WpMag

Rabu, 26 November 2014

CREW ZAED LAGI NARSIS

CREW ZAED LAGI NARSIS

1. Monggo mas kaos e dipilih
















2. Mas sesok sing libur aku po kowe?
















3. Mumpung libur makaryo tak mantau burung ae
















4. Wes ganteng po urung?




















5. Woyo......
















6. Gek kui ginio




















7. Lek suwung yo dolanan HP kabeh


NAK

 NAK 

“Nak, dulu ketika kamu masih kecil gunung Kelud meletus”
“Terus Bu, bagaimaana letusannya?”
“Dulu Nak, ketika usia mu belum genap satu tahun. Kota ini hujan abu. Tak ada matahari pada hari itu”
 “Nak, dulu kota ini kota mati”
“Kenapa Bu?”
“Berpuluh tahun dilanda banjir. Berpuluh tahun gagal panen”
Kemudian beliau melanjutkan lagi
“Nak, dulu kota ini disebut kota ‘Ngrowo’”
“Kenapa Bu, kok disebut Ngrowo?”
“Iya Nak, Berpuluh tahun dilanda banjir. Berpuluh tahun mengungsi, berpuluh tahun hidup tanpa ada hasil panen padi. Kota ini seperti rawa, sedikit penduduk yang bertahan di kota ini”
“Terus makan apa Bu?”
“Makan seadanya Nak, kalau ada jagung ya makan jagung, kalau ada gaplek ya makan gaplek. Dulu ibu aktivitas harus menggunakan sampan. Kalau mau ngaji Nak, Ibu dulu harus menyebrang sungai depan rumah kita. Ibu kadang berenang. Demi sebuah pelajaran mengenai agama”
“Terus simbah bagaimana Bu?”
“Simbah adalah pekerja keras. Beliau bekerja untuk menghidupi kami semua. Bekerja walaupun kondisi alam tak membaik berpuluh tahun”
Diam sejenak karena terdengar suara gemuruh di luar sana
“Nak, orang di sana. Di ibu kota, di kota-kota lain setiap ada banjir sebentar aja sudah ngeluh. Ada bantuan sedikit ngeluh. Nggak ada bantuan ngeluh. Mereka tidak tahu jaman ibu dulu. Gak ada bantuan Nak. Kami harus susah payah hidup dengan cara kami sendiri. Bahkan orang-orang di kampung ini pada ngungsi di pegunungan. Mereka mengungsi menghindari banjir yang terus datang”
“Iya ya Bu”
“Nak, suatau saat kalau kamu menghadapi bencana seperti saat ini jangan mengeluh. Hadapi dengan lapang dada. Walaupun pemerintahmu tak memperhatikan. Gusti Alloh mboten sare Nak”
“Iya Bu”

Kilatan  di ujung timur masih terlihat dikampung kecil ini. Sebentar lagi hujan abu biasanya akan mengiringi. Semoga saja saudara-saudara yang berada di kaki gunung Kelud selamat dan dapat menjalani aktifitas seperti biasa. #PrayforKelud

Kamis, 20 November 2014

RAKYAT… OH RAKYAT

RAKYAT… OH RAKYAT

Kini masyarakat dihadapkan pada suatu sistem ekonomi yang begitu kejam. Kenapa dikatakan kejam, karena sistem ekonomi ini yang membuat suatu jurang pemisah antara kelas atas ( bourjuis) dengan kelas bawah (proletar). Bagaimana tidak sistem ini telah menyeret masyarakat pada pilihan terberat. Menindas dan memberangus segala bentuk kearian. Meninggalkan kebudayaan dan melupakan warisan leluhur yang harus dijaga. Atas nama kemajuan dan modernisasi semua dibabat habis untuk kepentingan kelas atas.

Apa yang tersisa?. Nothing. Hanya sebuah cerita dan dongeng mengenai kehidupan masyarakat lalu. Entah besok entah lusa anak cucu kita tak dapat menikmatinya tak dapat menyaksikannya. Seperti yang dikatakan oleh Thomas hobbes “siapa yang kuat dialah yang berkuasa” nampaknya ini telah terjadi di Negara ini. Mereka para pemilik modal, para pembuat regulasi, para pengambil keputusan telah kong kalikong untuk membuat suatu perubahan atas nama modernisasi dan kemajuan. Mereka bermain sangat lihai dalam menindas rakyat. Pembuat regulasi yang menyusun aturan, pemerintah mengambil keputusan dan pemilik modal yang bertindak dalam penindasan. Entah sampai kapan ini semua terjadi.

Rakyat sungguh orang yang sabar. Rakyat sungguh legowo dipimpin mereka. Rakyat sungguh orang yang ikhlas dalam menghadapi mereka. Tak ada jerit tangis, walaupun dalam hati penuh caci maki. Tak ada kata menyerah meskipun terus kalah. Tak ada kata berhenti walau harga semakin melambung tinggi.

Terus berbuat, terus bekerja, terus gerak melawan setiap penindasan. Melawan dengan penerimaan, penerimaan yang ikhlas. Apakah ini warisan nenek moyang yang terus ada. Sifat ikhlas dan legowo karena dizalimi penguasa. Selama tiga setengah abad dikurung dan dijajah namun mereka terus tabah. Terus melawan dengan peneriman yang teguh. Terus berjuang melawan penindasan.

Kini penindasan bukan dari bangsa lain namun dari bangsa sendiri. Dari anak cucu sendiri. Dari satu ras satu kebudayaan sendiri. Sungguh perjuangan yang sangat berat. Musuh dalam selimut yang begitu lihai dalam siasat dan strategi perang. Sekali lagi atas nama kemajuan dan modernisasi mereka telah berada dalam tulang rusuk. Menggerogoti negeri yang makmur dan menyedot sumberdaya yang melimpah untuk kepentingang perut mereka. Seperti lintah yang menghisap darah manusia. Mereka menghisap sumberdaya alam dan mengambil alih kearifan yang ada.

Dapat kita saksikan pembangunan yang terus digenjot. Gedung-gedung pencakar langit, perkantoran, mal-mal, dan jalan yang terus diperlebar. Semua terlihat megah dan indah. Namun semua itu telah mengorbankan banyak sekali kepentingan rakyat. Sungguh banyak sekali. Pasar tradisional yang kian tersisih, kebudayaan lokal yang kian tersinggkirkan dan pola hidup masyarakat yang tak karuan. Mereka menjadi semakin konsumtif karena sebuah perubahan zaman. Mencontoh Negara maju yang telah dulu memperlihatkan kemegahan sistem ekonomi ini. Sangat disayangkan kita mengidap cara mencontoh yang kurang selektif. Memasukkan setiap yang kita lihat menjadi sebuah kebenaran yang harus dilakukan.

Kini sumua telah terjadi. Tak ada yang harus disesali dengan apa yang ada saat ini. Hanya bordoa agar diberikan kelapangan dalam penerimaan, diberi keikhlasan dalam setiap penindasan. Dan diberi kemudahan dalam setiap perjuang. Ya. Perjuangan untuk hidup dalam sebuah kesederhanaan. Untuk hidup dalam sebuah kerarifan. Tak ada ambisi, yang ada hanyalah penyelarasan dengan alam.


Mari sama-sama menengadahkan tangan dan berdoa untuk penerimaan dan keikhlasan dalam setiap jalan. 

Selasa, 18 November 2014

NAK, BBM NAIK LAGI

NAK, BBM NAIK LAGI

http://alfido.com/2014/10/19/hitung-mundur-14-hari-lagi-bbm-naik/
“Nak, ayo bangun”

“Iya Bu” sambil mengucek mata yang masih ngantuk

“BBM naik lagi” lanjut ibunya. Sementara matanya belum seratus persen terbuka. Ketika ia pelan-pelan membuka mata ibunya kembali berucap

“BBM naik lagi”

“Apa?”

Iya Nak, inilah kebijakan yang diambil pemerintah saat ini. Menaikan harga BBM ditengah harga minyak dunia yang terus menurun. Namun tak apalah Nak, kita diijinkan untuk singgah dan hidup di negeri ini saja sudah bersukur. Negeri yang “gemah ripah loh jinawi”. Apa Nak yang mau kau tanam?. Tongkat kayu nantinya akan menjadi tanaman. Apa nak yang ingin kau makan?. Semua sudah tersedia. Tinggal kitanya mau bergerak dan mencarinya atau tidak.

Nak…., sudah berapa kali BBM terus naik. Mulai masa orde baru yang hanya 700 perak sampai masa reformasi dan kini telah berada di angka 8.500 rupiah. Namun Nak, semua itu tak apa. Ini semua tak masalah bagi kita. Lebih baik ada BBM dengan harga yang mahal dari pada pasokannya tak menentu. Jika kita tengok Nak…, di seberang sana. Di pulau penghasil BBM dan tambang batu bara malah mereka sangat kesulitan mendapatkannya. Walaupun sumberdaya alamnya melimpah namun mereka tak menikmatinya. Mulai  batu bara, tambang emas, maupun minyak bumi di sana ada Nak. Namun mereka sedikit sekali merasakan keberadaan sumber daya alam mereka sendiri. Semua disalurkan kesini Nak… ke pulau yang katanya pusat pemerintahan. Apakah ini yang dinamakan pemerataan?. Apakah ini yang dinamakan menjalankan amanat undang-undang. Masihkan engkau ingat Nak. Undang-undang yang mengatakan “bumi, air dan udara dikuasai oleh Negara dan digunkan untuk kesejahteraan rakyat”. Jika masih ingat. Apakah Negara telah melakukannya Nak.

Nak…, walaupun BBM telah naik dan diketok palu oleh Pak Presiden janganlah berkecil hati. Bolehlah sekali-kali engkau menolaknya dengan turun kejalan dan mengutarakan kekecewaan. Namun kamu harus ingat nak… disana ada hak rakyat yang engkau perjuangkan. Ada kebijakan yang menurutmu tidak sesuai dengan kondisi dilapangan. Bahkan ada regulasi yang tidak berjalan dalam koridor undang-undang. Turunlah ke jalan untuk berjuang. Namun kamu harus mematuhi aturan dan tata tertib. Jangan engkau arogan dan anarkis. Seolah engkau adalah satu-satunya pembela rakyat sehingga mengesampingkan orang di sekitar. Membuat kerusuhan dan mengacaukan jalan-jalan. Membakar ban bekas dan menutup jalan. Melempari aparat dengan batu bahkan berkelahi sampai berdarah. Apakah itu yang dinamakan perjuangan Nak?. Apakah itu yang dinamakan membela rakyat Nak. Bukankan itu malah mengganggu ketertiban para pengguna jalan. Ingat Nak, setiap kali kamu keluar rumah disitu ada hak orang lain yang harus kamu hargai. Ada jalan, ada trotoar dan ada lampu merah. Itu bukan milik kita pribadi namun milik semua orang. Milik rakyat yang engkau perjuangkan nasibnya itu. Ingat Nak…..

Nak…., jika engkau tak turun kejalan tak apa-apa. Tak ada yang melarang. Walaupun engkau di cap sebagai orang apatis. Biarlah orang berkata apa, yang terpenting kita terus bergerak maju membuat sebuah perubahan. Bolehlah engkau memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai arti hidup yang sekarang ini banyak ditinggalkan. Mengenai kebudayaan, kearifan, bahkan mengenai sebuah pemahan dalam keikhlasan. Bolehlah engkau keluar dan duduk di warung membicarakan mengenai pembangunan Mal-Mal yang terus berjalan. Gedung pencakar langit yang kian menjulang atau mengenai pasar modern yang berada di sepanjang jalan. Memberikan pemahaman mengenai kebiasaan konsumtif yang tak terfilter sampai sistem ekonomi Negara ini. Entah sistem liberal, kapital, neoliberal atau mungkin sistem ekonomi berdasarkan undang-undang.

Nak…., matahari mulai tersenyum. Embun perlahan mulai turun. Bangunlah Nak. Bangun. Ayo kita hadapi kenaikan BBM ini dengan semangat baru. Mari tersenyum dan memahami setiap kebijakan pemerintah dengan pemahaman yang luas. Jangan kau sempitkan pemahamanmu Nak. Barangkali mereka para pengambil keputusan lebih mengetahui dan memahami masa depan bangsa ini. Setahun dua tahun atau bahkan lima tahun lagi yang akan terjadi di negeri ini. Mereka telah merencanakannya Nak. Biarlah mereka bekerja. Kalaupun mereka melakukan korupsi, kolusi maupun nepotisme. Biarlah Tuhan yang mengingatkan Nak. Mengingatkan dengan caraNya. Bukan kita yang menghakimi sepihak dan memfonisnya. Ada pengadilan dan ada hukum Tuhan. Sudahlah itu bukan ranah kita.

Mari berkerja.

Minggu, 09 November 2014

MEA DI DEPAN MATA

 MEA DI DEPAN MATA


Formasi menteri sudah diumumkan. Kini pemerintahan telah sepenuhnya siap untuk berjalan sebagaimana mestinya. Para pembantu presiden kini telah berada di posnya masing-masing. Berkutat dengan permasalahan yang tengah dihadapi oleh negara saat ini. Banyak pekerjaan rumah yang menumpuk untuk segera diselesaikan. Infrastruktur, perekonomian, pasar bebas dan yang berada didepan mata adalah penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Masyarakat ekonomi asean telah lama dirintis oleh Negara-negara di ASEAN. Masyarakat ekonomi asean sendiri akan dibuka pada akhir tahun 2015. Penerepan pasar bebeas untuk daerah Asean akan menjadi tantangan bagi semua pihak. Bagi para pedagang pasar, para pekerja kantoran dan pemerintah. Bagaimanapun persaingan tak dapat dielakkan karena barang dan jasa di daerah ASEAN akan dengan mudah keluar masuk kedalam Negara kita.

Nanti kita bias menjumpai produk-produk Negara tetangga beredar secara leluasa di pasar-pasar tradisional maupun modern. Akan sering kita jumpai orang-orang asing masuk dan keluar dari Indonesia. Semua tak dapat dielakkan dan harus kita hadapi dengan berani. Sudah layaknya kita harus berjalan dan terus berjalan untuk menyongsong MEA. Jika tidak mempersiapkan saat ini, maka akan berakibat fatal pasar-pasar tradisional akan dibanjiri oleh produk asing. Produsksi dalam negeri akan kalah bersaing. Jika ini terus berlanjut maka kita menjadi ladang untuk pemasaran produk negara-negara ASEAN dan menjadi konsumtif.


Maka dari itu diperlukan peningkatan daya saing produksi dalam negeri dengan cara peningkatan sumber daya manusia, penerapan teknologi modern dan ramah lingkungan. Dengan dua aspek penting tersebut kita akan dapat berkembang dan terus maju dalam menyongsong MEA tahun 2015 mendatang. 

Jumat, 07 November 2014

CUKUP

CUKUP


Cukup, hentikan langkahmu
Cukup, menghadaplah padaku
Gelak tawamu
Sumringah bibirmu
Namun….
Namun sembab matamu
Gugup hatimu
Takut…
Cukup, datanglah padaku
Cukup, duduklah didepanku
Tangisan sesal
Rontaan maaf
Terlalu sering ku dengar
Cukup, duduklah
Dengarkan aku
Bersihkan kopiahmu
Pakailah dengan merunduk malu

Tulungagung, 7 November 2014


PERAN PENTING MEDIA

PERAN PENTING MEDIA

http://anticlbk.blogspot.com/2011/12/peranan-media-massa-dalam-masyarakat.html


Media memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia modern. Media dapat berfungsi sebagai alat untuk mengakses berbeagai berita yang tengah terjadi secara actual. Baik media cetak maupun elektronik memiliki nilai positif dan negative. Ada beberapa aspek negative yang ditimbulkan dengan adanhya media yang tak terkendali saat ini. Semua berita seolahh-olah menjadi sebuah fakta akan kebenarannya. Padahal jika ditelusuri lebihh dalam media sering kali memelintirkan fakta yang ada. Beberapa berita yang tengah hangat di siarkan terus menerus. Entah itu fakta yang didukung oleh berbagai bukti atau sering kali ditambahi “bumbu” agar berita terlihat “manis”.

Semakin tak terkendalinya media dalam memberitakan masalah terkini membuat masyarakat harus pandai-pandai dalam memilih dan menyaring setiap berita. Media saat ini disinyalir telah terkontaminasi dengan kepentingan para pemilik modal. Seolah berita bias dibuat asalkan ada uang yang menjadi penggeraknya. Kredibillitas media semakin dipertanyakan saat ini. Kita tahu bahwa ada berbagai media cetak maupun elektronik yang beritanya seringkali berseberangan. Contohnya media TV yang sering kali antara TV A dan TV B saling serang lawan atau bahkan melakukan pembelaan terhadap pemilik modal. Medi TV sangat berpengaruhh dalam  menggiring opini masyarakat. Akibatnya banyak masyarakat yang terpedaya oleh berita yang telah disiarkan.


Sudah saatnya masyarakat dewasa dalam mengambil sikap terhadap gencarnya media dalam menyiarkan berita. Bersikap cermat dalam memilih berita dan membandingkan dengan berita lain adalah salah satu cara agar masyarakat tidak diberdaya olehh media.

Selasa, 04 November 2014

TANTANGAN PETANI

TANTANGAN PETANI



Bertani adalah salah satu pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra. Berbeda dengan mereka yang duduk di ruang ber AC sambil menatap menitor. Berbeda pula dengan mereka yang berada dalam kendaraan sembari memainkan setir. Berbeda juga dengan mereka yang berada dalam ruang kelas sembari menuliskan soal dipapan kepada muridnya. Bertani membutuhkan nyali yang kuat. Harus berani tahan dari tempaan sinar matahari pagi sampai siang hari. Harus berani bergelut dengan lumpur ketika musim padi. Kehidupan yang keras membuat mereka semakin kuat dalam menghadapi hidup. Walaupun harus ditempa oleh panas siang dan dingin hujan namun semangat mereka tak kunjung padam. Al hasil, anak-anak mereka dapat hidup dengan layak, dapat mengecam pendidikan yang tinggi.

Saat ini bertani adalahh salah satu pekerjaan yang mulai ditinggalkan oleh kebanyakan orang. Musim yang tak menentu, konversi lahan pertanian menjadi bangunan dan rendahnya harga jual hasil pertanian menjadi penyebabnya. Pemanasan global menjadikan musim yang tak menentu dibelahhan dunia. Indonesia yang memiliki dua musim dengan rentang waktu enam bulan kini sulit diprediksi. Hal inilah menyulitkan petani untuk melakukan kegiatan pertanian. Mereka sulit menentukan kapan waktu tanam yang tepat. Kesalahan dalam menentukan waktu tanam akan berakibat fatal. Khususnya daerah Jawa lahan pertanian menjadi sempit, hal ini dipicu maraknya konversi lahan untuk digantikan bangunan. Beberapa lahan pertanian kini telah dibangun menjadi perumahan, pertokoan atau bahkan pasar modern. Sampai saat ini pemerintah kurang maksimal dalam melakukan penyerapan hasil pertanian lokal. Rendahnya daya saing produk lokal menjadikan harga hasil pertanian murah. Pemerintah lebih “asik” melakukan impor yang notabene merugikan petani. Dengan dalih harga impor lebih murah dan kualitasnya lebih bagus.

Kini petani dihadapakan pada pilihan sangat sulit. Disatu sisi lain mereka ingin hidup dengan hasil pertaniannya disisiyang berbeda banyak kendala yang harus dihadapi. Sudah saatnya pemerintah lebih berpihak pada kepentingan petani bukannya pada pemilik modal. Pemerintah harus melakukan terobosan guna menyerap hasil pertanian local. Tidak hanya itu pemerintahh diharapkan mampu memberikan pelatihan pada petani untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas pertanian. Petani tidak harus bertumpu pada kebijakan pemerintah yang belum tentu kapan sampainya. Sudah selayaknya petani terus giat bertani dengan mengedepankan pertanian yang ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Penerapan organic farming dapat dilakukan dengan mengembalikan konsep pertanian konvensional dan mengombinasikannya dengan pertanian modern.

Sinergisitas antara pemerintah dan petani akan mampu memberikan manfaat yang besar khususnya bagi petani dan bagi masyarakat luas. Sinergisitas ini dapat dibangun dengan komunikasi yang baik antara pemerintah dan petani. Harapannya hasil pertanian akan meningkat dan kesejahteraan petani dapat terwujud.