MAKALAH GENETIKA DAN POPULASI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan
spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di
Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipi kesamping dan warna putih kehitaman. Jenis
ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah Ikan
Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85 negara.
Saat ini, ikan ini telah tersebar ke Negara beriklim tropis dan subtropics,
sedangkan pada wilayah beriklim dingin tidak dapat hidup dengan baik.
Nila disukai oleh kalangan karena mudah
dipelihara, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan serta rasa daging yang enak
dan tebal. Tekstur daging Ikan Nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam
dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal, dan rasanya lebih
gurih, serta tidak berbau lumpur..
Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara
resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada
tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia.
Peluang pasar Ikan Nila cukup besar baik
di pasar lokal maupun ekspor. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan nila
umumnya berukuran dibawah 500 gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp 11.000-15.000,00/kg untuk wilayah Jawa dan Sumatera , sedangkan untuk wilayah timur
Indonesia mencapai Rp. 20.000-30.000,00/kg. Kebutuhan pasar ekspor umumnya dalam bentuk fillet dengan harga berkisar
Rp.30.000-40.000,00/kg dengan
Negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan Hongkong.
Untuk mendapatkan 1 kg fillet Nila, dibutuhkan 3 ekor ikan nila segar. Oleh
karena itu upaya pengembangan usaha budidaya Nila masih terbuka untuk
dikembangkan dalam berbagai skala usaha. Ekspor Nila dari Indonesia umumnya
dalam bentuk frozen fille (600 g) dan surimi.
Peluang pasar yang tinggi menimbulkan
adanya usaha untuk dapat memperoleh ikan nila yang berkualitas. Tidak hanya
terbatas pada usaha pemeliharaan dan pembesaran namun usaha tersebut juga meliputi
persilangan untuk mendapatkan varietas ikan nila yang memiliki kualitas unggul.
BAB II
PEMBAHASAN
Deskripsi umum
Klafikasi Ikan Nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas :
Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis
niloticus
Nila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bentuk badan pipih kesamping memanjang;
2. Mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah;
3. Garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah;
4. Pada sirip pungung terdapat garis-garis miring; dan
5. Mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna putih.
Nila merupakan ikan sungai atau danau yang
cocok dipelihara di perairan tawar yang tenang, kolam dapat berkembang pesat
pada perairan payau misalnya tambak. Kebiasaan makan nila diperairan alami
adalah plankton, tumbuhan air yang lunak serta cacing. Benih nila suka
mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria, Copepoda dan Cladocera; sedangkan
termasuk alga yang menempel. Pada
perairan umum anakan nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal.
Sedangkan Nila dewasa di tempat yang lebih dalam. Nila dewasa mampu
mengumpulkan makanan berbentuk plankton dengan bantuan lender (mucus) dalam
mulut. Nila terlihat memulai memijah sejak umur 4 bulan atau panjang badan
berkisar 9.5 cm. Pembiakan
terjadi setiap tahun tanpa adanya musim tertentu dengan interval waktu
kematangan telur sekitar 2 bulan. Induk betina matang kelamin dapat
menghasilkan telur antara 250-1.100 butir. Nila tergolong sebagai Mouth
Breeder atau pengeram dalam mulut. Telur-telur yang telah dibuahi akan menetas dalam jangka 35 hari di dalam mulut induk betina.
Nila jantan mempunyai naluri membuat sarang berbentuk lubang di dasar perairan
yang lunak sebelum mengajak pasangannya untuk memijah. Nila betina mengerami
telur di dalam mulutnya dan senantiasa mengasuh anaknya yang masih lemah.
Selama 10-13 hari, larva di asup oleh induk betina. Jika induk melihat ada
ancaman, maka anakan akan dihisap masuk oleh mulut betina, dan dikeluarkan lagi bila situasi telah aman.
Begitu berulang hingga benih berumur kurang lebih 2 minggu.
Upaya
peningkatan produksi ikan nila terus dilakukan dengan berbagai cara seperti
mendatangkan beberapa strain unggul baru dari luar,perbaikan teknologi
perbenihan dan budidaya, serta perbaikan genetik. Perbaikan genetik dapat
dilakukan salah satunya dengan cara pemuliaan .Pemuliaan ikan merupakan
kegiatan untuk menghasilkan ikan unggul melalui perbaikan sifat yang terukur.
Syarat
hidup ikan nila dalam berbagai stadia:
Kualitas air media pemeliharaan anakan
diatur pada suhu 25 – 30 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air
media 0,6 – 1 m dalam kolam pemeliharaan dengan kapasitas luasan berkisar 500 m2.
Padat tebar larva berkisar 150 ekor per m2 dengan waktu pemeliharaan
10 hari. Ukuran panen 1 – 3 cm dengan bobot 1 gram.
Pemeliharaan benih dilakukan pada suhu 30 –
32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air media 20 – 30 cm dalam
wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2. Ukuran benih tebar 1 – 3
cm, bobot 1 gram dengan padat tebar larva 50 – 75 ekor per m2. Waktu
pemeliharaan 20 hari dengan ukuran panen 3 – 5 cm dan bobot 2,5 gram.
Pendederan
dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian
air media 20 – 50 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2. Ukuran
benih tebar 3 – 5 cm dengan bobot 2,5 gram. Padat tebar larva 50 ekor per m2.
Waktu pemeliharaan 30 hari, dengan ukuran panen 5 – 8 cm dan bobot 5 gr. Kedalaman
perairan kolam untuk pendederan nila di kolam tanah adalah 50 – 70 cm. Pakan
benih berupa pakan buatan dengan kadar protein berkisar 30%
Perbaikan
mutu genetik untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pada ikan nila dapat
dilakukan dengan berbagai cara.
1. Dengan
melakukan introduksi jenis unggul dari luar sebagai material dasar/genetik
untuk memperbaiki keragaan ikan lokal dan menggunakannya (Gustiano et
al.,2006). Kerugian yang muncul akibat introduksi dapat menyebabkan
pencemaran genetik melalui interaksi
antara jenis asli dan pendatang akibat adanya penyisipan gen (introgresi) pada
ikan asli. Pencemaran genetik dapat berlanjut sampai mengakibatkan terjadinya
penggantian/kepunahan spesies asli dengan spesies pendatang atau penurunan mutu
genetik dari ikan introduksi. Contoh adalah kasus pada nila introduksi GIFT
dari Filipina yang memberikan dampak besar
terhadap jenis yang telah lama ada di Indonesia.
2. Dengan
melakukan persilangan/hibridisasi untuk mendapatkan sifat unggul yang lebih
baik dari populasi asal. Pada dasarnya, hibridisasi adalah memanfaatan sifat
dominan dan heterozigot pada banyak lokus (Tave,1993) atau interaksi dari alela
pada lokus (Kapusknski, 1986). Persilangan umumnya dilakukan antar populasi
yang memiliki keunggulan spesifik . Kegiatan persilangan pada nila di Indonesia
banyak dilakukan oleh para pembudidaya untuk mendapatkan jenis yang memiliki
pertumbuhan lebih cepat atau tampilan tertentu. Produk hibrida banyak ditemui
di masyarakat . namun demikian,apabila persilangan dilakukan secara tak
terkendali akan mengakibatkan hilangnya sifat/karakter spesifik dari populasi
asal. Untuk menghindari hal yang tidak
dikehendaki sebaiknya hasil persilangan/hibrida hanya digunakan sebagai produk
akhir saja untuk konsumsi.
3. Dengan
memanfaatkan keunggulan jenis kelamin jantan (Dunham et al.,2001). Pada nila
telah diketahui umum bahwa jenis jantan memiliki pertumbuhan dua kali lipat
dibandingkan dengan betina (Tave, 1995; Gustiano et al.,2006) pembentukan jenis
jantan dapat dilakukan sebagai berikut : 1) pemberian hormon melalui pakan atau
perendaman (Zairin, 2003), 2) rekayasa genom/androgenesis dengan cara merusak
sifat betina dan ditindaklanjuti dengan diploisasi secara buatan (Myer et
al.,1995 ; Sugama,2006), 3) pembentukan pejantan super (YY supermale) (Scott et
al., 1989 ; Mair et al., 1995 ; Arifin et al., 2004).
4. Dengan
melakukan seleksi terhadap karakter penting. Seleksi merupakan suatu teknik
untuk memperbaiki sifat yang terukur (quantitative trait). Prinsip dasar dari
seleksi adalah mengekploitasi sifat
‘additive’ dari alela-alela pada semua lokus yang mengontrol sifat terukur untuk memperbaiki suatu populasi
(Kirpichnikov, 1980; Falconer,1989;Gjedrem,2005). Secara mendasar seleksi dapat
dibedakan menjadi seleksi individu/massa dan famili. Pada seleksi individu
hubungan kekrabatan diabaikan dan diuji banding dilakukan di antara individu.
Individu-individu diurutkan berdasarkan kriteria/ukuran dan yang terbaik akan
diambil sebagai calon induk . sedangkan pada seleksi famili ,hubungan famili merupakan faktor yang
penting dan rata-rata famili dibandingkan untuk mengambil keputusan selanjutnya
. dalam seleksi famili pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi
‘’antar famili/ between family atau dalam famili/within familiy”. Gabungan
antara antar dan dalam family disebut kombinasi antar dan dalam famili. Jenis
seleksi lainnya (tandem,independent culling, dan selection index) merupakan
variasi dari kedua bentuk seleksi tersebut (Kapuskinsi,1986 ; Tave,1995 ;
Gjedrem,2005).
Dengan DNA recombinant/ “gene transfer”
/ “transgenic” . teknik ini merupakan persilangan pada tingkatan molekuler.
Untuk melakukan transfer gen dibutuhkan ‘DNA construct’ yang terdiri atas
‘transgene’ dan ‘promoter’ sebagai bahan
dasar yang akan ditransfer ke ikan target . pembentukan ikan transgenik melalui
transfer ‘DNA construct’ dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu : 1)
microinjection, 2)electroporation, 3) spermediated transfer , 4) biolistics, 5)
viral vectors, dan 6) lipofection (Beaumont & Hoare, 2003). Transgenik pada
nila pertama kali dilakukan oleh Rahman 7 MacClean (1999). Hasil yang diperoleh
memperlihatkan bahwa jenis transgenik memiliki pertumbuhan 300% lebih besar
dibandingkan dengan nontransgenik. Martinez et al. (1999) juga melaporkan
keunggulan pertumbuhan ikan transgenik dengan perbedaan yang sangat nyata.
Berbagai
keunggulan yang dimiliki ikan nila memungkinkan ikan tersebut untuk diteliti
dan dikembangkan sehingga menghasilkan jenis ikan yang unggul. Berikut adalah beberapa hasil pengembangan pemuliaan ikan nila yang
telah berhasil dilakukan.
1.
Nila JICA
Ikan nila JICA merupakan
hasil pengembangan riset oleh Balai Besar Budidaya Air Tawar Jambi, dengan merekayasa genetic ikan nila. Ikan nila untuk
riset didatangkan dari lembaga riset Kagoshima Fisheries Research Station di
Jepang. Oleh karena penelitian ikan ini dibantu sepenuhnya oleh JICA (Japan for
International Cooperation Agency) sebuah lembaga donor Pemerintah Jepang maka
ikan nila hasil penelitian ini dinamakan Nila JICA. Ikan nila hasil
pengembangan BBAT Jambi ini sangat disukai oleh pembudidaya karena
pertumbuhannya yang cepat dan disukai oleh masyarakat.
2. Nila Nirwana
Ikan
nila Nirwana merupakan ikan hasil pengembangan dari Balai Pengembangan Benih
Ikan Wanayasa yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat. Nirwana merupakan
singkatan dari Nila Ras Wanayasa.
Kelebihan ini nila jenis ini dibandingkan dengan nila biasa, yaitu :
Ø Pertumbuhannya yang
cepat. Dalam waktu enam bulan dapat mencapai bobot 1 kilogram
Ø Bentuk tubuh lebih lebar dan kepala lebih
pendek
Ø Struktur daging lebih
tebal
3.
Nila
Jatimbulan
Ikan
nila jenis ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana
Teknis PBAT Umbulan
yang terletak di Pasuruan Jawa Timur. Keunggulan ikan nila jenis ini adalah
pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan nila biasa dan struktur
dagingnya yang lebih kenyal.
4.
Nila
Larasati
Larasati
adalah singkatan dari Nila Merah Strain Janti. Larasati merupakan nila hasil perekayasaan yang
dilakukan PBIAT Janti, Klaten. Ikan ini merupakan persilangan antara nila hitam
dengan nila merah. Keunggulan
ikan nila larasati ini adalah 1) Pertumbuhannya seperti nila merah sedangkan
reaksi pakannya seperti nila hitam; 2) Pemeliharaan lebih cepat; 3) Dagingnya
lebih banyak; dan 4) Kematian lebih sedikit.
5. Nila
BEST
Nila BEST merupakan hasil riset
yang dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Bogor Jawa barat. BEST
adalah singkatan dari Bogor Enhanced Strain Tilapia.
Karakteristik ikan nila BEST ini adalah :
Ø Tahan terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrem
Ø Pertumbuhan lebih cepat
Ø Memiliki telur 3 – 5 kali
lebih banyak dibandingkan ikan nila lainnya
Ø Larva yang dihasilkan
relatif lebih besar
Ø Tahan terhadap penyakit
Ø Tingkat hidup di atas 90%
6.
Nila
Gesit
Nila Gesit adalah ikan
nila hasil pemuliaan yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa
Barat. Gesit juga merupakan singkatan, yaitu Genetically Supermale Indonesia
Tilapia.
Karakteristik Ikan nila
Gesit, yaitu :
Ø Benih yang dihasilkan 90%
adalah nila jantan
Ø Pertumbuhan 30% lebih
cepat
Ø Suhu optimum pertumbuhan
adalah 25 derajat celcius
Ø Kebal terhadap penyakit
Ø Lebih aman dikonsumsi
dibandingkan dengan ikan nila yang menggunakan hormon.
BAB III
PENUTUP
Ikan Nila
merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang banyak diminati oleh
masyarakat. Bagi para konsumen ikan ini selain dagingnya yang enak dan tidak
memiliki duri-duri kecil di dagingnya, ikan ini memiliki kandungan nutrisi yang
baik terutama kandungan protein yang tinggi serta harganya pun relatif
terjangkau. Sedangkan bagi para pembudidaya, ikan ini jadi pilihan dengan
alasan ikan ini relatif kebal terhadap lingkungan yang ekstrim dan masa
pembesaran yang relatif singkat.
Melihat besarnya
permintaan dan tingginya konsumsi masyarakat terhadap ikan, para peniliti
banyak melakukan penelitian dan kajian mengenai ikan nila ini. Salah satunya
adalah perbaikan genetika ikan (pemuliaan ikan) sehingga produktivitas maupun
kualitas ikan nila pun menjadi meningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat
Usaha, 2010. Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Dkp Sulawesi
tengah. Petunjuk Teknis Pembenihan dan Pembesaran Ikan NILA (Oreochromis
niloticus).
www.dkp.sulteg.go.id.
Sugiarto,
1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV.Simplex.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar