TUGAS
MANAJEMEN KUALITAS AIR
PENGARUH PEMBERIAN
KANGKUNG AIR (Ipomoea Aquatica Risk) UNTUK PENGENDALIAN AMONIAK (NH3)
DALAM BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias
sp)
OLEH :
Robin
09/2833b/PN/11661
BUDIDAYA
PERIKANAN
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
PENGARUH PEMBERIAN
KANGKUNG AIR (Ipomoea Aquatica Risk) UNTUK PENGENDALIAN AMONIAK (NH3)
DALAM BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias
sp)
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKA
L Lele merupakan jenis
ikan air tawar yang telah dibudidayakan secara masal di Indonesia. Banyak
masyarakat yang telah membudidayakan lele sebagai pekerjaan utama. Kesadaraan
masyarakat akan pentingnya gizi khususnya yang berasal dari ikan membuat
permintaan ikan semakin meningkat. Akibatnya tidak ada jalan lain kecuali
membudidayakan ikan yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Menurut Dirjen
Budidaya Departemen perikanan dan Kelautan Made L Nurjana, lele menjadi
komuditas unggulan yang mudah dibudidayakan, dapat dipelihara dalam padat tebar
tinggi dan lahan terbatas dikawasan marginal dan hemat air. Selain itu lele
memiliki pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap penyakit, teknologi budidaya
lele yang relative mudah dikuasai oleh masyarakat, modal usaha dan pemasaran
relative rendah, dipastikan banyak menyerap tenaga kerja, dan terbukti menjadi
usaha yang menguntungkan. Sehingga lele dapat diproduksi secara besar-besaran
dan dapat diekspor kemancanegara (Depetemen Kelautan dan Perikanan,2006).
Seiring dengan perkembang dan
pesatnya kegiatan budidaya maka terdapat berbagai masalah yang mulai muncul.
Salah satu masalah yang muncul adalah kualitas air. Kualitas air yang sangat
berpengaruh dalam budidaya adalah kandungan amoniak. Amoniak dalam perairan
besifat toksik dan bahkan bisa mematikan ikan. Menjaga kualitas air sangat
diperlukan guna kesuksesan kegiatan budidaya (Craigh, S. and L.A. Helfrich, 2002).
Amoniak merupakan kandungan unsur
dalam suatu perairan yang mana dihasilkan oleh proses degradasi sisa pakan dan
feses yang dikeluarkan ikan. Limbah pakan ikan menimbulkan pencemaran perairan
serta meningkatkan kadar N,P,K yang pada akhirnya terjadi eutrofikasi atau
penyuburan (Wardojo, 1975). Kegiatan budidaya intensif khususnya ikan lele
sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Amoniak akan menjadi faktor pembatas
kesuksesan budidaya ikan lele. Dengan pengendalian amoniak dalam suatu perairan
maka akan sangat diharapkan kegiatan budidaya dapat berhasil.
Amoniak diperairan dapat menghilang
melalui proses vola-tilisasi karena tekanan parsial amoniak dalam larutan
meningkat seiring meningkatnya pH (Effendi, 2003). Kadar amoniak pada bahan
aperairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. kadar amoniak bebas yang
terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/l (PT
Sucofindo dan LPKM ITB,1999).
Tanaman air khususnya kangkung
merupakan tanaman yang dapat memanfaatkan kandungan nutrient buruk suatu
perairan untuk dimanfaatkan dalam proses hidupnya. Tumbuhan air dapat
mengahsilkan oksigen dan menyerap nutrient yang masuk keparairan seperti nitrogen
dan fosfor (Hidayat,1993).
B.
TUJUAN
Mengetahuai peranan kangkung air (Ipomoea
Aquatica Risk) dalam mengontrol dan mengendalikan kualitas air khususnya
ammonia (NH3)
C.
MANFAAT
Diharapkan penggunaan kangkung dapat
menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan kualitas air dalam budidaya
lele khususnya amoniak (NH3)
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. KANGKUNG (Ipomoea aquatica Forsk)
Kangkung pertama kali trcatat
dalam sejarah sebagai salah satu tanaman sayur pada masa dinasti Chin sekitar
300M (Edi dan Ho, 1969 dalam Mc khan Book, 1996). Tanaman kangkung berasal dari
asia tenggara dan India. Jenis kangkung yang dibudidayakan terdapat dua masam
yaitu kangkung air dan kangkung darat. Kangkung air atau Ipomoea aquatic
memiliki cirri bentuk daun yang panjang 5-15 cm dengan ujung yang tumpul, lebar
2-10 cm , berwarna hijau kelam, batangnya berlubang. Kangkung memiliki bunga
seperti terompoet berwarna putih ke kuning-kuningan atau kemerah-merahan
(Paciffic Island Ecosistem at risk, 2002). Klasifikasi dari kangkung air adalah
sebagai berikut :
Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan bunga)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil
Sub
Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea
aquatica Forsk.
Kangkung air hidup
di tempat yang digenangi air seperti tanah becek, tepi-tepi danau, kolam-kolam,
dan selokan (Heyne, 1987). Tempat yang mengandung bahan organic tinggi dan
memiliki pH antara 5,5-6,5 akan membuat kangkung tumbuh subur. Menurut Hidayat
(1993) kangkung air dapat mengurangi pencemaran limbah roti, tekstil dan
obat-obatan. Tanaman tersebut pada siang hari dapat meningkatkan oksigen
terlarit dan menurunkan CO2 di perairan tercemar. Sehingga tanaman dapat juga
digunakan untuk alternative mengurangi limbah budidaya.
B.
LELE SANGKURIANG
Ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetiK
dari persilangan balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk
jantan generasi ke enam (F6). Induk
betina kedua berasal dari balai budidaya air tawar Sukabumi yang berasal dari
keturunan kedua lele dumbo yang introduksi ke Indonesia pada tahun 1985.
Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi. Klasifikasi
ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
Filum :
Chordata
Kelas :
Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo :
Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili :
Caridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
Ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu
aborescent sehingga memungkinkan untuk mengambil oksigen dari udara secara
langsung. Sifatnya yang toleran terhadap lingkungan yang buruk menjadikan lele
sering dibudidayakan oleh masyarakat (Hernowo dan Suyanto, 2003)
Seperti halnya lele Dumbo terdahulu, lele sangkuriang
memiliki sifat omnivore. Di alam maupun budidaya lele sangkuriang dapat memanfaatkan plankton,
ikan kecil, udang, dan berbagai makanan untuk dimakan (Departemen kelautan dan
Perikanan, 2006). Habitat lele dialam adalah diperairan tergenang yang relative
dangkal, ada pelindung atau tempat yang agak gelap, dan lebih menyukai substrat
berlumpur. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif dimalam hari (Hernowo dan
suyanto, 2003).
C. AMONIAK (NH3)
Menurut Craigh dan
helfrich (2002) Meskipun melalui menajemen yang baik, pakan yang diberikan pada
ikan pasti akan menghasilkan limbah. Dari 100 unit pakan yang diberikan kepada
ikan, biasanya 10 % tidak termakan, 10 % merupakan limbah padatan, dan 30 %
merupakan limbah cair yang dihasilkan oleh ikan. Dari sisanya, 25 % digunakan
untuk tumbuh dan 25 % lainnya untuk metabolisme. Prosentase ini tergantung
dengan jenis ikan, aktifitas, suhu air dan kondisi lingkungan lainnya.
Limbah yang sangat berbahaya dan bersifat toksik bagi ikan
khususnya adalah amoniak. Limbah amoniak ini sangat berbahaya dan mampu memicu
timbulnya racun ataupun penyakit pada ikan. Limbah amonia dari budidaya ikan
yang dibuang langsung ke perairan sekitarnya merupakan sumber pencemaran yang
perlu mendapat perhatian. Potensi pasokan amonia ke dalam air budidaya ikan
adalah sebesar 75% dari kadar nitrogen dalam pakan (Gunardi dan Hafsari, 2008).
Keberadaan amoniak mempengaruhi pertumbuhan karena mereduksi masukan oksigen
akibat rusaknya insang, menambah energi untuk detoksifikasi, menggangu
osmeregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan (Boyd, 1990).
III.
METODOLOGI
A.
RANCANGAN
PERCOBAAN
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 3 kali pengulangan. Terdapat 3 perlakuan dan 1 kontrol. Masing-masing
perlakuan dilakukan penguangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang diberikan adalah
pemberian kangkung dengan berat yang berbeda. Perlakuan 1 (P1) dengan berat 25%
dari biomasa ikan, Perlakuan 2 (P2) dengan berat 50%, perlakuan 3 (P3) dengan
berat 75%.
IV.
TATA
LAKSANA
A. BAHAN DAN ALAT
-
Bahan
Ikan
lele sangkuriang ukuran 10-12 cm
Kangkung
air
Pellet
ikan
Air
sebagai media budidaya
-
Alat
Kolam
ukuran 1,5X1,5 meter
Terpal
Stereform
Alat
pengukur sampling
Paranet
B. PROSEDUR
1. Persiapan Kolam
Pertama adalah pembuatan kolam dengan ukuran 1,5 meter X 1,5
meter dengan kedalaman 80 cm. Kolam yang dibuat berjumlah 12 dan masing-masing
mengguanakan terpal. Selanjutnya
dilakukan pengisian kolam dengan ketinggian air kurang lebih 70 cm. dilakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk kotoran ayam yang telah kering dan
dimasukkan kedalam karung.
2. Penebaran
Masing-masing kolam ditebar ikan lele dengan kepadatan 50
ekor. Ikan lele yang ditebar memiliki ukuran 10-12 cm. sebelum ditebar,
dilakukan aklimatisasi untuk meminimalisir kematian. Kolam diberi perlakuan
berupa pemberian kangkung dengan berat Perlakuan 1 (P1) dengan berat 25% dari
biomasa ikan, Perlakuan 2 (P2) dengan berat 50%, perlakuan 3 (P3) dengan berat
75%.
3. Pemberian pakan
pemberian pakan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore.
Dosis berat pakan yang diberikan adalah 3 % dari biomasa ikan. Pemeliharaan
dilakukan selama 60 hari atau 2 bulan.
4. Pengamatan kualitas air dan
pertumbuhan
Pengamatan kualitas air dan pertumbuhan ikan dilakukan setiap
2 minggu sekali. Parameter diamati meliputi kualitas air baik fisik, kimia dan
biologi dan pertumbuhan ikan. Parameter fisik yang diamati adalah suhu air dan
udara, serta kecerahan. Parameter kimia yang diamati adalah DO, CO2,
Alkalinitas, amoniak, TSS, dll. Parameter biologi yang diamati adalah densitas
dan diversitas plankton
5. Panen
Panen dilakukan setelah
60 hari dari waktu pemeliharaan. Pemanenan dilakukan pada waktu pagi hari
dengan menguras masing-masing kolam. Setelah air terkuras, ikan ditangkap
dengan seser, kemudian diukur panjang dang beratnya.
C. DATA/VARIABEL YANG DIAMATI
Data yang diamati meliputi kualitas air baik fisik, kimia dan
biologi dan pertumbuhan ikan. Parameter fisik yang diamati adalah suhu air dan
udara, serta kecerahan. Suhu air dan udaara diamati dengan termometer alcohol,
kecerahan dengan Sechi disk. Parameter kimia yang diamati adalah DO, CO2,
Alkalinitas, amoniak, TSS, dll. Oksigen terlarut dengan metode
Winkler,karbondioksida bebas dengan metode alkalimetri, amoniak diukur dengan
metode Nassler , pH diukur dengan pH meter, kedahan dan alkalinitas diukur
dengan metode titrasi. Parameter biologi yang diamati adalah densitas dan diversitas
plankton.
Parameter pertumbuhan yang diamati adalah pertumbuhan mutlak
dan laju pertumbuhan spesifik. Pertumbuhan mutlak adalah ukuran rata-rata organism
pada umur tertentu (Effendi, 1997). Pertumbuhan mutlak yang diamati mulai dari
panjang pertumbuhan mutlak dan berat pertumbuhan mutlak. Laju pertumbuhan
spesifik adalah kecepatan pertumbuhan ikan atau udang pada waktu tertentu
(Effendi, 1997). Pengukuran laju pertumbuhan spesifik yang diamati adalah
panjang laju peertumbuhan spesifik dan beratnya.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E. 1990. Water Quality
Management in Aquaculture and Fisheries
Science. Elsevier
Scientific Publishing Company Amsterdam. 3125p.
Craigh, S. and L.A.
Helfrich . 2002. Understanding Fish Nutrition, Feeds, and Feeding , Viginia
Coperative Extension Service.
Publication 420-256 : 1-4
Depetemen Perikanan
dan Kelautan,2006. Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp.). http://www.dkp.go.id/index.phd
Effendi, M.I. 1997.
Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bandung.
Effendi, M.I. 2003.Biologi
Perikanan. Yayassan Pustakan Nusantara. Bandung
Gunardi, B dan
Hafsari D.R, 2008. Pengendalian Limbah Amonia Budidaya Ikan Lele dengan Sistem
Heterotrofik Menuju Sistem Akuakultur Nir-Limbah. Jurnal Riset Akuakultur Vol
3.
Hernowo, Suyanto,S.R. 2003. Pembenihan dan
Pembesaran Lele di Pekarangan, sawah dan
logyam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.
ED ke 3 BPPK Departemen Kehutanan
Hidayat, S. 1993. Peranan Enceng Gondok dan
Kangkung Air Terhadap Peningkatan Kualitas Air limbah. Disertasi. Fakultas
Pascasarjana Program KPK UGM-Unibraw. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta
Paciffic Island
Ecosistem at risk, 2002. Ipomoea Aquatica Forsskal Convolvulaceae. http//:
Hear-org/pier/ipqu.htm
PT Sucofindo dan LPKM
ITB. 1999. Database Dampak Lingkungan dari Kegiatan Industri.
Wardojo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas
Air. Proyek Pneingkatan Mutu Perguruan Tinggi ITB. Bogor
Saya memfokuskan usaha pada
BalasHapuspembenihan bibit lele
sangkuriang.
Bagi yang membutuhkan bibit
lele
sangkuriang. Untuk wilayah Solo
dan
sekitarnya saya antar gratis.
Bibit
berkualitas karena dari indukan
bersertifikat dari BBAT. Kami
siap
membantu Anda sukses dalam
berternak lele. Konsultasi gratis.
Saya tidak menjual bibit saja.
Bibit
yg saya kirim. Bila sudah panen
akan
saya beli bila Anda kesulitan
menjual. Bila Anda butuh lele
konsumsi saya juga siap. Semua
harga bisa dinego. Pelanggan
adlah raja. Saya ingin Anda
untung besar, kapanpun Anda
sms pasti secepatnya kami
balas, pelayanan kami adalh yg
utama. Anda sukses saya jg ikut
sukses itu prinsip saya. Hub
085642057643
alamat Ngablak Rt/Rw 03/06,
Karangmojo, Tasikmadu,
Karanganyar, Solo
meganmahmud@gmail.com