INTROSPEKSI DIRI
Kita mungkin teralu bangga dengan
gelar mahasiswa, dan semakin bangga lagi ketika telah menjadi seorang sarjana.
Merasa jumawa dengan gelar yang telah dimiliki. Sudah pantaskah kita disebut
mahasiswa, atau lebih dari itu sudah layakkah kita disebut seorang sarjana.
Mengapa kadang kita ingin menceritakan banyak hal mengenai dunia kampus kepada
semua orang. Memberikan jawaban dari setiap pertanyaan yang dilontarkan pada
kita. Seolah kita telah ahli dibidangnya. Patutkah itu semua disematkan pada
diri kita.
Marilah kita intropeksi diri,
merenungkan apakah sudah layak diri kita disebut demikian. Setiap kali
berkumpul dengan masyarakat kita menceritakan dunia kampus yang menurut kita
“Wah” itu. Kita menjawab pertanyaan dengan diksi yang tinggi sehingga sulit
dipahami oleh mereka. Apakah itu cermin dari seorang terpelajar?.
Teringat dengan apa yang dituliskan
Pram dalam Novelnya Bumi Manusia, “Seorang
terpelajar harus berlaku adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”.
Sudahkah kita berlaku adil pada diri kita. Berlaku jujur tentang diri kita.
Atau mungkin kita sedang menghias topeng-topeng pencitraan biar semua manusia
kagum pada kita. Apakah pantas kita melakukan itu semua.
Kita sendirilah yang tahu
mengenai diri kita. Sudah saatnya kita berlaku adil dan jujur terhadap diri
kita. Sudah waktunya kita membangun diri, tanpa harus menghias topeng
pencitraan dengan bumbu retorika. Apa yang telah kita bangun dalam landasan
keadilan dan kejujuran dalam diri, akan terpancar dan semua orang bisa
merasakannya. Tak usah kita mengharapkan pujian atas apa yang kita lakukan, dengan
rendah diri. Kita tak memiliki daya untuk melakukan setiap kebajikan kecuali
dengan pertolongan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar