WpMag

Selasa, 29 Mei 2012

DUID SOLUSI BISNIS ON LINE


DUID SOLUSI BISNIS ON LINE

                Globalisasi adalah suatu proses dimana antar individu, antara kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Dampak globalisasi dalam bidang ekonomi adalah menawarkan alternatif bagi pencapaian hidup yang lebih tinggi, mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetuhuan, memacu untuk meningkatkan kualitas diri, dan mudah memenuhi kebutuhan.
Era global membawa perubahan yang signifikan bagi manusia. Perubahan yang sangat mencolok terlihat di dunia pasar. Dulu ketika era global belum begitu bergaung, masyarakat cenderung melakukan setiap aktifitas jual beli dengan face to face. Berkat kemajuan teknologi, kini pasar tidak hanya terjadi secara face to face namun dapat dilakukan didunia maya. Inilah era modernisasi yang tak dapat dipungkiri lagi oleh kita. Berbagai manfaat yang didapat dari era modernisasi adalah kemudahan dalam setiap jual beli. Seandainya kita menjadi seorang penjual, kita tidak harus bertemu dengan pembeli, begitu juga sebaliknya. Selain itu dengan adanya kemudahan tekonologi tersebut akan menghemat waktu dalam transaksi jual beli.
 Internet adalah salah satu cara dimana manusia dapat melakukan berbagai aktifitas bisnis tanpa harus bertemu dengan pelaku bisnis lain. Dalam laporan "Peran Internet Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia" yang dirilis oleh Deloitte Access Economics mewakili Google Asia Pasifik, menjelaskan kontribusi manfaat Internet terhadap ekonomi Indonesia mencapai 1,6 persen atau sekitar Rp 116 triliun atau setara 13 miliar dollar AS dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2011
Salah satu pasar on line yang sangat penting dan memiliki peran strategis di Indonesia adalah www.Duid.co.id . Duid adalah sebuah web on line yang berbasis pasar, dimana sangat penting dalam kegiatan jual beli diera modern saat ini. Duid.co.id memberikan layanan yang sangat baik bagi para masyarakat khususnya pelaku bisnis on line. Dengan melalui Duid.co.id para pelaku bisnis mendapatkan berbagai manfaat.
Pertama, Duid.co.id merupakan komunitas bisnis modern yang menghubungkan seluruh bisnis lokal di Indonesia. Semua direktori bisnis yang sudah ada, digabung menjadi satu dan dapat diakses di seluruh dunia. Maka, ini merupakan salah satu bisnis di Duid yang sangat menjanjikan. Para pelaku bisnis dunia dapat mengakses berbagai produk dari kita. Sehingga pasar yang kita capai tidak hanya dari Indonesia saja, namun juga mendapatkan para pembeli dari luar negeri. Dampak lain juga dirasakan oleh negara dimana setiap barang yang keluar masuk ke Indonesia akan dikenakan bea cukai. Inilah yang menjadi nilai tambah bagi negara dimana dapat menyumbang devisa.
Kedua, untuk bergabung dengan Dud.co.id cukup mudah dan tidak dipungut biaya baik bagi para supllier dan buyer. Para pengguna cukup melakukan registrasi di www.Duid.co.id . Tidak hanya itu di Duid.co.id memberikan banyak fitur yang mempermudah dalam kegiatan jual beli. Harapannya para para penjual dan pembeli akan mudah dalam segala transaksi sehingga meningkatkan nilai tambah.
Ketiga, Duid.co.id melakukan Secure Buyer and supplier sehingga sangat aman dalam kegiatan transaksi. Maka dari itu, adanya audit sangat membantu bagi para beyer dan Supllier. Bisnis on line yang kebanyakan berbasis kepercayaan antara penjual dan pembeli akan sangat riskan jika salah satu pihak berbuat curang. Maka dari itu di DUid.co.id melakukan audit guna memberikan rasa aman kepada semua pihak pelaku bisnis on line.
Keempat, di Duid.co.id kita tidak hanya dimanjakan dengan kegiatan jual beli. Yang paling menarik, disini jika kita menjadi pembeli maka kita dapat melakuakn tawar menawar terhadap produk yang dijual oleh perusahaan ataupun seseorang. Hal ini seperti dipasar riil dimana sering terjadi nego untuk mencapai kesepakatan harga. Namun jika dipasar nyata kita harus bertemu penjualnya. Di Duid.co.id kita tidak harus bertemu, namun bisa nego sesuka hati sesuai produk yang kita inginkan.
Kelima, jika di Duid.co.id tidak ada barang yang kita maksud, maka kita dapat memesannya dengan mudah. Sehingga kita tidak bingung untuk mendapatkan barang yang kita maksud. Tinggal membuka internet dan memesannya lewat Duid.co.id.
Kehadiran Duid sangat penting dalam dunia pasar saat ini. Dimana pasar saat ini mulai bergesar dari sector riil ke sector non ril. Artinya pasar saat ini mulai bergeser dengan melalui system on line dan tidak mempertemukan pelaku bisnis secara langsung. Berbagai kelebihan dari Duid tersebut dapat dijadikan jaminan bahwasanya bisnis on line melalui Duid sangat menguntungkan dan mudah.
Harapannya dengan adanya situs-situs on line seperti Duid.co.id maka akan meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia karena dengan mudah melakukan bisnis jual beli. Harapan yang sangat luas ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia sehingga dapat mejadi negara yang maju baik dari sektor ekonomi pasar secara langsung (face to face) maupun pasar secara on line. 

Kamis, 24 Mei 2012

MENCOBA BERTAHAN


MENCOBA BERTAHAN
Aku tak tahu, kenapa akhir-akhir ini aku gak bisa nulis. Aku bingung, kenapa setiap memulai nulis terasa berat. Aku bingung, kenapa setiap tulisan yang aku buat selalu tak sampai selesai. Semua cerpen yang aku buat dan rencanakan, semua gagal. Belum ada yang selesai. Apa yang terjadi dengan ku saat ini. Kenapa rasa malas, ide yang kosong, dan bingung entah aku mau nulis apa. Hingga ku tulisankan ini, mengenai diriku yang sulit untuk memulai menulis cerpen. Apakah aku memang tak bakat menjadi seorang penulis. Jika tak bakat kenapa aku teruskan belajar menulis. Ah kenapa rasa itu datang, rasa yang selalu terbelesit ketika aku berada dibawah.
Kucoba untuk mengingat bagaimana perjalanan para penulis hebat untuk membangkitkan semangat menulisku. Kucoba untuk merenungkan bagaimana terjalnya mereka para penulis itu dalam menggapai mimpinya.  Bagaimana JK Rowling dalam menuliskan serial Herry Potter, bagaimana pramodia Ananta dalam menulis novel Bumi Manusia, bagaimana para penulis-penulis hebat itu jatuh bangun untuk menggapai mimpinya.
Ternyata tak seberapa rintangan yang aku hadapi. Mereka para penulis hebat harus berjuang lebih dari apa yang aku alami sekarang ini. Aku hanya melawan rasa kemalasan. Sedangkan mereka para penulis hebat harus berjuang melawan penindasan penguasa, melawan tekanan masyarakat dan bahkan tekanan batin karena permalsahan lain. Aku harus banyak bersyukur mengenai diriku. Menganai kehidupanku, mengenai masalah yang tengah aku hadapi.
Tuhan tidak memberikan cobaan kepada manusia kecuali pada taraf kemampuannya
Mungkin itulah janji Tuhan yang dapat membangkitkanku dari semua ini. bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan pada hambanya telah diukur dalam kadar kemampuan hambanya.
Alloh beserta orang-orang yang sabar
Ingin aku bangkit kembali untuk dapat menulis dan menuangkan ide-ide itu. ingin aku keluar dari jeratan cobaan yang menghadang. Ingin aku berlari menggapai mimpi-mimpi ini. Tuhan, berikanlah aku kekuatan untuk melentikkan jari jemari ini diatas computer untuk merengkai kata demi kata sehingga menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi manusia.

SECANGKIR KOPI DAN MANUSIA


SECANGKIR KOPI DAN MANUSIA
Meminum secangkir kopi adalah sebuah kebiasaan. Kebiasaan bagi mereka para pencinta kopi. Kopi adalah sebuah tali persaudaraan. Kopi adalah sebuah kebersamaan. Kopi adalah sebuah kenangan. Kopi adalah sebuah pembangun peradaban. Begitu banyak aku tuliskan mengenai kopi dan hubungannya dengan manusia. Itulah yang aku maknai dari secangkir kopi dan manusia. Pertama, kopi adalah sebuah tali persaudaraan. Disanalah disebuah kampung kecil yang tidak begitu berkembang telah ada suatu adat yang sedikit berbeda. Kopi adalah sebuah jalinan persaudaraan. Kenapa bisa begitu. Karena jika seorang bertamu ke rumah orang lain maka suguhan yang pertama kali dikeluarkan adalah secangkir kopi dengan ke khasan rasanya. Mungkin itu sudah menjadi barang yang wajar dibanyak daerah. Namun bagiku itu adalah sebuah makna dari secangkir kopi dan manusia.
Kedua, kopi adalah sebuah kebersamaan. Dimanapun tempatnya kopi adalah teman pelepas dahaga dan penyejuk suasana. Disana, di sebuah warung kopi yang tak begitu jauh dari pusat Kota Tulungagung tempat kebersamaan itu lahir. Warung kopi “mak Tin” sebuah warung kopi yang cukup terkenal di Tulungagung dan salah satu sejarah warung kopi di Tulungagung. Disanalah aku biasanya menghabiskan waktu bersama teman untuk menikmati secangkir kopi dibalut kebersamaan. Kebersamaan yang begitu dekat dan hangat itu memberikan kesan tersendiri dalam hidup.
Ketiga, kopi adalah sebuah kenangan. Banyak kenangan yang aku lalui bersama secangkir kopi. Kenangan pahit, kenangan manis semua telah dilalui. Rasa kopi tetap begitu, manis dipadu dengan pahit dan keharuman menyatu membuatku selalu rindu akan kenangan-kenangan dulu.
Keempat, kopi adalah sebuah pembangun peradaban. Itulah kopi semenjak dari nenek moyang kopi selalu ada mengiringi perjalanan zaman. Semenjak zaman penjajahan, zaman kemerdekaan, zaman orde baru, reformasi, dan sekarang ini. Kopi adalah sebuah pengiring peradaban. Secangkir kopi menemani para politikus, petinggi negeri, dan semua manusia membangun sebuah peradaban.

