr.
Pengamtan yang
dilakukan pada kolam B didapatkan hasil yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan rerata panjang dan berat dalam setiap samplingnya mengalami
kenaikan.Kenaikan yang terjadi beragam dan stabil. Pertumbuhan Rerata
panjang pada ikan patin berkisar antara
2-3 cm, pada ikan nila berkisar antara 1-2cm. Pertumbuhan panjang lebih tinggi
pada ikan patin dibandingkan ikan nila. Rerata pertumbuhan berat pada ikan
patin dalam setiap samplingnya berkisara antara 23-40gr, sedangkan pada ikan
nila berkisar 20-136gr. Pertumbuhan berat ikan nila lebih tinggi dibandingkan
ikan patin karena ikan nila merupakan ikan yang mencari makan dipermukaan.
Sedangkan pakan yang dipakai adalah dari jenis pakan apung, sehingga makanan
dikuasai oleh ikan nila.Berbeda dengan ikan patin yang aktif mencari makan di
dasar perairan.Selain itu pertumbuhan yang sangat tinggi pada kolam B ini
dikarenakan banyaknya makanan alami yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dalam
meningkatkan pertumbuhannya.
Hasil
yang sedikit berbeda dialami pada bak C dimana pertumbuhannya fluktuatif.
Rerata pertumbuhan panjang patin dalam setiap samplingnya berkisar antara 1-2
cm, sedangkan ikan nila 0,6-2 cm. Rerata pertumbuhan berat ikan patin berkisar
4-6 gr, sedangkan rerata pertumbuhan berat ikan nila 3-18 gr. Hasil yang
berbeda adalah adanya penurunan rerata pertumbuhan panajang dan berat.
Penurunan rerata pertumbuhan panajang terjadi pada sampling pertama yaitu
sekitar 2 cm pada ikan patin.Hal ini dikarenakan ikan banyak yang mengalami
kematian akibat tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Rerata pertumbuhan
berat ikan patin juga mengalami penurunan pada sampling pertama yaitu sekitar
10gr. Hal ini bias dikarenakan ikan patin kalah dalam kompetisi mendapatkan
makanan sehingga pertumbuhannya menurun.
Hasil
yang sedikit berbeda terjadi pada rerata pertumbuhan ikan nila dan patin di bak
D. Dimana berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan mengalami fluktuatif. Rerata
pertumbuhan panjang ikan patin malah turun sekitar 0,14 cm pada sampling pertama
dan hanya mengalami peningkatan pertumbuhan pada panen yaitu sekitar 1,5 cm.
Rerata pertumbuhan panjang pada ikan nila juga mengalami penurunan pada
sampling ke 1 dan panen. Penurunan berkisar antara 0,21-0,48 cm. Peningkatan
terjadi pada panen yaitu sekitar 2,67cm. Rerata pertumbuhan berat ikan patin
mengalami penurunan yang signifikan pada sampling 1 yaitu 84 gr, sedangkan pada
ikan nila penurunan terjadi pada sampling 1 yaitu 20gr. Dari hasil
tapengamatan, penurunan rerata pertumbuah panjang dan berat terjadi pada
sampling pertama.Hal ini bisa dikarenakan ikan masih dalam penyesuaian terhadap
lingkungannya, selain itu pada sampling pertama ini terdapat beberapa ikan yang
mati seperti yang terjadi pada bak C dengan kematian ikan nila sebesar 5 ekor.Selain
itu penurunan ini dapat dikarenakan dalam budidaya wadah bak pakan alami
sedikit sekali, sehingga ikan hanya mendapatkan makanan dari pakan buatan
(pellet).
Berdasarkan
hasil pengamatan rerata partumbuhan panjang dan berat pada kolamA dan B
terdapat perbedaan. Pada rerata pertumbuhan panjang antara kolamA dan B
perbedaanya tidak signifikan. Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan panjang
ikan nila pada kolam A dan B berkisar antara 1-3 cm sedangkan pertumbuhan
panajng pada ikan patin berkisar 2-5 cm. Hasil yang sedikit berbeda terjadi
pada rerata pertumbuhan berat ikan kolam A dan B. Rerata pertumbuhan berat ikan pada kolamA
lebih rendah dibandingkan kolam B. Hal ini bisa dikarenakan nafsu makan ikan
pada kolam B yang tinggi sehingga pertumbuhannya meningkat tajam. Selain itu
kualitas air yang baik pada kolam B menjadi faktor pendukung pertumbuhan ikan.
Rerata pertumbuhan padabak C dan D relatif sama. Hal ini terlihat dari
pertumbuhan berat yang cenderung menurun pada sampling pertama dan rerata
pertumbuhan panjang yang tidak berbeda nyata.
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat dilakukan Perbandingan rerata pertumbuahn bak dengan
kolam.Hasil pengamatan menunjukkan bahwasanya rerata pertumbuhan baik panjang
dan berat pada kolam lebih baik dibandingkan dengan bak. Seperti yang terjadi
pada rerata pertumbuhan pada kolam A dimana berat ikan nila berkisar antara 15-
28 gr sedangkan pada bak C berkisar antara 3-18gr. Begitu juga pada ikan patin,
rerata petumbuhan berat berkisar antara 29-63 gr, sedangkan pada bak C berkisar
4-10gr. Perbandingan pada kolam B dengan bak C menunjukkan hasil yang tidak
berbeda dimana pertumbuhan pada kolam B lebik baik dibandingkan pada bak D.
2. Kualitas Air
Kualitas air merupakan
salah satu syarat dalam budidaya yang harus dipenuhi. Kualitas air yang baik
maka akan meningkatkan pertumbuhan ikan dan menjaga kelangsungan hidupnya.
Sedangkan jika kualitas air yang rendah akan menyebabkan timbulnya penyakit
yang akan menyerang ikan. Berdasarkan hasil pengamatan pada kolam A didapatkan
kualitas air yang masih normal.Hasil pengamtan uhu udara berfluktuasi namun
masih tergolong ormal yaitu 26-30oC.Begitu juga suhu air, yaitu
berkisar antara 26-30,5oC.Sedangkan oksigen terlarut (DO) selalu
mengalami penurunan dalam setiap samplingnya.Namun dari hasil pengamtan DO
terendah adalah 4ppm dan tertinggi 13ppm.Berdasarkan pengamatan DO tersebut
masih mendukung dalam kegiatan budidaya. Menurut Effendi (2003), kadar oksigen
terlarut minimal dalam kegiatan budidaya adalah 3 ppm. Kandungan
oksigen terlarut optimum untuk ikan nila adalah 3 ppm, sedangkan kandungan
oksigen terlarut untuk ikan patin adalah minimal 4 mg/liter air
(ppm),(Murhananto, 2002).Hasil
pengamatan CO2berkisar antara 0-16 ppm.Hasil ini masih tergolong
normal. Menurut Boyd (1988), kadar CO2 yang baik dalam perairan adalah
dibawah 20ppm. Alkalinitas dalam bak A adalah berkisar antara 48-193 ppm. pH
air dalam kolam A masih normal yaitu berkisar antara 6,4-7,2. Menurut Novotny dan Olem
(1994),sebagian besar biota akuatik sensitif dengan perubahan pH dan menyukai
nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir pada pH yang rendah. Densitas plankton mengalami penurunan setiap kali
sampling.Densitas plankton berkisar antara 1.6-7.655.Densitas tertinggi terjadi
pada sampling pertama.Hal ini dikarenakan pada sampling pertama kondisi
perairan masih baik, dan makanan alami masih cukup banyak. Hasil pengamatan TSS
berkisar antara 1,0047-0,01.
Hasil yang hampir sama
didapatkan pada kolam B dimana kondisi perairan msih tergolong normal. Suhu
udara berkisar antara 26-29,5oCdan
suhu air 28-34 oC. Hasil pengamatan DO menunjukkan penurunan
dalam setiap sampling. Dari hasil pengamatan DO berkisar antara 1,65-23,01 ppm.
Penurunan yang terjadi dikarenakan kondisi perairan yang semakin menurun dan
aktifitas ikan yang meningkat karena
telah mengalami pertumbuhan. Pengamtan CO2 berkisar antara 0-13
ppm.Hasil ini masih normal dan cukup baik untuk mendukung budidaya ikan.
Alkalinitas berkisar antara 5,5-230 ppm. pH air dalam pengamatan didapatkan
hasil berkisar antara 7,1-82. Hasil ini sangat baik untuk budidaya ikan
khususnya ikan air tawar.Densitas plankton berkisar antara 1.08-16.12 dan TSS
berkisar antara 0.0106-0.0296.
Pengamatan kualitas air pada bak C menunjukkan hasil
yang masih relatif baik. Suhu udara berkisar antara 27-28 oC dan
suhu air 26-28oC.Hasil pengamatan suhu ini sangat baik, karena tidak
mengalami flutuasi yang signifikan. Hasil Pengamatan DO sangat baik karena stabil dimana, DO
berkisar antara 5,2-6 ppm. Begitu juga dengan CO2 yang masih
normal. Hasil pengamatan CO2
berkisar antara 6,2-27 ppm. Hasil tertinggi pada pengamatan terakhir yaitu
sebesar 27ppm. Hal ini bisa dikarenakan kondidi perairan mulai menurun berbagai
pakan alami minim dan sisa pakan serta
fases ikan mingkat. Sehingga oksigen perairan menurun dan CO2
meningkat. Alkalinitas dan pH air masih tergolong normal yaitu berkisar antara 34-275 ppm dan 6,7-7,4.
Pengamatan TSS masih cukup baik yaitu berkisar 0.007-0.0305.
Pengamatan
pada bak D masih tergolong stabil, walaupun ada beberapa parameter kualitas air
yang menunjukkan penurunan.Suhu udara dan air masih tergolong normal. Suhu
udara berkisar antara 27-29,5oC, sedangkan suhu air berkisar 26-28 oC. Pengamatan DO
menunjukkan hasil yang sedikit rendah. Dari pengamatan didapatkan bahwasanya DO
perairan berkisar antara 0,8-3,8 . Hasil
terendah terjadi pada pengamatan di sampling ke 1 yaitu 0,8 ppm. Hasil ini bisa
dikarenakan terdapat beberapa permasalahan seperti matinya aliran air dari
sumber dan kondisi periran yang tidak stabil.
Menurut Effendi (2003), jika suatu perairan memiliki kandungan DO kurang
dari 2 ppm maka akan sangat berbahaya
bagi kehidupan biota akuatik dan bisa menyebabkan kematian. Kandungan CO2
mengalami kenaikan dalam setiap samplingnya. Berdasarkan pengamatan kandungan
CO2 berkisar antara 0.36-29,4 ppm. Hasil tertinggi terjadi pada
panen yaitu sebesar 29,4 ppm. Pengamatan
alkalinitas didapatkan berkisar antara 3,1-260 ppm dan pengamtan pH berkisar
antara 6,5-7,1. Berdasarkan pengamatan
TSS, didapatkan hasil yang masih normal yaitu berkisar antara 0.008-0.039.
Berdasarkan hasil
pengamatan dari ke 4 kelompok masih menunjukkan kualitas air yang cukup baik,
walaupun terdapat beberapa parameter yang mengalami penurunan. Kualitas air
yang masih baik ini digambarkan dalam pertumbuhan ikan yang cenderung meningkat
dari setiap samplingnya. Berdasarkan pengamatan kualitas air kolamA masih lebih
rendah dibandingkan dengan kolam B. Hal ini terlihat dari kandungan oksigen
yang tinggi di kolam B yaitu mencapai 23,01ppm sedangkan di kolam A hanya
13ppm. Begitu juga kandungan CO2, diman pada kolam B kandungan CO2
nya lebih rendah dindingkan kolam A. Berdasakan pengamatan pada kolam, dapat
dibandingkan bahwasanya bak C memiliki kualitas air yang lebih baik dari pada bak
D. Hal ini terlihat pada kandungan DO pada bak C yang relatif stabil yaitu 5-6ppm , sedangkan pada bak
D berkisar antara 0,8-3,4 ppm. Begitu juga pada parameter CO2,
dimana pada bak C kandungan CO2 tertinggi hanya 27 ppm, sedangkan
pada bak D kandungan CO2 tertinggi adalah 29ppm.
Berdsaarkan hasil
pengamatan kualitas air, jika dibandingkan kolam dengan bak maka pada memiliki kualitas air yang lebih baik
dibandingkan dengan bak. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan kandungan DO,
dimana pada kolam A menunjukkan kisaran yang lebih tinggi dan mencapai 13ppm,
sedangkan pada bak C hanya 6ppm. Begitu juga CO2, dimana pada kolam
A kandungannya bisa sampai 16ppm sedangkan pada bak C kandungan CO2
mencapai 27ppm. Perbandingan pada kolam B dengan bak D juga menunjukkan hasil
yang sama dimana pada kolam B memiliki kualitas air yang lebih baik
dibandingkan dengan bakD. Kandungan DO pada kolam B lebih tinggi dan mencapai
23,01 ppm, sedangkan pada bak D hanya 3,8ppm. Hasil yang sama juga terjadi pada
parameter CO2 dimana pada bak C kandungan CO2 tertinggi
adalah 13ppm, sedangkan pada bak D adalah 29,4ppm.
3. Food Convertion Ratio (FCR)
Food Convertion Ratio atau FCR adalah
banyaknya jumlah pakan yang dikonversikan menjadi daging. FCR dihitung setelah
pemanenan dan penghitungan beratnya secara keseluruhan. Berdasarkan perhitungan
yang talah dilakukan bahwasanya nilai FCR dari ke 4 kelompok sangat baik dimana
kurang dari 1.Nilai FCR berkisar antara 35-72%.Artinya dalam 1 kg daging pakan
yang diperlukan tidak mencapai 1 kg.Hal ini dikarenakan pada kolam telah diberi
pakan alami yang ditumbuhkan dengan pemberian pupuk kandang.Selain itu
penggunaan budidaya dengan teknik polikultur merupakan salah satu sebab FCR rendah.FCR
terendah (baik) terjadi pada bak C dengan nilai 35%.Hal ini dikarenakan bak C lingkungannya terkontrol karena didalam
ruangan. Selain itu pengaruh lingkungan tidak begitu besar sehingga nafsu makan
ikan terjaga dan tetap tinggi serta efisien.
Perbandingan
nilai FCR pada kolam dengan kolam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Dimana dari hasil pengamtan FCR pada kolam adalah sekitar 42,5% sedangkan pada bak
50,35%. Perbandingan nilai FCR pada kolamA dengan bak C tidak begitu berbeda.
Namun hasil yang sedikit berbeda terjadi pada perbandingan kolam B dengan bak
D. Nilai FCR pada kolam B adalah 43% dan bak C adalah 72%. Hal ini bisa
dikarenakan pakan yang diberikan pada bak D terlalu tinggi dan tidak termakan
oleh ikan, sehingga meningkatkan nilai FCR.
4. Survival Rate (SR)
Survival Rate (SR) merupakan persentase jumlah ikan yang
hidup dalam perairan.Menurut anonym (2010), SR ikan nila bisa mencapai
70-98%.Hal ini bisa dicapai jika ikan dalam kondisi baik, dan lingkungan yang
mendukung.Berdasarkan hasil praktikun didapatkan nila SR ikan nila yang sangat
baik yaitu berkisar antara 70-90%.Nilai tertinggi terjadi pada bak D yaitu
90%.Hal ini dikarenakan pada bak D lingkungannya terkontrol sehingga kualitas
air dapat terjaga dan kematian ikan dapat diminimalisir.. Nilai SR pada ikan
patin sangat tinggi yaitu berkisar antara 96,67-100%. Nila yang tinggi ini
dikarenakan ikan yang ditebar kondisinya baik dan berukuran besar
(glondongan).Selain itu kondisi lingkungan sangat mendukung untuk pertumbuhan
dan syarat hidup ikan patin membuat nilai SR menjadi tinggi.Perbandingan nilai
SR pada bak dengan kolam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
5. Simulasi
Pengangkutan
Pengangkutan merupakan cara dalam mendistribusikan
ikan yang telah dipanen ke pasar ataupun konsumen akhir. Dalam praktikum ini
tidak dilakukan pengangkutan secara langsung, namun hanya simulasi. Pengakutan
simulasi dalam praktikum kali ini adalah dengan memasukkan ikan kedalam kantong
plastik atau drum, kemudian diberi oksigen. Plastik yang telah terisi ikan
diletakkan dalam jaring yang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat
digoyang-goyangkan. Terdapat 5 perlakuan dalam simulasi pengangkutan. Perlakuan
pertama adalah ikan patin yang dengan wadah plastik, ikan nila dengan wadah
plastik, nila dan patin dengan wadah palstik, ikan patin dengan wadah drum, dan
ikan nila dengan wadah drum. Terdapat dua parameter yang diamati yaitu oksigen
terlarut (DO) dan karbondioksida bebas
(CO2). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, DO awal pada semua
perlakuan adalah 7,04 ppm. Setelah dilakukan simulasi selam 5 jam terjadi
perubahan yang beragam. Pada ikan patin dengan wadah plastik DOnya mengalami
penurunan yaitu menjadi 3,2ppm. Sedankan dengan perlakuan lain terjadi
peningkatan DO yang cukup tinggi. Pada perlakuan nila dengan wadah plastik,
nila dan patin wadah plastik, dan patin wadah drum mengalami kenaikan DO yang
tinggi yaitu 10ppm. Pada perlakuan nila dalam wadah drum kenaikannya tertinggi
yaitu 20 ppm. Nilai DO yang tinggi pada wadah drum dikarenakan pada wadah drum
tidak ditutup dengan rapat sehingga oksigen dari udara dapat dengan mudah masuk
ke air.
Berdasarkan pengamatan kandungan CO2,
terjadi kenaikan yang signifikan pada masing-masing perlakuan. Pengamatan awal
perlakuan didapatkan nilai CO2 yang sama yaitu 14ppm. Setelah
dilakukan simulasi pengangkutan selama 5 jam kandungan CO2 nya naik
cukup tinggi. Hasil pengamatan dari ke 5 perlakuan kandungan CO2 nya
berkisar antara 20-53,4 ppm. Nilai CO2 terendah terjadi pada nila
wadah drum. Hal ini dikarenakan CO2 yang tinggi bisa ter difusi
keudara sehingga nilai CO2 menjadi turun. Nilai CO2
tertinggi terjadi pada nila dan patin wadah plastik. Hal ini dikarenakan jumlah
ikan yang banyak dan berbeda jenis, sehingga
akan menghasilkan CO2 yang tinggi. Selain itu, karena dalam
wadah tertutup CO2 tidak dapat terdifusi keluar.
6.
Analisis Usaha
Analisis usaha sangat penting dalam
kegiatan budidaya guna mengetahui apakan kegiatan budidaya yang telah dilakukan
untung atau rugi. Dengan menerapkan rumus analis usaha, kita dapat dengan mudah
mengetahui usaha yang dilakukan. Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat,
analisis usaha dapat digambarkan sebagai berikut :
•
Investasi :
Peralatan Rp 30.000 ,-
•
Biaya tetap
Sewa kolam/bak (Rp
15.000,-/bulan) Rp 40.000 ,-
Listrik (Rp 3000, -/bulan) Rp 6.000 ,-
Penyusutan alat Rp 1.000 ,-
Rp 77.000 ,-
•
Biaya tidak
tetap
Benih ikan nila
(120 @ Rp 500) Rp 60.000 ,-
Benih ikan patin
(360 @ Rp 500) Rp 180.000 ,-
Kerang -
Pakan (60 kg@ Rp 7.000) Rp
420.000 ,-
Pupuk (20kg @ Rp 200 ) Rp 4.000 ,-
Kapur ( 4 kg @ Rp 1000) Rp 4.000 ,-
Rp
668.000 ,-
•
Total biaya
(biaya tetap + biaya tidak tetap) Rp
745.000 ,-
•
Penerimaan
Panen nila (14kg
@ Rp 17.000) Rp
238.000 ,-
Panen patin ( 58kg
@ Rp 15.000) Rp
870.000 ,-
•
Keuntungan =
penerimaan – biaya total
= Rp 1.108.000 – Rp 745.000
= Rp 360.000 ,-
•
Usaha tersebut
mendapat
B/C ratio = pendapatan / total biaya
= Rp1.108.000,- / Rp745.000,-
= 1, 48
Kesimpulan = B/C > 1, berarti usaha tersebut layak
dijalankan dan telah memebri keuntungan.
Berdasarkan analisis usaha yang telah dipaparkan
diatas menunjukkan adanya keuntungan dari kegiatan budidaya. Dengan menggunakan
rumus pendapatan dibagi total biaya, didapatkan hasil bahwasanya nilainya lebih
dari 1. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwasanya kegiatan budidaya telah
mendapatkan keuntungan.
Terdapat
berbagai faktor yang menentukan keuntungan dalam budidaya seperti manajemen
yang baik,teknik budidaya yang baik, dan permintaan pasar. Dengan menerapkan
manajemen budididaya khususnya dalam pengelolaan keuangan maka diharapkan akan
terkontrol modal yang digunakan. Selain itu, dengan melakukan pembukuan yang
baik maka, akan memudahkan pembudidaya dalam mengaudit modalnya. Penerapan
teknik budidaya sangat yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan
diharapkan mampu memberikan keuntungan. Seperti yang telah diterapkan dalam
praktikum ini dengan teknik budidaya polikultur, menunjukkan terdapat
keuntungan dalam kegiatan budidaya. Memahami permintaan kebutuhan pasar sangat
penting. Hal ini dikarenakan jika apa yang dibudidayakan tidak sesuai dengan
permintaan pasar maka, otomatis harga ikan yang dibudidayakan akan rendah dan
kebutuhan pasar kecil. Berdasarkan yang telah dilakukan dalam praktikum dengan
melakukan budidaya polikultur ikan nila dengan patin sangat tepat. Hal ini
mengingat kedua ikan tersebut merupakan komoditas yang sangat diminati di
pasaran, baik pasar lokal maupun nasional. Harga dipasaran dari kedua komoditas
tersebut tinggi yaitu berkisar antara Rp 15.000 – Rp 18.000, -.
C. Kunjungan Lapangan
Kunjungan lapangan yang dilakukan
dalam praktikum manajemen akuakultur tawar dilaksanakan pada hari sabtu tanggal
9 Desember 2011. Kunjungan dilaksanakn di Kulon progo tepatanya pada Depo
perikanan Truno Joyo. Dalam kunjungan dilakukan diskusi bersama nara sumber
bapak Wagiran. Diskusi yang dilakukan berkaitan dengan budidaya dan manajemen
perikanan. Kegiatan budidaya pada kelompok tani di daerah tersebut meliputi
persiapan kolam, penebaran bibit, pemberian pakan, pengendalian penyakit, dan
panen. Terdapat 4 pedoman yang diapaki oleh para pembudidaya didaerah tersebut.
Pedoman tersebut adalah benih yang baik, pakan yang berkualitas, penggunaan
probiotik dan pengendalian kualitas air.
1. Pesiapan Kolam
Kolam yang dipakai oleh para petani di daerah tersebut
adalah kolam terpal, sehingga cara persiapannya sedikit berbeda dengan kolam
permanen. Kolam terpal yang digunakan berukuran 4X8 meter. Para pembudidaya
menggunakan kolam terpal karena memiliki berbagai keunggulan. Keunggulan kolam
terpal adalah lebih murah jika dibandingkan kolam permanen. selain itu dalam
aplikasinya bisa dilakukan pemindahan sesuai keinginanan. Pengeringan kolam
terpal juga lebih singkat dibandingkan kolam lain yaitu sekitas 1 jam.
Ketahanan kolam terpaldalam budidaya yang dilakukan oleh para pembudidayan
adalah sekitar 5 tahun. Terdapat 4 tipe kolam terpal yaitu tipe bambu, kolam
bawah, semi bawah, dan atas. Tipe bambu adalah kolam teral dimana dinding kolam
terbuat dari bambu yang ditancapkan ditanah. Tipe kolam bawah adalah kolam yang
di desain dengan membuat cekuangan sekitar 1 meter dan kemudian dilapisi terpal. Kolam semi
bawah adalah desain kolam dimana penggalian tidak terlalu dalam hanya sekitar
40 cm dan kemudian di atasnya sekitar 60cm. Kolam atas adalah kolam dimana
konstruksi bangunan kolam seluruhnya berada di atas permukaan tanah. Pada
persiapan kolam terpal yang terpenting adalah pemberian sekam. Sekam diletakkan
pada bawah terpal dengan ketebalan 15 cm. Fungsi dari sekam ini adalah untuk
menstabilkan suhu kolam antara 27-30 0C. Hal ini mengingat suhu
sangat penting dalam pertumbuhan ikan. Menurut Effendi (2003) peningkatan suhu
akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air
dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Dengan menjaga suhu
perairan agar tetap stabil akan berdampak pada aktifitas dan metabolisme ikan
yang baik.
Kolam yang telah terbentuk, tidak
langsung di isi air dan dibiarkan terkena panas matahari beberapa saat. Air
yang digunakan dalam budidaya adalah air sumur gali dan sumur bor. Namun untuk
lebih efektif adalah dengan menggunakan air dari sumur bor karena kuantitasnya
lebih tinggi. Pengisian air tidak sampai penuh hanya sekitar 80% dari tinggi
kolam. Setelah air terisi dibiarkan dan tidak dilakukan pemupukan. Biasanya
para petani menggunakan probiotik untuk menumbuhkan plankton di kolam. Dosis
probiotik yang diberikan adalah 10 cc/kg dan pemberiannya 2 kali seminggu.
2.
Penebaran Bibit
Penebaran bibit dilakukan biasanya
pada sore hari, hal ini dimaksudkan karena di sore hari suhu relatif stabil.
Cara penebaran hampir sama yaitu dengan melakukan aklimatisasi. Namun yang sedikit
berbeda dengan yang dilakukan dalam praktikum adalah tidak adanya sampling.
Jadi setiap ikan langsung ditebar tanpa diukur terlebih dahulu. Hal ini
mengingat efisiensi waktu dalam kegiatan penebaran. Biasanya yang dilakukan
bukan sampling melainkan grading. Grading adalah penyeragaman ukuran ikan yang
akan ditebar. Tujuannya adalah agar ikan yang ditebar seragam dan
pertumbuhannya dapat berkembang dengan baik. Bibit yang bisa ditebar berukuran
5-7 cm atau 8-12 cm tergantung suplai bibit dan keinginan pembudidaya.
Penebaran bibit yang dialakukan
tergantung teknik budidaya yang diterapkan. Biasanya 1 m2 ditebari
sekitar 300-500 ekor. Jika pengelolaan kualitas air dan pakan terkontrol dengan
baik maka penebaran bibit tinggi dapat diterapkan. Selain itu berbagai
perlakuan tambahan seperti pemberian probiotik dan vitamin dapat dilakukan
dalam kolam yang padat tebarnya tinggi.
3.
Pemberian Pakan
Ikan lele merupakan ikan yang memiliki
kebiasaan makan pada malam hari atau nocturnal. Namun dalam budidaya hal itu
dapat dirubah guna memberikan kemudahan bagi pembudidaya. Perubahan pola makan
dapat dilakukan dengan penerapan waktu pemberian pakan yang berubah. Ikan
dibiasakan sejak kecil diberi pakan pada pagi dan sore hari, maka lama kelamaan
kebiasaan makannya akan juga berubah. Dalam budidaya yang dilakukan oleh para
petani ikan di Kulon Progo, pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari.
Pemberian pakan dilakukan secara adlibitum. Hal ini dikarenakan banyaknya kolam
yang dimiliki oleh para petani yang harus juga diberi pakan semua. Berbeda
dengan apa yang dipraktikumkan di kampus, dimana pemberian pakan dilakukan
secara perhitungan biomasa. Pemberian pakan yang telah dipraktikumkan adalah
sekitar 3 % dari berat total ikan.
4.
Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan salah satu faktor
pembatas dalam kegiatan budidaya. Hubungan antara penyakit dan kegiatan
budidaya bertolak belakang. Dimana semakin rendah penyakit yang timbul dan
menyerang ikan, maka budidaya akan semakin tinggi hasilnya. Penyakit yang
menyerang budidaya di daerah tersebut biasanya adalah Aeromonas Hidrophilla dan
Ichthioptirus. Biasanya pengendalian penyakit-penyakit tersebut adalah dengan
melakukan perendaman dengan menggunakan air garam.
5.
Panen
Panen merupakan proses terakhir dari
kegiatan budidaya sebelum ikan dipasarkan. Proses pemanenan sangat berperan
penting dalam kesuksesan budidaya. Karena dengan pemanenan yang baik maka akan
meningkatkan harga jual. Sebelum
pemanenan dilakukan pemberokan terlebih dahulu. Pemberokan adalah mempuasakan
ikan selama 1-2 hari sebelum dipanen. Pemberokan dimaksudkan agar nantinya
dalam pengangkutan ikan ke pasar tidak mengalami kematian akibat makanan yang
keluar dari lambungnya. Dengan pemberokan diharapakan ketika di distribusikan
ke pasar dan ikan tidak mengalami kematian.
Panen dilakukan biasanya pada pagi
hari. Hal ini dimaksudkan karena pada pagi hari matahari belum begitu menyengat
sehingga tidak mempengaruhi kondisi ikan. Panen dilakukan dengan menguras kolam
dan kemudian menjaring ikan. Jika ikan telah terangkat semua kepermukaan maka
proses selanjutnya adalah packing. Namun jika hasil panen ikannya tidak seragam
dilakukan grading untuk menyeragamkannya. Biasanya kebutuhan dipasar ikan
dengan ukuran 8 ekor per kg nya. Namun ada juga konsumen yang meminta ukuran
antara 8-12 ekor per kg nya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.Sistem
budidaya polikultur adalah teknik
pemeliharaan ikan dimana terdapat berbagai jenis ikan
2.
Tahapan dalam budidaya ikan meliputi persiapan kolam,pemupukan, pengairan kolam,
penebaran benih ikan, pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit ikan dan
pemanenan serta pengangkutan ikan.
3.Kombinasi spesies
ikan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan nila (Oreochromisniloticus) dan ikan patin (Pangasiuspangasius), serta
biofilter berupa kerang.
4.Berdasarkan analisis
usaha, usaha budidayaikan nila dan patin secara polikultur pada praktikum ini
layak untuk dijalankan, karena nilai B/C ratio > 1 yaitu sebesar 1,24
5.Parameter kualitas
air yang diamati pada praktikum ini meliputi suhu air, DO, CO2, alkalinitas,
pH, suhu air, suhu udara, kecerahan, densitas plankton.
6.
Simulasi pengangkutan yang dilakukan berjalan dengan baik, dimana pada wadah
plastik tidak menunjukkan ikan yang mati.
B. Saran
Praktikum yang telah dilakukan cukup
baik dan untuk tahun yang akan datang diharapkan akan lebih baik lagi. Saran yang ingin saya sampaikan, yaitu mengenai
pengangkuta. Dalam proses pengangkutan tidak hanya simulasi, jadi dapat
langsung melakukan praktek pengangkutan.
Daftar Pustaka
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2003. Beberapa Metode
Budidaya Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Anonim . 2009. Morfologi kerang air tawar. http://anadonta.blogspot.com/2009/04/morfologi-kerang-air-tawar.html
Anonim a . 2010. Ikan Nila.
http:// id wikipedia.org/ikan_nila..
Anonim b.2010.Budidaya ikan secara
Polikultur.http://www.edukasi.net
Boyd, C. E. 1979. Water Quality Management for Pond
Fish Culture. Department of Fisheries and Allied Aquacultures: Agricultural
Experiment Station. Auburn University. Alabama.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air tawar : Ikan
Gurami, Ikan Nila, Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta.
Cholik, F. 1991.
Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Departemen Pertanian
Effendi, H.
2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius
: Yogyakarta
Hafiz, M. 2009. Karakterisasi Kijing
(Pilsbryoconchaexilis, Lea) di Perairan Situ Gede, Bogor. Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Kordi, Ghufran.
2009. Budidaya Perairan : Buku Kedua. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Murhananto.
2002. Pembesaran Ikan di Pekarangan. Agromedia Pustaka. Jakarta
Rukmana, R . 1997. Ikan Nila : Budi Daya dan Prospek
Agribisnis. Kanisius.Yogyakarta.
Sulistiawan R S N. 2007. Potensi Kijing
(Pilsbryoconchaexilis, Lea) sebagai BioFilter Perairan di Waduk Cirata,
Kabupaten Cianjur. Jawa Barat
Suyanto, S. R. 2004. Nila. Penebar Swadaya.
Yogyakarta.
Triyatmo, B. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Manajemen
Kualitas Air. Jurusan Perikanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wirosaputro, S. 2007. Manajemen Budidaya Perairan.
Jurusan Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian. Universitas Yogyakarta.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar