WpMag

Jumat, 26 Juni 2015

BERTAHAN UNTUK TERUS BERJUANG

BERTAHAN UNTUK TERUS BERJUANG

Pertama kali menginjakkan kaki di sini terasa suhu dingin yang menyeruak. Suhunya mungkin dibawah 10 derajat Celsius. Dinginnya udara membuatku harus sesering mungkin menggerakkan tubuh, menyatukan kedua tangan dan cara lain untuk mengusir dingin yang terus merengkuh. Bahkan untuk berbicara saja kadang terasa sulit karena bibir terus bergemetar.

Inilah tanah yang gemah ripah loh jinawi itu. Semua tanaman dapat dengan mudah tumbuh di sini. Mulai sayuran, buah-buahan dan berbagai bunga dapat dengan mudah tumbuh subur di daerah gunung Wilis. Ketenangan, kesejukan, keramahan masyarakat adalah pemandangan yang setiap hari dapat ditemui. Senyum yang merekah, sapaan hangat adalah cara tersendiri dalam berkomunikasi masyarakat Wilis. Mereka adalah manusia tangguh, pantang menyerah dengan kondisi alam. Karena mereka telah mempelajari dan menghayati setiap pergerakan alam. Mereka telah melakukan adaptasi dengan alam.

Kehidupan kota yang terus bergerak, bising kendaraan yang tak berhenti adalah wajah modernisasi yang disuarakan oleh sistem kapitalis. Namun, di Gunung Wilis inilah kehidupan kota tak ada. Hanya hawa sejuk, ketenangan, dan suara merdu burung terus memainkan ritme alam. Para burung itulah yang menjadi lagu dalam setiap bait kehidupan masyarakat.

Petani yang pergi ke sawah, peternak yang sedang memerah sapi, pelajar yang terus menulis adalah semangat masyarakat akan sebuah kehidupan. Kehidupan yang tenang dan penuh kedamaian. Bukan mengenai materi semata, tapi lebih dari itu kebahagiaan adalah salah satu tujuan hidup mereka.

Dan, aku masih duduk di sini, disebuah gubuk kecil di dataran tinggi ini. Sembari melihat sang merah putih yang berkibar di depan gubuk, suara burung yang bernyanyi dan ladang petani. Ku bulatkan tekat bertahan untuk terus berjuang dalam sebuah kebahagiaan.

Wilis, 26 Juni 2015



Sabtu, 20 Juni 2015

MELIHAT SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

MELIHAT SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA



sumber : dianloves.me
Sistem pendidikan kita membentuk suatu karakter yang menarik jika diamati. Sistem pendidikan di negeri ini masih mengedepankan penilaan kuantitatif. Setiap pelajaran dinilai dengan angka. Setiap pelajaran memiliki batas standar minimun angka yang harus dicapai. Hal ini membuat pelajar terbebani dan memaksa untuk dapat melampaui angka standar minimun. Jika tidak, mereka akan tinggal kelas dan mengulangi ditahun berkutnya.

 Pendidikan di negeri ini masih memberikan porsi besar pada penilaian kuantitatif membuat pelajar saling bersaing. Seolah mereka yang memiliki nilai tinggi dari semua pelajaran adalah anak pintar. Akibatnya mereka yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata pada suatu mata pelajaran akan mereasa minder. Hal ini membuat pelajar terbebani dengan angka standar minimum.

Sering kali kita lupa bahwa ada hal lain yang lebih penting untuk diperhatikan ketimbang memberikan penilaian secara kuantitatif. Seperti contoh, setiap manusia diberikan kemampuan mayor dan minor masih-masing. Mereka memiliki kemampuan yang spesifik pada salah satu bidang namun kurang baik di bidang lain. Ada anak yang cukup baik pemahamannya dibidang matematika namun kurang begitu paham ketika pelajaran IPA begitu juga sebaliknya.

Perlu dilakukan perbaikan sistem pendidikan di negeri ini untuk memberikan pemahaman kepada pelajar bahwasanya pendidikan tidak hanya dilihat dari angka yang didapat. Naik tidaknya pelajar tidak dilihat dari angka yang didapat ketika ujian. Namun lebih dari itu, ada kemampuan yang perlu dikembangkan pada masing-masing pelajar sehingga bakat mereka dapat tersalurkan pada setiap bidang yang ingin digeluti.
Standarisasi terhadap angka minimum memang bagus, namun alangkah bagusnya jika tidak diberikan patokan angka minimun. Harapannya agar pelajar tak terbebani dengan angka-angka tersebut. Mereka dapat dengan leluasa mengembangkan diri mereka sesuai dengan cita-citanya.

Solusi yang mungkin dapat diterapkan untuk penilaian adalah tidak dengan angka-angka standar. Namun lebih dari itu, diberikan suatu penjelasan terhadap pelajar bahwa seberapa jauh pemahhaman mereka terhadap mata pelajaran. Tidak menyudutkan siswa dengan angka yang rendah, namun lebih memberikan dorongan dan motivasi berupa kalimat dalam setiap penilaian mata pelajaran.


Semoga saja sistem pendidikan di negeri ini menjadi lebih. Sehingga cita-cita pendahulu untuk mencerdaskan segenap bangsa dapat tercapai. 

Rabu, 17 Juni 2015

MENATA HATI MELURUSKAN NIAT

 MENATA HATI MELURUSKAN NIAT

Bulan Ramadhan telah tiba. Manusia mulai berbondong-bondong menyiapkan segala keperluan. Pakaian, makanan hingga hal remeh temeh lain tak luput dari daftar yang ingin dibeli. Sebenarnya, ada hal lain yang lebih penting dari semua itu. Menata hati dan memantapkan diri untuk menyambut bulan suci adalah cara untuk mendekatkan diri kita kepadaNya.

Kini yang terjadi malah sebaliknya, kita disibukkan dengan berbagai agenda yang kadang jauh dari mendekatkan diri padaNya. Banyak dari kita, lebih fokus bekerja untuk menyambut hari raya. Memberikan banyak waktu  untuk menambah pundi-pundi rupiah. Memang bekerja tak dilarang, alangkah lebih baik disaat bekerja itulah kita selalu ingat padaNya, sehingga ada nilai ibadah dalam bekerja mencari dunia.

Sebenarnya yang perlu di perhatikan adalah kadang kala kita terjebak dengan pola hidup manusia modern. Sifat konsumtif membuat kita terlena dalam bulan Ramadhan. Kita seharusnya memfokuskan diri untuk ibadah, namun yang terjadi kita lebih fokus kerja dan sangat boros dalam membelanjakan uang.

Banyaknya iklan di TV memang sangat menarik untuk disimak. Iklan tentang ramadhan adalah salah satu trik marketing yang sangat ampuh di bulan puasa. Kita, kadang kala lupa bahhwa dalam setiap iklan yang ditampilkan itu hanyalah bumbu untuk menarik kita dalam pola hedonisme. Memaksa kita untuk menjadi manusia konsumtif. Seolah, apa yang ditampilkan di iklan adalah suatu produk yang baik dan perlu untuk dibeli. Banyaknya iklan di TV  membuat kita menjadi terlena, ada hal lain yang lebih penting ketimbang menuruti hidup konsumtif.


Marilah kita menata hati meluruskan niat untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Bekerja keras disertai niat untuk ibadah. Bekerja terus sembari menyandarkan segala usaha kepadaNya. Semoga kita bisa lebih mendekat padaNya. 

Senin, 15 Juni 2015

MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN


MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

Pemuda adalah aset yang sangat berharga bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh pemuda. Bung Karno pernah mengatakan “ Berikanlah aku sepuluh orang tua akan aku cabut semeru dari akarnya. Berikanlah aku satu pemuda akan aku guncang dunia”. Apa yang dikatakan oleh Bung karno ada benarnya, karena pemuda adalah Agent of change. Mereka akan mencoba menkoreksi apa yang telah ada dan membuat suatu terobosan untuk sebuah kebaikan.

Kemajuan zaman telah menggerus berbagai lini kehidupan. Tak terkecuali, pemuda yang merupakan agent of change mulai gundah dengan jati dirinya. Banyaknya pengaruh dari kemajuan zaman, mereka seringkali terombang-ambing. Mengikuti kebanyakan orang yang katanya simbol kemajuan. Mulai dari cara berbicara, tingkah laku sampai fashion telah mencemari pemuda saat ini. Diperlukan suatu rekronstruksi pemahaman dan pola pikir pemuda.

Sekumpulan anak muda mulai menyalakan api yang bertahun-tahun padam. Mencoba merangkai mozaik yang berceceran disatu-padukan untuk menghadapi masa depan. Mereka adalah embrio yang mencoba bermetamorfosis untuk sebuah harapan. Remaja Masjid Baitul A’la adalah salah satu wadah berkumpulnya pemikiran dan penghayatan kembali mengenai fungsi pemuda dalam menghadapi kemajuan zaman. Memang mereka tidak memiliki AD ART yang baku, namun selalu menyandarkan pada ajaran Islam seperti gotong royong dan saling menghargai. Mencoba membangun dari fondasi dan filosofi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Gotong Royong yang merupakan akar dari terumuskannya Pancasila adalah sandaran untuk menghidupkan kembali semangat pemuda.


Mereka mencoba mengaktifkan kegiatan seperti rutinan Yasin Tahlil, bersih masjid, kepanitiaan wisuda,dll. Berkolaborasi dengan pengurus masjid, mereka mencoba menciptakan suatu letupan semangat kecil dari sebuah kampung. Semangat yang harapannya akan dapat dirasakan oleh suatu komunitas itu sendiri khususnya dan untuk bangsa dan negara pada umumnya. 

DIUNGKAPKAN ATAU DIAM

DIUNGKAPKAN ATAU DIAM

Belum tentu semua yang ada dihati itu diungkapkan. Apalagi harus di umbar lewat facebook, twitter, bbm, maupun sosial media lain. Bukankah yang ada dihati itu sangat spesial. Barangkali jika nanti diumbar banyak orang tau. Jangan-jangan nanti mereka iri lagi.

Sesuatu yang belum pernah dikatakan, bukan berarti nanti tidak dikatakan. Ada waktu yang tepat kapan untuk mengatakannya kapan untuk diam dan menyimpannya. Bukankah mengikuti dan menerima takdir Tuhan adalah jalan terbaik.

Menunggu ia datang, atau mengejar ia yang berada jauh?. Bukankah menunggu dengan cara  memperbaiki diri dan terus yakin akan sebuah pilihan Tuhan adalah jalan yang terbaik. Apakah harus mengejar, namun ia yang dikejar belum tentu terbaik yang diberikan Tuhan. Atau jangan-jangan yang dikejar malah menjauh. Apakah tidak melelahkan?.

Walaupun tidak bilang, itu tetap cinta bukan?. Bukankah cinta itu ada dihati?. Kenapa dipaksakan hingga menenggelamkan perasaan. Kenapa dituruti dibiarkan perasaan hingga meluber kesemua penjuru. Bahkan di media sosial pun tak luput dari luberan perasaan tersebut.

Ada waktu yang tepat kapan diungkapkan kapan untuk ditahan. Walaupun rindu itu menyakitkan dan melelahkan, bukankan rindu itu juga teramat indah jika diolah dengan cara yang bijak. Biarkan  waktu yang menjawab perjumpaan sembari terus berjuang memperbaiki diri yang masih kurang. 


Sabtu, 13 Juni 2015

PEMAHAMAN CINTA

PEMAHAMAN CINTA 


Membahas mengenai cinta memang tak ada habisnya. Karena cinta adalah kata kerja yang terus melakukan metamorfosis. Cinta bukanlah kata benda yang membuat kita diam dan terus stagnan dalam jalur kehidupan. Cintalah yang menghidupkan kita, karena dengan cinta kita dapat berjalan. Dengan cinta itu pula kita dapat menikmati hidup.

Jika ada yang mengantakan cinta adalah kata benda dan suatu perasaan irasional, maka yang terjadi adalah suatu kebablasan dalam pemahaman. Kita bisa membenarkan semua setiap menyandarkannya pada cinta. Kita mengagungkan cinta melebihi segalanya. Membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, kita terkunci oleh cinta itu sendiri.

Cinta adalah kata kerja yang penuhh rasionalitas, penuh logika. Ketika menyandarkannya pada pemahaman ini, kita bisa mengendalikan cinta dalam diri kita. Cinta berada pada titik kesadaraan dan melakukan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan.

Dewasa ini, banyak dari kita mungkin salah kaprah dalam memahami makna cinta. Akibatnya, kita tak dapat membedakan mana cinta dan mana tidak. Menerjang batasan-batasan demi subuah cinta. Sudah selayaknya kita merenungkan bahwa, cinta adalah perasaan rasional. Walaupun tidak diungkapkan cinta adalah cinta. Ia ada dan bersemayam dalam diri manusia.


MENULIS UNTUK KEABADIAN

 MENULIS UNTUK KEABADIAN


Menulis adalah salah satu cara untuk menyalurkan ide-ide gila kita. Menuangkannya ke dalam kata demi kata yang terangkai menjadi kalimat. Melalui tulisan, suara kita dapat didengar. Ide-ide gila kita dapat dilihat dan tersampaikan kepada semua orang. Menulis mengantarkan kita untuk bijak dalam bersikap dan melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.

Seringkali, tulisan kita hanyalah sampah bagi para pembaca. Entah tema yang kurang menarik, atau memang kualitas tulisan kita dibawah standar. Tak memiliki alur yang jelas, kosa-kata yang amburadul bahkan sampai pokok pikiran yang tak ada. Namun, dengan menulis inilah kita mencoba bersikap dewasa.

Memahami manusia, bahwa kita adalah obyek dari sebuah pandangan mereka. Tidak setuju dengan ide kita, tak sependapat dengan isi tulisan kita adalah hal yang wajar ditemui. Mengatakan kita bodoh sampai dengan dangkal pemahaman itu adalah sebuah kritik dari apa yang kita lakukan. Kebebasan dalam berpendapat inilah yang membuat kita untuk dapat meluapkan isi dalam hati kita. Itulah konsekuensi dalam menulis. Tak apalah, setiap apa yang kita lakukan memiliki konsekuensinya.

Terus memperbaiki diri, memperdalam pemahaman dan menulis tiada henti adalah jalan yang harus dipilih. Biarkan kritikan itu berlalu sembari kita terus memperbaiki diri. Memberikan pemahaman mengenai ide-ide gila kita. Mengabadikan setiap jengkal perjalanan hidup kita dalam sebuah tulisan adalah cara tersendiri dalam memaknai hidup.

Pramoedia Ananta Toer pernah mengatakkan “Oranag boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Apa yang dikatakan oleh Pram rasanya tepat sekali. Kita menulis untuk mengabadikan setiap perjalanan hidup kita untuk sebuah keabadian. Mungkin, saat ini tulisan kita tak pernah dibaca, ide-ide gila kita tak pernah dilihat. Namun suatu saat nanti bisa jadi mereka akan membacanya.


Semoga apa yang kita lakukan dengan mengabadikan setiap jengkal perjalanan hidup kita melalui tulisan tak menyurutkan semangat perjuangan dalam menggapai mimpi-mimpi kita. 

Kamis, 11 Juni 2015

INTROSPEKSI DIRI

INTROSPEKSI DIRI

Kita mungkin teralu bangga dengan gelar mahasiswa, dan semakin bangga lagi ketika telah menjadi seorang sarjana. Merasa jumawa dengan gelar yang telah dimiliki. Sudah pantaskah kita disebut mahasiswa, atau lebih dari itu sudah layakkah kita disebut seorang sarjana. Mengapa kadang kita ingin menceritakan banyak hal mengenai dunia kampus kepada semua orang. Memberikan jawaban dari setiap pertanyaan yang dilontarkan pada kita. Seolah kita telah ahli dibidangnya. Patutkah itu semua disematkan pada diri kita.

Marilah kita intropeksi diri, merenungkan apakah sudah layak diri kita disebut demikian. Setiap kali berkumpul dengan masyarakat kita menceritakan dunia kampus yang menurut kita “Wah” itu. Kita menjawab pertanyaan dengan diksi yang tinggi sehingga sulit dipahami oleh mereka. Apakah itu cermin dari seorang terpelajar?.

Teringat dengan apa yang dituliskan Pram dalam Novelnya Bumi Manusia, “Seorang terpelajar harus berlaku adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”. Sudahkah kita berlaku adil pada diri kita. Berlaku jujur tentang diri kita. Atau mungkin kita sedang menghias topeng-topeng pencitraan biar semua manusia kagum pada kita. Apakah pantas kita melakukan itu semua.


Kita sendirilah yang tahu mengenai diri kita. Sudah saatnya kita berlaku adil dan jujur terhadap diri kita. Sudah waktunya kita membangun diri, tanpa harus menghias topeng pencitraan dengan bumbu retorika. Apa yang telah kita bangun dalam landasan keadilan dan kejujuran dalam diri, akan terpancar dan semua orang bisa merasakannya. Tak usah kita mengharapkan pujian atas apa yang kita lakukan, dengan rendah diri. Kita tak memiliki daya untuk melakukan setiap kebajikan kecuali dengan pertolongan Tuhan.

Rabu, 10 Juni 2015

MALAM


MALAM


Malam selalu menyajikan kisahnya. Malam, waktu siang telah terlewati. Malam dengan gelap dan cahaya bulan. Seringkali malam inilah yang melantunkan lagu kedamaian. Bait demi bait tersajikan untuk mengisi kesendirian. Bising kendaraan mulai lenyap, suara hewan malam berdengung dan cahaya bulan menjadi saksi akan suatu perjumpaan.

Sering kali ada cerita dibalik malam. Ada canda tawa terbit dibalik gelap malam. Menghapuskan setiap kesedihan yang datang. Menggantikan dengan suka cita dan kedamaian. Entah apakah malam, atau engkau yang datang, yang pasti selalu ada semangat baru untuk hari esok.

Engkau yang duduk disana sembari menikmati secangkir coklat panas dan aku masih asik disini menanti perbincangan. Akhirnya, obrolanpun datang. Selalu ada cara untuk memulainya. Mengenai kesibukan hari ini, sampai hal remeh temeh yang tak penting. Namun itulah yang memcairkan suasana. Setelah seharian sibuk dengan kegiatan masing-masing kita bercanda dalam ruang berbeda.

Obrolan kadang sampai dini hari dan aku tak menyadari bahwa kau telah hilang. Ditelan pagi yang telah datang. Aku masih duduk, menyaksikan bulan tengah tersenyum pada dunia. Kubiarkan mata ini untuk menyaksikannya. Tubuh ini tak memperdulikan walau waktu terus berjalan. Menikmati malam, merajut kedamaian.


Biarkanlah malam ini selau datang. Dan kutunggu engkau di sudut ruangan. Menyaksikan bulan, mendengarkan hewan malam dan menunggu obrolan itu datang.

Selasa, 09 Juni 2015

JALAN YANG AKU PILIH

JALAN YANG AKU PILIH

Kita memang jarang bertatap muka. Ah, rasanya sangat jarang sekali kita bertutur kata. Ya, memang ada sesuatu yang harus kita jaga. Ada kaidah-kaidah yang harus dijalankan. Ada aturan yang membuat kita untuk sementara tersekat. Namun, tak mengapa itu semua demi kebaikan.

Walaupun engkau tak tahu apa yang sedang kurasakan, namun aku yakin akan sebuah pilihan. Iya, memantapkan hati untuk tetap teguh dalam pendirian. Sembari memperbaiki diri untuk memantaskan jika suatu saat kita dipertemukan. Setidaknya inilah jalan yang kupilih. Terkadang jalan ini sangat menjenuhkan. Banyak rintangan maupun godaan untuk lepas dari pendirian. Namun, ada sesuatu yang membuat untuk tetap bertahan.

Engkau yang aku tak tahu apa juga memiliki rasa yang sama. Biarkanlah rasa ini ada dan bersemayam hingga suatu saat Tuhan yang akan membukakan. Aku takut jika terlalu dini untuk kunggkapkan, barangkali Tuhan tak merestui. Aku takut, Tuhan tak berkenan lantaran cara ku yang terlalu norak dan gegabah dalam mengambil keputusan. Ingin mendahului kehendak Tuhan sehingga menerobos batasan-batasan. Biarkanlahh doa-doa ini terpanjatkan untuk sebuah kebaikan. Biarkanlah diri ini untuk terus memantaskan, walaupun getir perih terus kurasakan.

Engkau yang masih mengejar mimpi. Teruslah berjuang tanpa kenal berhenti. Mimpimu pantas untuk diperjuangkan. Tak usah kau hiraukan manusia yang rendah nan kecil ini. Manusia yang terpinggirkan dan tak dianggap oleh khalayak. Aku akan berusaha meneguk setiap air kesabaran. Aku akan berusaha terus hingga aku tak tahu betapa rindu ini menenggelamkan.

Engkau yang duduk dan membaca buku untuk merampungkan studi. Engkau yang masih merangkai kata demi kata untuk mendapatkan gelar sarjana. Engkau yang terus berjalan dalam sebuah mimpi yang membentang. Jangan kau lihat diriku. Jangan kau tengok aku. Aku hanyalah debu pengganggu matamu untuk meraih mimpi. Aku hanyalah penghalang setiap jalanmu dalam merampungkan studi. Teruslah berjalan.
Pertemanan kita, biarlah begini adanya. Aku yang terus berusaha memperbaiki dan memantaskan diri engkau yang terus meraih mimpi. Kita terus berjalan walaupun dalam tempat yang berbeda. Anggaplah aku penghibur penatmu dikala rutinitas kampus melanda. Biarkanlah aku selalu melontarkan guyonan yang dapat membuat kita tertawa. Dan kita terus berjalan tanpa kenal lelah.

Semoga cara ini adalah cara terbaik yang direstui Tuhan. Biarkanlah waktu yang menjawab perjalanan kita.


Minggu, 07 Juni 2015

ROKOK, NASIBMU KINI

ROKOK, NASIBMU KINI

Rokok merupakan salah satu komuditas yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Rokok merupakan kebutuhan bagi mayoritas kaum pria di Indonesia. Merokok adalah hal yang lumprah di Indonesia. Di berbagai tempat, diberbagai kesempatan kita seringkali menemukan orang-orang yang tengah asik menikmati rokok. Akhir-akhir ini iklan mengenai bahaya rokok semakin digalakkan. Mulai dari desain kemasan rokok yang menyeramkan sampai dengan iklan di TV yang menakutkan. Sudah tepatkah arah kebijkan pemerintah saat ini?. Benarkah tak ada agenda besar mengenai berbagai kebijakan tersebut?.

Marilah kita berfikir jernih mengenai rokok di negeri ini. Memang harus dapat diakui bahwa berdasarkan research yang telah dilakukan oleh para ahli, rokok memiliki dampak negatif untuk kesehatan. Sebenarnya tidak hanya rokok, berbagai produk makanan pun juga memiliki dampak yang tidak baik jika dikonsumsi berlebihan. Seperti contoh, Mono sodium glutamate MSG) akan sangat berbahaya jika dikonsumsi berlebih. Tidak hanya itu, mie instan yang memiliki kandungan “zat lilin” pun jika dikonsumsi berlebihan juga tidak baik untuk kesehatan. Mengapa produk makanan itu dapat dijual bebas tanpa ada peringatan di kemasannya?. Bukankah bahan-bahan pengawet dan penguat rasa yang ada di produk makanan juga berbahaya jika dikonsumsi berlebihan.

Lebih parah lagi mengenai peringatan bahaya rokok kretek dibandingkan rokok filter. Banyak yang mengatakan rokok kretek lebih berbahaya karena mengandung Nikotin dan Tar yang lebih tinggi dibanding rokok filter. Disini, marilah kita berikir jernih dan banyak mencari referensi, apakah memang semua itu benar?.

Terlalu curiga mungkin, tapi dapat dijadikan sebagai pendapat pribadi bahwasanya ada agenda khusus dibaalik ini semua. Rokok kretek adalah kekayaan Indonesia dan munkin inilah yang menjadi salah satu alasan. Jika masyarakat Indonesia banyak yang merokok kretek maka rokok filter dan “putihan” dari Negara lain akan sulit bersaing. Maka diciptakanlah suatu agenda untuk mempropagandakan bahaya rokok kretek yang lebih besar dibandingkan rokok lain.

Marilah kita berfikir jernih, bahwasanya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Merokok memang merusak kesehatan dan makan pun juga dapat merusak kesehatan jika dilakukan berlebihan. Maka, cara bijak menyikapinya adalah menyeimbangkan segala bentuk konsumsi dan selalu berfikir jernih dalam menyikapi segala hal…


Kamis, 04 Juni 2015

ULTAH SAMA

ULTAH SAMA

Bagaimana rasanya jika ada orang yang memiliki tanggal lahir sama dengan kalian?. Bagaimana rasanya jika tidak hanya tanggal lahir tapi bulan dan tahun pun juga sama. Kadang kita memandang bahwa dunia ini luas, namun kemudian kita mendekonstruksi pemikiran kita mengatakan bahwa dunia itu juga sih. Seperti yang aku alami, dalam satu unit ternyata aku dan dia sama tanggal lahir, bulan, dan tahun. Wooo, luar biasa. LPPM ternyata lucu juga sih, tanpa sengaja mempertemukan dengan seseorang yang memiliki tanggal lahir sama. Hehehe

Dia bernama Rizki, seorang teman dari jurusan teknik fisika yang ternyata memiliki tanggal lahir sama dengan ku. Awalnya aku tak tahu mengenai hal ini, bagiku ngapain mengetahui tanggal lahir ornag kayak gak ada kerjaan??? Hehehe. Ketika itu, pagi telah menjemput kami setelah semalaman  tak bisa tidur karena dinginnya udara di Dieng. Kemarin, kita belum selesai menata barang bawaan di pondokan, sehingga harus melanjutkannya di pagi hari.  Beberapa barang yang berada di ruang tamu acak-acak an kayak kapal pecah. Mungkin satu minggu dibiarkan bisa jadi sarang tikus  dan kita akan dianggap menjadi orang yang sukses melakukan breeding tikus pada waktu KKN. Konyol jika itu terjadi. Hehehe

“Yuk, bin kita beli kardus untuk tempat pakaian” Rizki mengajakku
“Ayo,” tanpa berfikir panjang
Sembari menelusuri jalanan di DIeng untuk mencari took yang menjual kardus, Rizki mengajak ngobrol. Aku pun tak kalah mengimbangi obrolannya. Tanpa disengaja ia bertanya padaku.
“Kamu lahir tanggal 9 ?
“Iya”jawabku
“Bulan januari 90?”
“Iya, emangnya ada apa?”
“Kok tanggal lahir kita sama”
“Beneran? Kok kamu tahu?”
“Ya iyalah aku buka fb mu”
Dalam batinku, kok cowok kepo cowok, opo untunge. Tapi ya sudahlah.


PANCASILA, IDEOLOGI DAN JALAN HIDUP BERBANGSA

PANCASILA, IDEOLOGI DAN JALAN HIDUP BERBANGSA

Hari ini, bangsa kita dihadapkan pada peperangan ideologi. Memang, untuk saat ini ideologi kapitalis masih dominan di negeri ini. Semua lini kehidupan tak terlepas dari peran kapitalisme dalam segala sendi. Kita kehilangan jati diri bangsa. Seiring memudarnya kesadaran mengenai ideologi yang dimiliki oleng bangsa sendiri. Kita terlalu membanggakan ideologi yang katanya sebuah simbol kemajuan zaman.

Sudah saatnya kita merunangkan mengenai Bangsa ini. Kita menyisihkan waktu sebentar untuk sedikit uzlah dari hirup pikuk dunia. Menyelami makna dan memahami setiap apa yang terjadi selama ini. Kapitalis yang notabene merupakan simbol kemajuan zaman harus di dekontruksi. Kapitalis menjadikan kita sebagai bangsa yang pesimis. Kita selalu mengangungkan peradaban barat. Kita merasa bahwa semua yang berasal dari barat baik diterapkan di Negara ini. Simbol kemajuan zaman dan peradaban. Bukankah sudah selayaknya kita merenungkan ini semua. Bukankah peradaban yang dibangun dari ideologi kapitalis telah membentuk kita menjadi manusia hedon. Kita menjadi konsumen yang tak puas dengan segala kemajuan. Selalu ingin mengejar ketertinggalan dari Negara Barat. Kita mulai kehilangan jati diri bangsa.

Marilah sejenak kita merenung. Menggali makana yang ada dan dimiliki oleh bangsa sendiri. Bukankah kejayaan Sriwijaya, Majapahit dan berbagai kerajaan di Nusantara telah menjadi bukti bahwa kita bangsa yang hebat. Sriwijaya dengan Negara maritimnya, Majapahit dengan sistem “persemakmurannya” apakah kurang menjadi bukti bahwa kita adalah bangsa yang besar. Kita dapat menggali lebih dalam mengenai jati diri bangsa dengan sejenak menyelami kehidupan masa lampau.
Bukankah Bung Karno telah merumuskan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pancasila yang telah di gali dari kearifan dan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Mengkerucutkan Pancasila, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa “Gotong Royong” lah inti dari ideologi yang dimiliki bangsa ini. Kita adalah bangsa yang besar. Kita memiliki pijakan yang kuat untuk merubah dunia. Menjadikan Pancasila sebagai pijakan dan cara hidup berbangsa. Pancasila yang merupakan kemaslahatan hidup berbangsa.


Tak ada di dunia ini yang memiliki ideologi seperti bangsa kita. Namun, saat ini Pancasila sedang tertidur lelap. Menikmati dan terlena oleh ideologi yang katanya simbol kemajuan zaman. Marilah kita bangunkan Pancasila yang sudah setengah abad ini tertidur. Membangunkan Pancasila dari dalam diri kita. Merefleksikan Pancasila untuk kehidupan berbangsa. Sehingga, harapan dari para founding father akan sebuah peradaban yang mengedepankan kesejahteraan, kebersamaan dan kemaslahatan dunia dapat tercapai.