Kamis, 17 Mei 2012

CINTA TAK TERDUGA


CINTA TAK TERDUGA


Ia berjalan sempoyongan dengan langkah gontai. Seakan kakinya tak kuat menyangga tubuh yang rapuh itu. tubuhnya terpontang-panting diterpa angin sore. Ia terus berjalan menyusuri trotoar yang lengang itu. walaupun disampingnya ratusan kendaraan hilir mudik tak karuan, ia tak pernah menolehkan mukanya pada kendaraan tersebut. Walaupaun suara deru mesin mobil tak pernah mati, ia tak mendengarnya. Seakan ia benci dengan kendaraan, dengan mobil. Mobil adalah kendaraan terkutuk baginya. Terkutut, semenjak tadi.
Didalam mobil itulah, hubungan ia dengan pacarnya putus. Dimobi itulah segala bentuk cinta itu lenyap. Dimobol itulah segala kenangan harus di kandaskan dari memori otaknya. Hilang ditelan segala kecurigaan. Hilang karena memang takdir yang kejam. Membawakan hubungan mereka dipenghujung jalan.
“ yang aku, sebaiknya kita segera menikah”
“apa kau bilang, menikah!!”
“iya memangnya kenapa, perutku sudah semakin besar”
“gugurin aja”
Terjadi perdebatan sengit antara Ratna dengan kekasihnya Ridwan. Cowok yang telah menemaninya selama dua tahun itu kini meninggalkannya dengan tega. Meninggalkan segala kenangan yang telah dilalui. Meninggalakan asa yang pernah mereka bangun bersama. Ridwan, cowok dengan tubuh proposional dan kuli putih itu telah memikat hati Ratna dua tahun lalu. Cowok yang dulu memuja-muja Ratna itu kini telah lenyap ditelan sang waktu.
Ia masih berjalan dibawah pohon trembesi yang sesekali menggugurkan daunnya. Seperti hati ratna yang saat ini gugur danjatuh dengan sangat telak. Dalam hatinya ia menympai cowok bangsat itu. cowok yang dulu menjilat-jilat dan tunduk pada dirinya. Cowok yang dulu memenujanya seperti anjing dengan majikannya. Kini ia menyampakkan Ratna.
“Yang…hubungan kita saat ini semakin mesra saja, seperti bulan dn bintang diatas sana”
“ah..kamu bisa aja yang”
“ditemani dinginnya malam, mari kita nikmati malam ini”
Dalam sebuah kamar kost yang cendelanya sedikit terbuka mereka berdua bercumbu mesra. Bulan, bintang, dan embun malam tak mereka hiraukan. Waupun semua menyaksikan dengan iri. Mereka berdua seakan acuh dengan segalanya. Seakan dunia hanya miliknya. Di kamar Kost Ridwan mereka melampiaskan nafsu kebinatangan.
“ah, kamu yang jangan tarik-tarij terus”
“nggak,…ngakk”
“ah…yang”
Mereka melupakan segalanya. Hanya nafsu kebinatangan yang ada. Tubuh mereka adalah manusia, namun hati mereka, otak mereka adalah binatang. Hanya dengan jalinan cinta saj mereka rela mengorbankan segalanya. Hukum moral, hukum adat, hukum agama telah mereka tbrak dengan penuh kenikmatan. Memang kadang kehidupan itu membingungkan. Sesuatu yang nikmat akan merupakan larangan dan pantangan. Namun sesuatu yang nggak enak adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan.
Suara ayam, burung dan deru kendaraan bermotor telah membangunkannya dari percumbuan tanpa ikatan pernikahan itu. lentikan burung diatas ranting daun telah mengusik tidurnya. Suara kenalpot kendaraan memekakkan tenginga mereka. Hingga kini mereka terbangun.
“apa yang terjadi tadi malam”
“sudah, tenang saja, aku tanggung jawab kok”
Ratna mengis sejadi-jadinya dikamar kost Ridwan. Ia menangis dengan penuh penyesalan mengenai perbuatannya tadi malam. Dibawah minuman setan ia terlena dan lupa akan dunia. Mereka melayang dalam mimpi kenikmatan. Mereka hilang dan terbang dengan kedamaian sesaat.
Hari berganti hari. Lembaran hidup terus bergulir. Waktu seperti kertas yang kosong, terus diisi dengan berbagai tulisan. Dengan berbagai kegiatan. Hingga mengatarkan Ratna pada sebuah pergolakan hati. Semakin lama perutnya membesar dan terlihat. Ketika mengenaan pakaian terasa sesak tubuhnya karena sang jabang bayi didalam perutnya sudah mulai beranjak besar. Ia bingung, lantaran ia masih semester 5, kurang 3 semester lagi. Walaupaun kampus tak melarang seorang mahasiswa yang bunting, ia bingung jika ditanya oleh teman-temannya. Ia bingung jika nantinya pulang ke rumah ditanya oleh orang tua dan keluarganya. Ia bingung harus bagaimana. Ditengah kebingungannya. Ia memutuskan untuk meminta pertanggung jawaban pada cowoknya.
Langkah kakiknya mengantarkan Ratna untuk melewati hari yang berat ini. hari dimana ia telah diputuskan oleh pacarnya. Tidak hanya itu, pacarnya tidak mau bertanggung jawab atas kejadian tempo hari lalu. Memang dimana-mana laki-laki adalah bajingan, gumam Ratna dalam hati sembari meludah. Laki-laki adalah pengecut, bedebah, dan semuanya adalah pengkianat. Laki-laki adalah hewan. Terus gumamnya dalam hati seakan menyumpai seluruh laki-laki di dunia. Laki-laki baginya adalah seorang yang bertubuh manusia namun berhati binatang. Ia kadang buas dan bernafsu, namun tak pernah bertanggung jawab. Laki-laki mungkin juga lebih dari itu, binatang saja kadang bertanggung jawab, namun laki-laki tak pernah bertanggung jawab. Semua laki-laki sama, manis didepan dan pahit dibelakang. Tidak hanya Ridwan cowoknya, bapaknya tak berbeda jauh. Ia telah meninggalkan ibu ketika Ratna masih kecil. Bapaknya telah berpindah kelain hati dan mencampakkan ibunya dengan penuh penderitaan.
“nak, jangan mudah percaya dengan laki-laki, kebanyakan dari mereka adalah pembual”
Itu adalah pesan ibunya ketika Ratna akan pindah ke Jogja untuk menuntut ilmu. Pesan ibunya adalah sebuah sabda yang harus diamalkan. Namun manusia lagi-lagi lupa. Ia lupa lantaran bius nafsu dunia. Air mata Ratna tak henti-hentinya membasahi wajah yang sembab itu. Ia seakan menandakan kepedihan hati seorang wanita. Kepedihan yang mendalam akibat bualan laki-laki. Mulai detik ini aku tak kan mudah percaya pada bajingan itu, pada laki-laki, pada semua orang yang ditakdirkan menjadi laki-laki, aku tak percaya.
“sore Rat, masih inget aku” terdengar suara dari gagang telpon yang dipegang Ratna
“siapa ya,” jawab Ratna dengan wajah bingung
“aku, temanmu waktu SMA dulu”
“ntar, aku coba ingat-ingat” terjadi keheningan sesaat di antara perbincangan dua insane manusia itu
“masak gak inget sih, ini aku Lisma teman satu kelas dulu”
“oh, kamu to Lis tak kirain siapa”
“Ntar sore ada acara gak?”
Perbincangan dua sahabat itu dilanjutkan di sebuah Gazebo yang merupakan tempat dimana mereka berdua menghabiskan sore ketika masih duduk dibangku SMA. Mereka menghabiskan senja itu disebuah Gazebo dekat danau yang di sekililingi pepohonan kelapa. Pohon kelapa yang melambai-lambai diterpa oleh angin sore itu seakan ingin mendengarkan perbincangan mereka berdua.
“Rat gimana rencana kedepan, masih saja ngarepin itu cowok bajingan”
“ah gak tahu aku, soal cowok bajingan itu telah aku buang dari memori otakku”
“sukurlah, oh ya aku punya kenalan cowok ia simple dan tidak neko-neko”
“untuk saat ini semua cowok dimataku sama, Lis, semuanya Bajingan”
“tapi ini lain Rat, ia bisa nerima semua orang”
Bujuk-rayu Lisma berhasil melumerkan hati ratna yang telah membatu itu. mereka berdua siap untuk ketemua dengan cowok yang akan dikenalkan pada Ratna. Walaupun Ratna masih trauma dengan cowok, namun ia juga membutuhkan cowok untuk masa depannya. Tak bisa ia terus-terusan sendiri ditengah usia yang menginjak angka 27 tahun. Walaupun ia telah menahan malu dari berbagai pihak lantaran seorang laki-laki yang gak bertanggung jawab itu, ia ingin mencoba untuk memulainya lagi. Kalau tidak, takutnya siapa jabang bayi yang akan menghidupinya kelak. Ibunya tak akan sanggup terus-terusan membiayai hidupnya.
Ia terkaget ketika Lisma memperkenalkan seorang laki-laki dengan tubuh tegap itu. seorang laki-laki dengan kemeja warna merah kotak-kotak itu membuat ratna mati kaku. Bibirnya tak dapat digerakkan. Ia bingung dan gugup
“ini Rat cowok aku maksud” seru Lisma pada Ratna
“oh, ternyata kamu ya”
“iya, ternyata kamu ya”
Seru mereka berdua seakan pernah bertemu dan kenal.
“Memangnya kalian sudah kenal?”
“sudah” jawab laki-laki dengan wajah meyakinkan
“iya, Lis ia yang membuatku bisa seperti ini, iya membangkitkanku dari terjatuh ini”
“kamu gak pernah cerita sih, katanya trauma sama cowok?” seru Lisma
“iya sih…maaf..maaf”
“memang dunia ini sempit ya”seru cowok tersebut

Perjalanan ke Pantai Depok

Perjalanan ke Pantai Depok




Senin, 07 Mei 2012

CERITA ANAK PETANI


CERITA ANAK PETANI

Aku hanyalah anak petani gurem. Lahir jauh dari peradaban kota. Disebuah kampung kecil yang masyarakat sebut kampung Kalituri. Disinilah aku dilahirkan. Ditengah-tengah hiruk-pikuk para petani yang berjuang untuk mencapai kesejahteraan. Daun tembakau, bulir-bulir padi, biji-biji jagung menjadi roda penggerak perekonomian masyarakat. Namun beberapa waktu lalu, terdengar kabar pembatasan produksi tembakau. Sungguh berita tersebut sangat menyayat masyarakat. Soalnya dari sekian tanaman yang dibudidayakan tembakaulah yang mampu memberikan nafas lebih dari tanaman yang lain. Dengan tembakaulah masyarakat dapat bertahan hidup lebih lama. Walaupun lahan pertanian dikampun kami tak begitu besar, namun menjadi harapan satu-satunya masyarakat.
Aku tak ingin membahas isu yang terjadi tempo hari lalu. Isu mengenai tembakau itu. Aku ingin menengok kebelakang. Mengenang masa kecilku dulu. Mengenang masa-masa bermain dengan lumpur dan tanaman itu. Sepuluh tahun yang lalu atau lebih aku masih kecil. Aku masih duduk di bangku SD. Aku belum mengenal mengenai bertani. Walaupun bapakku seorang petani. Walaupun kakek dan seluruh keluarga besarku seorang petani. Namun lembat laun seiring berjalannya waktu aku mulai terjun. Aku mulai turun. Aku mulai merasakan hidup sebagai petani.
Awalnya aku hanya ikut membantu orang tua. Ketika itu usiaku baru menginjak SD. Bukan membantu sih, tapi lebih tepatnya mengganggu pekerjaan orang tua. Namun waktu berganti, hari berganti, minggu, bulan dan tahun berganti. Aku benar-benar terjun sebagai petani. Ketika duduk dibangku SMP aku mulai membantu lebih intensif pekerjaan orang tua. Sebagai petani gurum. Terlepas dari kegiatan sekolah disore ataupun hari libur aku biasa habiskan untuk membantu orang tua. Ketika musim tanam tiba. Aku membantu untuk Daud ( memanen benih padi yang telah ditanam untuk dibesarkan). Aku juga ikut menanam benih padi. Disaat padi mulai tumbuh aku ikut menyiangi atau orang kampung menyebutnya maton. Disaat musim panen tiba aku ikut derep (panen padi).
Terus beranjak usia, aku beranikan diri untuk mencoba menerjunkan sepenuhnya untuk bertani. Aku sisikan waktu lebih dimasa SMA untuk mengurus ladang. Ketika itu aku kelas dua SMA. Dimusim tembakau aku niatkan untuk mencoba belajar menanam tembakau dari kecil sampai panen. Walaupun lahan yang aku coba tanami tidak begitu besar. Sekitar 25 RU. Dengan bantuan orang tua dan masukan dari berbagai orang didekatku sangat membantuku dalam bertani tembakau. Aku merasakan menjadi petani sebenarnya. Aku merasakan begitu nikmatnya bertani. Ketika pagi menyingsing bersamaan surya yang mengepakkan cahayanya aku telah berada di ladang kecil itu. Ditemani sebuah cangkul, arit, dan beberapa alat pertanian lain aku habiskan masa remaja ku itu. Aku menemukan kenikmatan itu. Aku menemukan kenikamatan ketika makan. Disaat keringat mulai bercucur deras di tubuhku. Disaat sinar mentari menghantam wajahku. Disitulah kenikmatan nasi bercampus sayur dan sebuah lauk tempe. Disaat siang yang menyala, disaat sore yang hangat aku merasakan semilirnya angin surga menerpaku. Aku merasakan kedamaain seorang petani. Aku merasakannya itu. Mungkin inilah yang membuat para petani betah menjalani rutinitas hidupnya. Terlepas dari penghasilan dan kebutuhan hidupnya. Terdapat kepuasan yang tak ternilai.
Andai saja mereka saudara-saudaraku para petani yang selalu setiap menghidupi rakyat negeri kehidupannya lebih sejahtera. Maka itu adalah puncak kepuasan dari sebuah perjalanan hidup petani. Itulah puncak segalanya hidup mereka. Walaupun kini mereka masih berkutat dengan berbagai kendala mulai mahalnya harga pupuk, rendahnya harga hasil panen, minimnya peran pemerintah tak membuat mereka patah arang. Semoga saja mereka saudaraku semua tetap bertahan menjadi petani dan semoga kesejahteraan akan segera datang sebagai puncak kenikmatan hidup sebagai petani.

Yogyakarta, 7 Mei 2012

Sabtu, 05 Mei 2012

BERLAYAR

BERLAYAR




SENJA DI UJUNG SANA


SENJA DI UJUNG SANA


“nanti sore ada waktu gak?”
“emmm…kosong, emangnya ada apa?”
“ada suatu hal yang ingin aku katakan padamu?”
“mengenai apa?…oh ya kebetulan aku juga mau nyampein kabar padamu”
“ya sudah nanti ya, aku tunggu di senja ujung sana
Terdengar suara tutt…tut…dari gagang telpon menandakan bahwa berbincangan singkat itu telah berakhir. Rozik sangat senang, seakan pintu itu akan terbuka lebar. Hatinya berbuncah-buncah karena ia akan mengungkapkan apa yang ia  rasakan selama ini. Apalagi ia akan mengungkapkannya di senja ujung sana. Sebuah tempat yang mempertemukan ia dengan Naim. Sebuah tempat bersejarah dalam hidup mereka. Sebuah tempat dimana, ikatan persahabatan itu dimulai. Dan kini berubah menjadi tempat yang akan mengikat mereka menjadi sebuah hubungan lebih dari itu.
Walaupun sebenarnya Naim telah mengungkapkan rasa cintanya terlebih dulu beberapa bulan silam. Namun Rozik saat itu belum bisa melupakan pacarnya yang telah pergi. Rozik belum bisa melupakan. Kenangan bersama Rusmi. Bercumbu mesra di balkon kafe, berpegang erat di pinggir danau Sentanu telah membawa Rozik sulit melupakan Rusmi.
Naas ketika senja belum sepenuhnya pulang. Ketika mentari memendarkan jingga diujung langit Rusmi telah pergi untuk selamanya. Bus yang ia tumpangin, dihantam oleh container yang tanpa ampun membabi buta seluruh penumpang. Ia telah memakan dengan lahab seisi penumpang. Sopir, kernet, kondektur, dan seluruh penumpang tak dapat menyelamatkan diri. Hanya mereka yang diizinkan oleh Tuhan untuk menikmati sisa hiduplah yang dapat selamat. Hanya mereka yang diberi tambahan nyawalah yang dapat selamat. Sedangkan Rusmi, telah dibawa oleh malaikat kealam sana. Ia pergi tanpa meninggalkan pesan. Ia pergi dengan sendiri, ditemani air mata dari kerabat dan sahabat dekatnya. Hanya peluh air mata disenja itu yang mengantarkannya untuk pulang selamanya.
Semenjak itulah Rozik merasa hidupnya tak berguna lagi. Ia merasa bahwa, cinta itu teramat kejam. Mengantarkan pacarnya Rusmi untuk meninggalkannya sendiri. Berhari-hari dan bahkan beberapa minggu Rozik tak bisa makan. Ia hanya termenung di kamar, sesekali keluar untuk mencari hawa segar. Senja di ujung sana, adalah tempat yang biasa Rozik habiskan untuk mengenang pacarnya itu. Senja adalah teman sepi yang menghiasi hidupnya. Senja adalah lagu melo yang ada dan selalu merengkuh erat di tubuhnya. Senja inilah yang membukakan harapan baru. Disinilah Rozik bertemu dengan seorang yang membangkitkan semangatnya untuk dapat bertahan dalam keterpurukan. Ialah Naim seorang gadis dengan rambut panjang, hem kotak-kotak warna biru, dan gelang yang melilit tangan kirinya. Gadis dengan wajah yang lumayan, tidak kurang dan tidak lebih. Gadis dengan senyum simpul sedikit malu. Gadis dengan semangat menggebu-gebu.
“apa engkau terus begini, dimakan sang waktu”
“memangnya kenapa?”
“apa engkau ingin menjadi teman kesendirian, apa kau ingin menjadi teman senja yang akan hilang, apa kau ingin menjadi teman waktu yang terus berjalan. Lihatlah…lihat disana masa depan menatap kita. Masa depan menunggu kita..masa depan telah mengulurkan tangannya pada kita untuk meraihnya dan menggenggamnya erat. Apa engkau akan menjadi teman senja yang akan hilang ini”
Rozik terdiam ketika Naim memberikan nasihatnya. Seakan ia merasa bahwa apa yang dilakukan selama ini, meratapi nasib adalah kebodohan yang paling bodoh sepanjang masa. Ia merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Naim adalah benar. Bahwa kita tak boleh meratapi nasib. Bahwa waktu terus berjalan dan akan mengantarkan manusia meraih segala impiannya.
“maaf, bukan maksudku mengguruimu, namun aku ingin melihatmu tersenyum lagi”
Semenjak itulah Naim selalu datang membangkitkan sendi-sendi tubuh Rozik. Semenjak itu pula Rozik dapat bediri tegak menghadapi hidup yang kadang kejam. Namun, Rozik tak sepenuhnya dapat melupakan kenangan dengan Rusmi. Kenangan bercumbu di senja ujung sana, kenangan berpegang erat, pelukan, ciuman mesra tak dapat ia lupakan. Hanyadisenja ujung sanja lah yang menjadi saksi hubungan meraka. Namun disenja itu pula, Naim ingin mengungkapkan semua yang ada dihatinya selama ini. rasa yang terpendam sengat dalam hingga ia bingung untuk melahirkannya. Namun dengan sekuat tenaga ia akhirnya meluapkan rasa itu dan mencoba merangkainya dengan hati-hati. Agar Rozik dapat membuka pintu hatinya untuk Naim isi dengan cinta. Sebagai pengganti kekosongan yang Rusmi tinggalkan karena telah dipanggil Sang Maha Pencipta.
“Zik, tahu kah kau….beberapa hari yang lalu ibu menelponku. Ibu memintaku untuk segera mencari pasangan. Karena ibu ingin segera aku menikah dengan seseorang”
“terus, kamu jawab apa?” tanya Rozik dengan nada datar
“aku jawab sebentar bu, mungkin tak lama Naim akan mengabari ibu”
“Begini Zik, sebenarnya, jauh dari lubuk hatiku yang paling dalam aku menunggu engkau untuk membukakan pintu hati untukku. Namun sampai detik ini rasanya engkau belum membukanya. Aku ingin membukanya Zik. Aku ingin engkau menerimaku sebagai pacarmu. Aku ingin kita dapat berjalan berdua sebagai pasangan”
Rozik sangat terkaget dan ia tak menduga Naim mengungkapkan rasa cintanya. Sekali lagidisenja ujung sana, menjadi saksi ungkapan cinta Naim padanya. Tubuhnya kaku, bibirnya sulit untuk digerakkan. Ia bingung mau menjawab apa.
“maaf…Im,untuk sementara aku belum bisa menerimamu”
“kenapa, apa engkau masih mencintai Rusmi yang telah pergi itu?”dengan nada sedikit tinggi
“iya…Im, kamu tahu Rusmi adalah pacarku yang sangat aku cintai. Rasanya aku sulit untuk melupakannya. Sekali lagi maafkan aku”
Senja itulah yang mengantarkan Naim untuk menelan pil pahit ditolak oleh seorang lelaki. Senja itulah yang sedikit menutup hubungan mereka. Senja itulah yang mengantarkan mereka untuk berjalan berbeda. Senja itulah yang merenggangkan hubungan mereka.
Senja mengantarkan hawa hangat yang begitu terasa. Senja begitu elok melukis langit dunia dengan warna jingga. Senja mengantarkan burung-burung pulang keperaduannya. Senja mengantarkan manusia untuk pulang kerumahnya. Namun kini senja mengatarkan dua insan manusia untuk membuka sedikit harapan masa depan. Di bibir danau Sentani itulah tersisa dua insan yang menemani senja. Pantulan senja terlihat sangat jelas di atas air danau yang luas. Dibawah pohon yang tak begitu ridang itu Rozik ingin mengungkapkan rasa cintanya. Selama berbulan-bulan ia berusaha membuka hatinya untuk Naim. Dan saat inilah ditemani senja ia akan membukanya. Senja akan menjadi saksi awal perjalanan mereka.
“Im, engkau ingat dua bulan yang lalu. Disini pula engkau mengungkapkan rasa itu padaku”
“iya..aku ingat”
“engkau ingat delapan bulan yang lalu. Disini pula engkau membuka dan membangkitkanku dari tidur dalam lamunan pacarku.”
“iya…aku ingat”
“Im, dengan saksi senja diujung sana, ingin rasanya aku ungkapkan rasa ini. Rasa yang pernah engkau ungkapkan padaku. Aku ingin menjadi kekasihmu”
Naim terkaget dan mukanya memerah. Bukan karena pantulan senja, namun karena rasa yang datang tiba-tiba. Ia bingung. Padahal sebenarnya ia ingin mengantarkan undangan pernikahannya dengan pria lain. Karena Naim selama ini di kejar-kejar orang tuanya untuk segera nikah. Semenjak Rozik menolak cintanya ia pindah kelain hati. Walaupun tak sepenuhnya hatinya pindah. Masih ada kepingan cinta pada Rozik. Namun surat undangan itu telah tersebar kemana-mana. Ia terdiam. Rozik juga terdiam. Mereka terdiam ditemani senja yang juga diam. Lamat-lamat senja hilang digantikan malam. Mengantarkan mereka berdua lenyap dari peradapan senja itu. Senja diujung sana. Senja yang menjadi saksi hubungan mereka.

Rabu, 02 Mei 2012

RINDU


 RINDU


Memang rasa rindu itu kadang datang tiba-tiba. Disaat kita lagi sibuk dengan rutinitas, disaat kita sedang menghadapi masalah, disaat kita sedang diam tak ada kerjaan. Ia datang tak diundang dan ia pun bisa pergi tanpa permisi. Kawan maukah kau dengar bisikanku dari sini. Cobalah dengar, cobalah rasakan. Bahwa aku merindukanmu. Aku merindukanmu kawan. Entah rindu ini sebagai suatu hubungan pertemanan atau lebih dari itu. yang pasti aku merindukanmu. Aku merindukan senyummu yang manis itu, aku merindukan guyonan yang menyegarkan itu, aku merindukan suara yang bersahaja itu, aku merindukan wajah anggun itu. aku merindukanmu kawan.
Kawan engkau sekarang sedang apa?. Apa engkau sekarang juga merasakan apa yang kurasa. Jika engkau merasakan apa yang kurasa, mari kawan kita balik lembaran-lemabaran itu. mari kawan kita buka lagi mozaik perjalanan kita. Ingatkah kawan ketika aku kenal engkau pertama kali. Sore itu senja terlihat memendarkan jingga di ujung barat sana. Sementara burung-burung mulai berkelebatan pulang kesarangnya. Namun kita masih saja asik ngobrol kesana kemari. Kita baru awal kenal kawan. Ketika itu rasa ini biasa dan aku sangat membenci engkau kawan. Aku tak tahu asalmu dari mana. Namun ketika engkau bertutur kata dengan intonasi yang menyengakkanku aku sangat marah dalam hati. Bisa-bisanya engkau mengatakan itu. jujur aku marah kawan. Raut mukaku masam padamu. Karena aku merasakan bahwa apa yang kau katakan sangat menusuk hatiku. Namun ketika senja mulai ditelan petang dan obrolan pertama kita mulai berakhir. Engkau mengatakan “maaf jika aku menyakitimu, memang aku begitu, ngomong seadanya”. Rasa kesalku padamu langsung mualai menurun satu persatu. Namun aku masih merasakan itu. aku masih menyimpannya ketika pulang setelah pertemuan yang singkat itu.
Tak lama berselang beberapa hari kemudian kita bertemu untuk membahas planning kita bersama dengan teman-teman yang lain. Aku lihat engkau kawan, aku amati wajahmu lama, aku lihat senyummu beberapa menit, aku lihat matamu beberapa detik. Aku merasakan suatu getaran yang dulu pernah aku rasakan. Aku merasakan rasa yang dulu aku miliki. Oh inilah rasa itu kawan. Terus menerus ketika kita saling ngobrol, rasa kesal, benci, beberapa hari yang lalu mulai hilang ditelan rasa kagumku padamu. Aku ingat kawan ketika aku nglucu dan engkau tertawa terkekeh-kekeh sambil menutup bibirmu yang anggun itu. aku inget kawan ketika 
engkau memegang perut ketika tak kuat menahan tawamu itu. engkau bingung ketika aku membuatmu terpingkal-pingkal. Mungkin engkau akan berkata dalam hati “ nih anak bisa-bisanya nglucu seperti itu”. tapi itulah aku kawan.
Dari sekian mozaik yang pernah kita lalui bersama. Aku ingat kawan ketika engkau memintaku menemani untuk menghadap seseorang. Aku ingat itu kawan. Aku merasakan bahwa apakah rasa ini juga engkau miliki kawan. Rasa yang begitu sacral dan menusukku secara tiba-tiba ini. ah sejenak aku buang kawan.
Kini aku tak tahu engkau dimana kawan. Engkau tak pernah muncul lagi. Mungkin engkau terlalu sibuk menjalani rutinitasmu. Hingga engkau melupakan semua itu. perjalanan yang kita lalui.  Tak apalah di pagi yang masih dingin ini aku titipkan rasa rinduku pada embun yang akan hilang itu. aku titipkan rasa rinduku pada burung yang berterbangan itu.
Salam rinduku padamu…………….