TANTANGAN PETANI
Bertani adalah salah satu
pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra. Berbeda dengan mereka yang duduk di
ruang ber AC sambil menatap menitor. Berbeda pula dengan mereka yang berada
dalam kendaraan sembari memainkan setir. Berbeda juga dengan mereka yang berada
dalam ruang kelas sembari menuliskan soal dipapan kepada muridnya. Bertani
membutuhkan nyali yang kuat. Harus berani tahan dari tempaan sinar matahari
pagi sampai siang hari. Harus berani bergelut dengan lumpur ketika musim padi. Kehidupan
yang keras membuat mereka semakin kuat dalam menghadapi hidup. Walaupun harus
ditempa oleh panas siang dan dingin hujan namun semangat mereka tak kunjung
padam. Al hasil, anak-anak mereka dapat hidup dengan layak, dapat mengecam
pendidikan yang tinggi.
Saat ini bertani adalahh salah
satu pekerjaan yang mulai ditinggalkan oleh kebanyakan orang. Musim yang tak
menentu, konversi lahan pertanian menjadi bangunan dan rendahnya harga jual
hasil pertanian menjadi penyebabnya. Pemanasan global menjadikan musim yang tak
menentu dibelahhan dunia. Indonesia yang memiliki dua musim dengan rentang
waktu enam bulan kini sulit diprediksi. Hal inilah menyulitkan petani untuk
melakukan kegiatan pertanian. Mereka sulit menentukan kapan waktu tanam yang
tepat. Kesalahan dalam menentukan waktu tanam akan berakibat fatal. Khususnya
daerah Jawa lahan pertanian menjadi sempit, hal ini dipicu maraknya konversi
lahan untuk digantikan bangunan. Beberapa lahan pertanian kini telah dibangun
menjadi perumahan, pertokoan atau bahkan pasar modern. Sampai saat ini
pemerintah kurang maksimal dalam melakukan penyerapan hasil pertanian lokal.
Rendahnya daya saing produk lokal menjadikan harga hasil pertanian murah.
Pemerintah lebih “asik” melakukan impor yang notabene merugikan petani. Dengan
dalih harga impor lebih murah dan kualitasnya lebih bagus.
Kini petani dihadapakan pada
pilihan sangat sulit. Disatu sisi lain mereka ingin hidup dengan hasil
pertaniannya disisiyang berbeda banyak kendala yang harus dihadapi. Sudah
saatnya pemerintah lebih berpihak pada kepentingan petani bukannya pada pemilik
modal. Pemerintah harus melakukan terobosan guna menyerap hasil pertanian
local. Tidak hanya itu pemerintahh diharapkan mampu memberikan pelatihan pada
petani untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas pertanian. Petani tidak harus
bertumpu pada kebijakan pemerintah yang belum tentu kapan sampainya. Sudah
selayaknya petani terus giat bertani dengan mengedepankan pertanian yang ramah
lingkungan sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Penerapan organic farming dapat dilakukan dengan
mengembalikan konsep pertanian konvensional dan mengombinasikannya dengan
pertanian modern.
Sinergisitas antara pemerintah
dan petani akan mampu memberikan manfaat yang besar khususnya bagi petani dan
bagi masyarakat luas. Sinergisitas ini dapat dibangun dengan komunikasi yang
baik antara pemerintah dan petani. Harapannya hasil pertanian akan meningkat
dan kesejahteraan petani dapat terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar