WpMag

Jumat, 27 September 2013

MASA DEPAN KITA

MASA DEPAN KITA

Kita tak pernah tahu bagaimana esok itu akan terjadi. Matahari akan menyambut dengan senyum atu malah berwajah muram dan mencibiri kita. Hari kemarin adalah masa lalu, besok adalah tanda tanya. Dan hari ini adalah hari sebenarnya. Bagaimana kita hidup untuk besok, akan ditentukan pada hari ini. Mimpi kita, harapan kita, asa yang kita gantungkan di atas langit adalah tanda tanya. Dan disinilah, di hari inilah kita menatap masa depan.

Miris, mendengar apa yang terjadi kemarin. Miris merasakan apa yang terjadi hari ini. Dan tak dapat kita bayangkan apa yang terjadi esok hari. Dan apa yang terjadi kemarin telah kita lalui. Mengenai Indonesia kita yang tak tahu arah besok akan berjalan kemana. Menganai hajat hidup warganya yang sampai sekarang tergantung oleh asing.

Tak usah jauh-jauh mencarinya. Kita tengok apa yang kita makan hari ini. Nasi, tempe, mie , dan roti itu sumua dari mana?. Semua dari asing, dan kita dibuat tak berdaya menghadapinya. Katanya ini adalah negeri agraris, namun sering kita ketahui beras kita masih impor. Berbicara tentang tempe kita akan kembali ke permasalahan pokok, dimana kedelai kita masih impor. Mie dan roti apalagi kita tak punya lahan gandum. Dan kini kita telah terhimpit pada sebuah pola hidup yang sulit.

Aku tak pernah membayangkan kawan, ketika kita setiap hari makan mie dan roti. Aku tak bisa membayangkan bagaimana hari esok kita akan makan. Kita tak punya lahan gandum sendiri untuk produksi itu semua. Kita masih mengandalkan impor yang kian lama kian menggemuk. Dan tinggal kita mengalikan berapa jumlah penduduk Indonesia yang makan hasil olahan tepung terigu dan berapa jumlah tepung terigu tiap tahunnya yang di impor Indonesia.

Dan lebih jauh lagi, ketika kita menatap masa depan ketika krisis pangan terjadi. Ketika alam mulai tak bersahabat lagi dan kondisi iklim tak dapat diperdiksi. Ketika alam mulai murka dan terjadi apa yang namanya kegagalan panen di belahan dunia. Dan pastilah Negara ekportir tepung terigu akan menghemat bahan pangannya untuk warganya sendiri. Lantas bagaimana dengan kita?. Apakah kita akan meringik-ringik minta pada mereka?. Apakah kita akan membelinya berapapun harganya?

Namun, mereka tak menjualnya untuk kita kawan. Mereka lebih mementingka warganya tercukupi kebutuhan pokoknya karena mungkin telah diamanatkan oleh undang-undang. Mereka tak ingin melihat rakyatnya merintih dan menangis karena kelaparan. Dan disitulah kita akan dihadapkan pada pilihan fatamorgana.

Embargo telah dimulai, semua Negara menghemat bahan pangannya sementara alam sudah tak dapat diajak bicara. Alam telah muak dengan manusia, hingga ia tak mau diajak untuk sekedar negosiasi. Alam tak dapat disalahkan, karena manusialah yang sering mengdzaliminya. Ia telah marah sangat luar biasa melihat tingkah kita.

Kita hanya dapat menahan air mata, melihat saudara-saudara kita yang tak dapat menikmati sesuap nasi. Kita hanya dapat menggigit jari dan melihat negeri tetangga dapat mencukupi warganya. Kita hanya dapat menatap langit dan bertengadah sembari memanjatkan doa demi doa. Meminta pada Yang Kuasa untuk dapat menikmati kebutuhan pokok.

Dan kita telah berada pada ujung waktu ketika pilihan untuk hidup dimasa akan datang ditentukan pada hari ini. Tak ada kata lain untuk hidup esok, kecuali kita merubah sedikit demi sedikit pola hidup kita. Kita mencoba untuk menikmati apa yang ada di negeri tercinta ini. Bukan masalah idealis lantas kita tidak mau makan olahan dari tepung terigu, namun ini adalah salah satu cara agar kita dapat hidup di masa yang akan datang tanpa tergantung pada asing. Ini salah satu bentuk nasionalisme yang mencoba kita bangun.

Tak usah memperdulikan Negara yang sedari dulu acuh mengenai ini semua. Tak usah kita berpanas-panas dan meneriakkan ketidak setujuan kita pada kebijakan yang mereka buat. Biarlah mereka menikmati apa yang telah ia lakukan saat ini. Mengenai kong kalikong dengan importer, mafia  maupun kartel semua lupakan. Tak usah mengurusi mereka, mari kita bangkit dan sambut masa depan dengan cara kita. Mencoba menyesuaikan hidup dengan apa yang ada dan kita miliki saat ini.


Salam cinta untuk negeri Indonesia……

Minggu, 08 September 2013

KEHIDUPAN NEGERI DIATAS AWAN

KEHIDUPAN NEGERI DIATAS AWAN



Kegiatan KKN memang banyak memberikan manfaat terutama pada mahasiswa. Kita diajarkan bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat dan merasakan kondisi hidup ditengah masyarakat. Pada awal KKN kita dihadapkan pada kondisi masyarakat yang beragam. Terdapat perbedaan yang terbungkus dalam bingkai saling menghargai. Kemudian saya diajarkan bagaimana bersikap terhadap masyarakat.

Saya mencoba untuk mendalami apa yang ada di desa ini terutama dan apa yang ada di dataran tinggi Dieng ini. Banyak informasi yang saya gali di desa ini. Pada minggu-minggu pertama saya telah mencoba mendesain apa yang harus saya dapatkan dan saya gali dari masyarakat. Beberapa hal itu diantaranya adalah kondisi pertanian, budaya masyarakat, sejarah kehidupan di Dieng, dan anak-anak di Dieng.

Setiap malam sehabis sholat tarawih saya mencoba melakukan sosialisasi dengan masyarakat. Sarana yang tepat untuk sosialisasi dengan masyarakat di bulan Ramadhan adalah di Masjid/mushola dengan cara ikut nimbrung dengan masyarakat ketika tadarusan. Dari situlah saya mendapatkan banyak informasi yang tidak saya dapatkan dari perangkat desa. Mengenai kondisi pertanian saya banyak mendapatkan informasi bagaimana dulunya kentang itu masuk di daerah Dieng, Berdasarkan penuturan salah satu masayrakat bahwasanya dulunya kentang dieng berasal dari jawa barat. Awal mulanya adalah beberapa orang dieng belajar pertanian di daerah Jawa Barat. Pada tahun sekitar 1972 kentang dibawa oleh orang Dieng yang belajar pertanian di daerah Jawa Barat. Kemudian budidaya kentang di Dieng semakin menyebar sampai saat ini. Pada awalnya tanaman kentang tidak memerlukan pestisida dan hanya menggunakan pupuk organik. Bahkan tanaman kentang bisa ditanaman sampai 2 kali. Ketika panen, umbi kentang diambil dan batangngnya di tanaman kembali masih dapat berbuah.

Budaya masyarakat dieng adalah sarung yang melekat di tubuhnya dan anglo yang menemani dalam setiap kali masyarakat berkumpul. Sarung adalah salah satu alat untuk menghangatkan diri dan biasanya digunakan oleh masyarakat ketika sore dan malam hari. Masyarakat Di Dieng selalu menggunakan sarung atau jaket dalam setiap aktifitasnya. Anglo (tungku) adalah alat penghangat yang terbuat dari besi plat yang dibentuk seperti tungku. Anglo digunakan untuk penghangat dan selalu menemani dalam setiap masyarakat berkumpul. Anglo tersebut diberi arang dan nantinya dinyalakan maka disitulah kehidupan dan obrolan masyarakat Dieng berlangsung. Tidak ada satupun rumah di Dieng yang tidak memiliki anglo karena itu merupakan simbol budaya masyarakat. Tidak cukup duduk didepan anglo tanpa ditemani secangkir teh hangat dan sebatang rokok. Sarung (jaket), anglo, teh hangat, sebatang rokok adalah budaya yang sampai saat ini melekat di masyarakat Dieng. Semua itu adalah warisan leluhur yang tak ternilai harganya. Kehidupan di negeri diatas awan yang memiliki local wisdom yang tak dapat dibeli.

Mengenai sejarah kehidupan di Dieng banyak cerita yang simpang siur. Saya mencoba mencari informasi mengenai hal itu. Saya menemui salah satu warga yang cukup dihargai dimasyarakat. Saya menanyakan bagaimana kehidupan masyarakat di Dieng dahulu. Berdasarkan penuturan beliau bahwasanya yang babat alas di Dieng adalah Tumenggung Kala tirta yang pesinggahannya di Balai kambang. Tumenggung Kala Tirta berasal dari Yogyakarta. Namun makam beliau sampai saat ini belum ditemukan. Pada tahun 1940an Belanda masuk di daerah Dieng dan membuat rumah didaerah tersebut. Orang belanda yang tinggal di Dieng hanya 7 keluarga namun banyak menyengsarakan masyarakat. Masyarakat menjadi miskin dan tanah-tanah dikuasai oleh pihak Belanda. Tepat pada tahun 1948 Belanda dapat di usir oleh masyarakat. Rumah-rumah orang Belanda dibakar, dan meraka semua meninggalkan daerah Dieng.

Kehidupan di Dieng tidak dapat dilepaskan dari kehidupan anak-anak. Anak-anak adalah aset yang sangat berharga dimana nantinya suatu masyarakat sangat ditentukan oleh generasi penerusnya. Mengenai anak Gimbal adalah salah satu mitos yang ada di Dieng. Berdasarkan penuturan salah satu warga bahwa untuk mengambil gambar anak Gimbal harus memberikan sebuah hadiah, bisa uang atau barang. Pemotongan rambut Gimbal di Dieng dilakukan satu tahun sekali. Pemotongan rambut gimbal disertai keinginan si anak itu untuk memotong rambutnya. Tidak hanya itu, permintaan anak gimbal harus dituruti ketika akan dilakukan pemotongan rambut.

Banyak ilmu yang dapat digali di dataran tinggi Dieng ini. Banyak cerita masyarakat yang menjadi pembelajaran bagi kita semua. Inilah kekayaan budaya yang dimiliki oleh negeri tercinta. Hanya kitalah yang dapat menjaganya agar nantinya apa yang kita miliki ini tetap ada dan menjadi milik kita selamanya. Bahwasanya kebudayaan, cerita rakyat, dan kehidupan masyarakat harus dihargai dimanapun itu semua ada. Dengan cara itulah kita mencoba menumbuhkan sikap nasionalis dalam diri kita.

Kehidupan negeri diatas awan tak pernah mati dan hilang walaupun modernitas terus menggerus zaman. Ia akan bermetamorfosa seiring kehidupan yang terus berjalan. Nyala arang diatas anglo, sarung yang melekat ditubuh, secangkir teh hangat dan sebatang rokok akan terus menjadi teman dalam setiap semangat kehidupan masyarakat Dieng.


Salam dari Dieng untuk negeri tercinta. 

Kamis, 05 September 2013

PERBEDAAN BUKAN MENJADI ALASAN

PERBEDAAN BUKAN MENJADI ALASAN


Tulisan ini aku tujukan kepada diriku pribadi yang masih terlalu naif dan kepada semua sahabatku. Kepada mereka yang merindukan kebersamaan. Kepada mereka yang selalu menjunjung tinggi persahabatan. Kepada para pejuang yang terus berjalan menembus mimpinya. Menggapai asa yang telah tertanam dalam benaknya.

Kedewasaan diperlukan agar kita dapat berdiri dan berbicara
Namun kedewasaan juga diperlukan agar kita dapat duduk dan mendengarkan (Gus Mus)

Sejenak kita mencoba merenung dan memahami apa yang di katakan Gus Mus. Kita diajarkan bagaimana agar dapat bersikap dewasa. Memahami dan menghargai setiap apa yang dikatakan oleh orang lain. Apa yang mereka katakan sudah selayaknya kita dengarkan walaupun itu tidak sependapat dengan kita. Adat timur mengajarkan kepada kita bagaimana bersikap terhadap orang lain yang berbeda pendapat. Bukan saya menyalahkan salah satu pihak atau bagaimana namun ini adalah pembelajaran kepada kita semua. Apa yang kita lakukan secara tidak langsung sering kali bertabrakan dengan pemikiran orang lain.

Kemudian Gus Mus melanjutkan. “kedudukan perintah berfikir dan dzikir itu sama”. Maka dari itu ketika ada orang lain berfikir dan mengeluarkan argumentnya sebenarnya yang harus kita lakukan adalah mengahargainya. Apa yang ia lakukan adalah buah pemikirannya, buah karyanya. Sudah selayaknya kita hargai bersama. Walaupun itu salah. Tak ada manusia yang sempurna. Kita semua pasti pernah melakukan kesalahan entah kecil ataupun besar, entah terhadap masyarakat ataupun orang-orang terdekat.

Dan Tuhan pun berfirma “ Bersabarlah, sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar”. Maka ketika kita dihadapkan pada suatu masalah, kemudian kita sabr dan menghadapinya Alloh akan meningkatkan derajat manusia. Bukan saya pandai men dalil, tapi inilah sebuah ungkapan rasa cintaku pada persahabatan kita.

Sahabatku, ingatkah kita apa yang telah dibangun selama ini. Canda tawa selama ini adalah penghibur lara. Senyum yang mengembang dari setiap insann adalah anugrah yang tak ternilai. Buah pikiran yang berbeda adalah pandangan dari setiap kita. Dan hakikatnya kita adalah satu, dalam jalinan persahabatan.

Sekali lagi atas nama persahabatan

 Aku titipkan rindu kebersamaan ini pada angin yang berhembus
Aku titipkan canda tawa ini kepada cahaya bulan dimalam benderang
Aku titipkan janji satu untuk bersama kepada bintang yang berterbangan


Senin, 02 September 2013

LA TAHZAN

LA TAHZAN

Barang kali Tuhan mengajak kita untuk berbicara mengenai arti sabar, ikhlas dan kecintaan pada Nya. Kita di dudukkan pada posisi dimana mungkin kita merasakan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita. Kita berjuang terus menerus untuk menggapai setiap target kita, setiap asa yang membumbung tinggi, dan mimpi-mimpi kita. Namun Tuhan berkehendak lain, dan kita di posisikan oleh Tuhan pada posisi ini.

Namun itulah takdir yang diberikan Tuhan pada kita, tinggal kita bagaimana menjalaninya. Disitulah mungkin Tuhan sedang mengajak berbicara dengan kita mengenai kesabaran, keikhlasan dan kecintaan pada Nya. Sungguh Tuhan sangat cinta pada hambanya, dan kita harus yakin bahwa Tuhan begitu dekat dengan kita. Jika kita saat ini berada pada titik yang jauh dari makhluk, mungkin Tuhan menginginkan kita untuk mendekat pada Nya, sehingga makhluk-makhluk dijauhkan dari kita. Jika Tuhan menarik makhluk-makhluk itu dari kita dan kita berada pada titik tertentu, mungkin Tuhan ingin menunjukkan bagaimana kita harus ikhlash menerima. Ikhlash bukan berada di lisan, namun ikhlash itu berada di hati kita. Ikhlash adalah ilmu yang sangat samar dan kadang ketika kita sudah ikhlas di lisan sebenarnya itu belum ikhlash. Ikhlash adalah kita tak pernah mengingat apa yang kita berikan, apa yang kita lakukan, karena pada hakekatnya itu semua karena pertolongan Alloh SWT. La haula wala kuata ilabillah. Tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh SWT. Itu semua kan pertolongan dari Alloh, kenapa kita mengklaim itu semua dari kita. Itu semua kan milik Alloh, kenapa kita menginginkan untuk mendapatkan sanjungan dari manusia, atau mungkin ingin mendapatkan imbalan.

Alloh menarik kita dari makhluk supaya kita dapat mendekat pada Nya. Sehingga kita didudukkan pada titik kesabaran. Makhluk dan dunia mencoba meninggalkan kita, supaya kita dengan Alloh dapat ber dua-dua an dengan mesra. Mereka adalah penghalang kita menuju kedekatan cinta. Semua yang telah hilang dan lenyap itu adalah jalan kita menuju sabar dan akan digantikan oleh Alloh dengan yang lain. Alloh sangat sayang kepada  kita, sehingga apa yang menurut Alloh kurang tepat bagi kita, Ia ambil dan digantikan yang lain pada suatau hari nanti.


Kecintaan dengan Alloh tidak ada dua nya. Karena itu adalah cinta sejati. Alloh sangat sayang kepada hambaNya. Rasa sayang dan cinta itu ditunjukkan dengan berbagai takdir yang itu untuk kehidupan masa yang akan datang. Dunia akan lenyap dan meninggalkan kita, manusia akan hilang dan tergantikan yang lain, kedudukan akan sirna seiring waktu yang berjalan. Namun Alloh tetap ada dan selalu mengiringi langkah hidup kita. La Tahzan. Jangan bersedih, hidup adalah permainan. Kecintaan dengan Alloh adalah kesejatian yang tak akan lenyap, musnah, dan hilang….

MERAJUT ASA MENJALIN KEBERSAMAAN

 MERAJUT ASA MENJALIN KEBERSAMAAN



Persahabatan kita telah mengukir kan sebuah sejarah kehidupan. Kita adalah berbeda, namun kita mencoba untuk merangkai perbedaan ini menjadi sebuah jalinan persahabatan yang kuat. Aku tak pernah menyangka kita dipertemukan atas bingkai KKN. Aku tak pernah berfikir akan bertemu dengan engkau semua.

Awal mula pertemuan kita, aku berfikir bagaimana nanti menjalani hidup dengan 20 orang yang berbeda dan ada 20 pemikiran yang berbeda. Aku sulit membayangkannya. Pada pertemuan awal itu, aku hanya berharap semoga pemikiran ku dan pemikiranmu dapat dipertemukan sehingga menghasilkan gagasan yang terbaik.

Perjalanan kita dimulai pada tanggal 2 Juli 2013. Aku sangat berat meningggal kan Jogja untuk jangka waktu 2 bulan ini karena Jogja begitu berkesan dalam diriku. Namun aku harus merelakannya demi sebuah KKN yang notabene masuk dalam SKS wajib. Jika tidak wajib, aku tidak akan mengambilnya. Aku masih ingat kawan ketika aku naik truck sendirian, dan kalian naik mobil avanza dan mini bus. Aku masih ingat kawan, kita belum begitu akrab saat itu. Apalagi akrab, kenal namanya saja belum.

Ingatkah kawan ketika minggu pertama setiap malam kita mengadakan rapat. Ditemani sebuah anglo, papan tulis, dan suara-suara kita. Kita menghabiskan malam untuk sebuah susunan program. Kita mencoba untuk merangkaikan ide dan gagasan untuk sebuah tujuan yang satu. Melihat kondisi masyarakat, kita semakin terbenam dengan problema mereka. Nyali kita semakin menciut dan takut. Bahkan kita ingin berjalan mundur dan melupakan asa yang telah kita bangun dari awal.  Namun kawan, niatan yang tulus, kita mencoba bangkit dan merubah anggapan itu semua. Kita berdiri dan mencoba berjalan walaupun tertatih-tatih.

Kawan masih ingat kah engkau, kita menghabiskan waktu itu untuk menyelesaikan program, jalan-jalan dan bersantai di pondokan. Ingatkah kawan setiap hari kita ada yang masakin.  Tiga kali sehari, cukuplah untuk hidup sehat dan teratur. Walaupun menu makan kita biasa namun bukan masalah karena kebersamaan yang kita cari. Bahkan kita tidak perlu mencuci piring sendiri, karena telah terjadwal rapi. Dari semua kita tak pernah mengeluhkan jadwal masak dan cuci piring. Kita mencoba bersikap legowo menerimannya. Itulah yang membuatku betah bersama kalian.

Di malam kita habiskan untuk membuka lapak. Curhat mengenai diri kita masing-masing. Kita tak memiliki sekat dan tak ada yang perlu di sembunyikan karena kita mencoba untuk terbuka. Di temani anglo, sekali lagi kawan, kita mencurahkan setiap beban pada diri kita. Kita bagi semua masalah kita, sehingga terasa ringan untuk dihadapi. Mengenai hubungan dengan keluarga, pacar, bahkan masyarakat kita curahkan dimalam-malam itu. Aku tak pernah menyangka bisa bercerita dimalam itu, karena bagiku ceritaku untuk orang-orang terdekatku. Dan engkau harus tahu kawan, engkaulah orang-orang terdekatku. Dan engkaulah pembangkit semangatku.

Apakah engkau ingat kawan ketika kita berdiri diatas bukit Si kunir. Melihat pemandangan yang luas. Melihat panorama alam dan kita tak menyadari bahwa kita telah berdiri di negeri diatas awan. Negeri yang mempersatukan kita. Negeri yang menyajikan kisah-kisah setiap perjalanan kita. Sungguh ini nyata kawan, negeri diatas awan tak pernah hilang karena kisahnya telah terukir pada diri kita.

Dan akhirnya kita berada pada ujung waktu. Tanggal 30 Agustus kita meninggalkan negeri di atas awan. Persahabatan yang telah kita bangun tak akan pecah begitu saja walaupun di Jogja kita akan jarang bertemu. Namun kisah yang telah terukir ini, tidak akan luntur dan hilang oleh waktu dan akan tetap bersamayam dalam diri kita. Suatu saat kita akan dipertemukan dalam waktu dan tempat yang berbeda.

Kawan aku mengajak pada engkau semua bahwa jaga dan jagalah persahabatan kita. Jangan kita mengedepankan ego kita. Dan perjuangkan persahabatan yang telah kita bentuk agar tidak hancur. Sehingga kita dapat melanjutkan mozaik-mozaik sejarah yang akan kita susun bersama.

Dalam puing-puing yang berserakan
Gesekan-gesekan yang berterbangan
Mozaik-mozaik yang tak karuan
Aku dan engkau mencoba
Mencari jalan, merajaut asa, menjalin kebersamaan


Yogyakarta, 3 September 2013