MASA DEPAN KITA
Kita tak pernah tahu bagaimana
esok itu akan terjadi. Matahari akan menyambut dengan senyum atu malah berwajah
muram dan mencibiri kita. Hari kemarin adalah masa lalu, besok adalah tanda tanya.
Dan hari ini adalah hari sebenarnya. Bagaimana kita hidup untuk besok, akan
ditentukan pada hari ini. Mimpi kita, harapan kita, asa yang kita gantungkan di
atas langit adalah tanda tanya. Dan disinilah, di hari inilah kita menatap masa
depan.
Miris, mendengar apa yang terjadi
kemarin. Miris merasakan apa yang terjadi hari ini. Dan tak dapat kita
bayangkan apa yang terjadi esok hari. Dan apa yang terjadi kemarin telah kita
lalui. Mengenai Indonesia kita yang tak tahu arah besok akan berjalan kemana.
Menganai hajat hidup warganya yang sampai sekarang tergantung oleh asing.
Tak usah jauh-jauh mencarinya.
Kita tengok apa yang kita makan hari ini. Nasi, tempe, mie , dan roti itu sumua
dari mana?. Semua dari asing, dan kita dibuat tak berdaya menghadapinya.
Katanya ini adalah negeri agraris, namun sering kita ketahui beras kita masih
impor. Berbicara tentang tempe kita akan kembali ke permasalahan pokok, dimana
kedelai kita masih impor. Mie dan roti apalagi kita tak punya lahan gandum. Dan
kini kita telah terhimpit pada sebuah pola hidup yang sulit.
Aku tak pernah membayangkan
kawan, ketika kita setiap hari makan mie dan roti. Aku tak bisa membayangkan
bagaimana hari esok kita akan makan. Kita tak punya lahan gandum sendiri untuk
produksi itu semua. Kita masih mengandalkan impor yang kian lama kian menggemuk.
Dan tinggal kita mengalikan berapa jumlah penduduk Indonesia yang makan hasil
olahan tepung terigu dan berapa jumlah tepung terigu tiap tahunnya yang di
impor Indonesia.
Dan lebih jauh lagi, ketika kita
menatap masa depan ketika krisis pangan terjadi. Ketika alam mulai tak
bersahabat lagi dan kondisi iklim tak dapat diperdiksi. Ketika alam mulai murka
dan terjadi apa yang namanya kegagalan panen di belahan dunia. Dan pastilah
Negara ekportir tepung terigu akan menghemat bahan pangannya untuk warganya
sendiri. Lantas bagaimana dengan kita?. Apakah kita akan meringik-ringik minta
pada mereka?. Apakah kita akan membelinya berapapun harganya?
Namun, mereka tak menjualnya
untuk kita kawan. Mereka lebih mementingka warganya tercukupi kebutuhan
pokoknya karena mungkin telah diamanatkan oleh undang-undang. Mereka tak ingin
melihat rakyatnya merintih dan menangis karena kelaparan. Dan disitulah kita
akan dihadapkan pada pilihan fatamorgana.
Embargo telah dimulai, semua
Negara menghemat bahan pangannya sementara alam sudah tak dapat diajak bicara.
Alam telah muak dengan manusia, hingga ia tak mau diajak untuk sekedar negosiasi.
Alam tak dapat disalahkan, karena manusialah yang sering mengdzaliminya. Ia
telah marah sangat luar biasa melihat tingkah kita.
Kita hanya dapat menahan air
mata, melihat saudara-saudara kita yang tak dapat menikmati sesuap nasi. Kita
hanya dapat menggigit jari dan melihat negeri tetangga dapat mencukupi
warganya. Kita hanya dapat menatap langit dan bertengadah sembari memanjatkan doa
demi doa. Meminta pada Yang Kuasa untuk dapat menikmati kebutuhan pokok.
Dan kita telah berada pada ujung
waktu ketika pilihan untuk hidup dimasa akan datang ditentukan pada hari ini.
Tak ada kata lain untuk hidup esok, kecuali kita merubah sedikit demi sedikit
pola hidup kita. Kita mencoba untuk menikmati apa yang ada di negeri tercinta
ini. Bukan masalah idealis lantas kita tidak mau makan olahan dari tepung
terigu, namun ini adalah salah satu cara agar kita dapat hidup di masa yang
akan datang tanpa tergantung pada asing. Ini salah satu bentuk nasionalisme
yang mencoba kita bangun.
Tak usah memperdulikan Negara
yang sedari dulu acuh mengenai ini semua. Tak usah kita berpanas-panas dan
meneriakkan ketidak setujuan kita pada kebijakan yang mereka buat. Biarlah
mereka menikmati apa yang telah ia lakukan saat ini. Mengenai kong kalikong
dengan importer, mafia maupun kartel
semua lupakan. Tak usah mengurusi mereka, mari kita bangkit dan sambut masa
depan dengan cara kita. Mencoba menyesuaikan hidup dengan apa yang ada dan kita
miliki saat ini.
Salam cinta untuk negeri
Indonesia……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar