Memang rasa rindu itu kadang
datang tiba-tiba. Disaat kita lagi sibuk dengan rutinitas, disaat kita sedang
menghadapi masalah, disaat kita sedang diam tak ada kerjaan. Ia datang tak
diundang dan ia pun bisa pergi tanpa permisi. Kawan maukah kau dengar bisikanku
dari sini. Cobalah dengar, cobalah rasakan. Bahwa aku merindukanmu. Aku
merindukanmu kawan. Entah rindu ini sebagai suatu hubungan pertemanan atau
lebih dari itu. yang pasti aku merindukanmu. Aku merindukan senyummu yang manis
itu, aku merindukan guyonan yang menyegarkan itu, aku merindukan suara yang
bersahaja itu, aku merindukan wajah anggun itu. aku merindukanmu kawan.
Kawan engkau sekarang sedang
apa?. Apa engkau sekarang juga merasakan apa yang kurasa. Jika engkau merasakan
apa yang kurasa, mari kawan kita balik lembaran-lemabaran itu. mari kawan kita
buka lagi mozaik perjalanan kita. Ingatkah kawan ketika aku kenal engkau
pertama kali. Sore itu senja terlihat memendarkan jingga di ujung barat sana.
Sementara burung-burung mulai berkelebatan pulang kesarangnya. Namun kita masih
saja asik ngobrol kesana kemari. Kita baru awal kenal kawan. Ketika itu rasa
ini biasa dan aku sangat membenci engkau kawan. Aku tak tahu asalmu dari mana.
Namun ketika engkau bertutur kata dengan intonasi yang menyengakkanku aku
sangat marah dalam hati. Bisa-bisanya engkau mengatakan itu. jujur aku marah
kawan. Raut mukaku masam padamu. Karena aku merasakan bahwa apa yang kau katakan
sangat menusuk hatiku. Namun ketika senja mulai ditelan petang dan obrolan
pertama kita mulai berakhir. Engkau mengatakan “maaf jika aku menyakitimu,
memang aku begitu, ngomong seadanya”. Rasa kesalku padamu langsung mualai
menurun satu persatu. Namun aku masih merasakan itu. aku masih menyimpannya
ketika pulang setelah pertemuan yang singkat itu.
Tak lama berselang beberapa hari
kemudian kita bertemu untuk membahas planning kita bersama dengan teman-teman
yang lain. Aku lihat engkau kawan, aku amati wajahmu lama, aku lihat senyummu
beberapa menit, aku lihat matamu beberapa detik. Aku merasakan suatu getaran
yang dulu pernah aku rasakan. Aku merasakan rasa yang dulu aku miliki. Oh inilah
rasa itu kawan. Terus menerus ketika kita saling ngobrol, rasa kesal, benci,
beberapa hari yang lalu mulai hilang ditelan rasa kagumku padamu. Aku ingat
kawan ketika aku nglucu dan engkau tertawa terkekeh-kekeh sambil menutup
bibirmu yang anggun itu. aku inget kawan ketika
engkau memegang perut ketika
tak kuat menahan tawamu itu. engkau bingung ketika aku membuatmu
terpingkal-pingkal. Mungkin engkau akan berkata dalam hati “ nih anak
bisa-bisanya nglucu seperti itu”. tapi itulah aku kawan.
Dari sekian mozaik yang pernah
kita lalui bersama. Aku ingat kawan ketika engkau memintaku menemani untuk
menghadap seseorang. Aku ingat itu kawan. Aku merasakan bahwa apakah rasa ini
juga engkau miliki kawan. Rasa yang begitu sacral dan menusukku secara
tiba-tiba ini. ah sejenak aku buang kawan.
Kini aku tak tahu engkau dimana
kawan. Engkau tak pernah muncul lagi. Mungkin engkau terlalu sibuk menjalani
rutinitasmu. Hingga engkau melupakan semua itu. perjalanan yang kita
lalui. Tak apalah di pagi yang masih
dingin ini aku titipkan rasa rinduku pada embun yang akan hilang itu. aku
titipkan rasa rinduku pada burung yang berterbangan itu.
Salam rinduku padamu…………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar