WpMag

Sabtu, 27 Oktober 2012

MANFISH (pterophyllum scalare)


MANFISH
(pterophyllum scalare)

DESKRIPSI
Ikan manfish sering dikenal dengan istilah “Angel Fish” karena bentuknya yang unik. Ikan manfish memiliki bentuk seperti cakram namun sedikit lonjong. Tubuhnya tipis menyerupai laying-layang sehingga masyarakat lokal menyebutnya ikan layar. Terdapat beberapa jenis ikan manfish seperti Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White.

         
Diamond                     Imeperial                          Marble                          Black-white
Bagian ekor terlihat memanjang pada beberapa jenis seperti jenis manfish imperial dan marble. Sedangakan pada jenis diamond dan black-white tidak terlihat memanjang. Sirip punggung dan sirip perut terlihat memanjang.

HABITAT
Habitat asli ikan manfish berasal dari perairan Amazon, Brazil, Columbia dan Peru di wilayah Amerika Selatan. Ikan Manfish hidup di perairan air tawar (pH 6 – 8) yang tenang arus airnya dan punya banyak tanaman air. Suhu air ideal untuk Manfish berkisar 24 – 30 oC. Ukuran ikan Manfish bisa mencapai panjang 7,5 cm (di kepustakaan ada yang menyatakan panjangnya bisa lebih dari 25 cm).
Beberapa pembudidaya meletakkan tanaman air di permuakaan sebagai pelindung ikan dari sinar matahari secara langsung. Air yang digunakan untuk membudidayakan ikan manfish sebaiknya adalah air tanah yang telah diendapkan terlebih dahulu. Pemberian methilen blue diperlukan ketika tempat pemeliharaan pada akuarium, sedangkan jika pada kolam permanen yang berukuran besar biasanya tidak dilakukan.


TINGKAH LAKU
Ikan manfish merupakan perenang cepat sehingga sulit ditangkap jika pada perairan luas. Biasanya ikan manfish berenang secarra bergerombol baik jantan dan betina. Jika di pelihara di akuarium tidak terlihat berenang secara cepat karena luas tempat yang sempit. Ikan manfish yang dipelihara di kolam permanen dengan ukuran besar akan berenang secara bergerombol dan sangat cepat, sehingga untuk melakukan penangkapan biasanya dilakukan pada malam atau pagi hari. Ketika dipelihara di akuarium ikan manfish yang bergerombol cenderung lebih menyukai beraktifitas di pojok-pojok akuarium.

CIRI JANTAN DA BETINA

REPRODUKSI
Sebelum dipijahkan, induk manfish dipelihara secara massal ( jantan dan betina ) terlebih dahulu dalam satu akuarium besar (ukuran 100 x 60 x 60 cm3). Betina yang siap bertelur, kelihatan gendut pada perutnya dan dikelamin terlihat menonjol keluar. Setelah telur matang dan masuk waktunya kawin, mereka mencari pasangan yang cocok. Induk manfish yang akan kawin selalu berpasangan, berenang berdampingan dan memisahkan dari ikan lainnya.  Induk yang berpasangan tersebut sudah dapat diambil dan dipijahkan pada tempat pemijahan.
Pemijahan dilakukan di akuarium berukuran 60 x 50 x 40 cm3 dengan tinggi air 30 – 40 cm. Selanjutnya beri tambahan oksigen dengan menggunakan pompa udara. Akuarium juga perlu diberi aerasi untuk menyuplai oksigen. Ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus, misalnya pakai kaca yang di taruh dalam akuarium secara miring, ada juga pakai batang kayu, keramik lantai, cone yang dijual di toko akuarium, atau yang lazim dipakai para peternak adalah potongan pipa PVC yang telah disiapkan/ditempatkan dalam akuarium pemijahan. 
Setelah induk memijah, penetasan telur dapat segera dilakukan. Penetasan telur ada beberapa cara:
  • Substrat yang telah ditempeli telur diangkat, untuk dipindahkan kedalam aquarium penetasan. Pada waktu mengangkat substrat diusahakan agar telur senantiasa terendam air, untuk itu dapat digunakan baskom atau wadah lain yang dimasukkan ke tempat pemijahan
  • Cara kedua yaitu telur ditetaskan dalam tempat pemijahan. Setelah menetas (2 ~ 3 hari) benih yang masih menempel pada substrat dapat dipindahkan ke aquarium. Pemindahan benih dilakukan dengan cara yang sama
Setelah berumur ± 2 minggu, benih tersebut dapat dilakukan penjarangan untuk kemudian dilakukan pendederan sampai ikan berumur satu bulan.mLangkah berikutnya adalah memanen benih tersebut, untuk dipindahkan ke dalam bak / wadah pembesaran. 





GRAFIK SUPPLY AND DEMAND SAAT PANEN IKAN


Robin
BDP/11661

GRAFIK SUPPLY AND DEMAND SAAT PANEN IKAN

Supply             = In Elastis
QPSDDemand          = Elastis


 












Penawaran
            Seorang penjual biasanya mengingankan menjual barangnya dengan harga tinggi, semakin tinggi harga barang maka semakin banyak barang yang dikeluarkan. Pada kondisi ini kenaikan harga ikan tidak berpengaruh banyak terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Contohnya harga ikan Rp12000/kg jumlah barang yang ditawarkan 100kg saat harga Rp 15000/kg jumlah barang yang ditawarkan hanya 110kg. Hal ini  dikarenakan jumlah ikan yang juga terbatas saat panen sehingga tidak terlalu banyak yang ditawarkan.

Permintaan   
            Seorang pembeli pastinya meinginginka membeli barang dengan harga yang murah, maka semakin murah harga barang semakin tinggi pula permintaannya. Pada kondisi ini jika harga berubah sedikit saja akan mempengaruhi pemintaan terhadap barang tersebut. Konsumen menilai karena dalam kondisi panen maka jumlah barang yang ada semakin banyak sehingga harga akan turun. Pada saat harga turun itulah permintaan terhadap ikan akan naik melebihi penuunan harga itu sendiri. Semisal harga ikan yang tadinya Rp 20000/kg jumlah permintaan sekitar 100kg pada saat harga ikan Rp 15000/kg maka permintaan bisa mencapai 150kg.

Kondisi setimbang
            Kondisi permintaan dan penawaran ini akan tetap berakibat penurunan harga karena jumlah ikan yang ada di pasaran akan bertambah akibat panen. Tetapi pertambahan jumlah ini akan langsung direspon oleh peminta yang sangat tinggi sementara penjual dengan harga yang turun hanya akan sedikit mengurangi jumlah ikan yang ditawarkan karena kondisi ikan yang sudah dipanen mau tidak mau harus segera dijual. Sehingga pembatasan jumlah penawaranya akan kecil dan diperoleh-lah titik kesetimbangan seperti pada grafik diatas.

Selasa, 23 Oktober 2012

BERSIH GUMUK PASIR

BERSIH GUMUK PASIR 


Udara pagi jogja terasa sejuk sekali. Aku jarang sekali menemukan kesejukan selain di pagi ini karena setiap habis solat subuh biasanya langsung au lanjtkan untuk meneruskan mimpi yang tertunda. Namun hari ini, setelah solat subuh, aku ada janjian sama teman untuk pergi ke Bantul. Bersama dua ornag teman kampus kami pun langsung menuju Bantul tepatnya di lab Geospasial .

Setelah sekitar 30 menit sampailah aku di Lab geospasial. Kami di sini untuk ikut berpartisipasi bersih gumuk pasir. Kami tak tahu apa saja kegiatan yang akan dilakukan, yang pasti karena acaranya gratis jadi kami pun ikut-ikutan. Ternyata apa yang kami lakukan tak sia-sia karena sampai disana langsung kami di kasih t shirt dan segera biminta untuk bersih-bersih gumuk pasir.  Bukannya bersih-bersih malah kebanyakan para peserta berfoto ria di gumuk pasir. Sungguh keindahan yang disajikan oleh alam begitu besar.bentanagn gumuk pasir cukup indah untuk dijadikan background.
Pemandangan gumuk pasir di pagi hari

Tidak hanya itu saja, gayung bersambut habis bersih-bersih yang tak membutuhkan banyak tenaga tersebut kami diberi sarapan berupa gudeg, “uenak e rek”. Gratis lagi…gratis lagi….hehehe. tidak cukup itu, ada meja pingpong, langsung akmi buka untuk main pingpong.
memasuki Lab Geospasial

Pada dasarnya yang ditunggu-tunggu ini lo, kuliah umum. Lantas siapa yang ngisi kuliah, beliau Dr. Asep Karsidi, MSc kepala Badan Geospasial nasional. Banyak ilmu aku dapat, banyak pengetahuan baru yang aku dapa dan insyaAlloh bermanfaat suatu saat nanti.
Sore hari ada acara yang cukup menarik yaitu nanam mangrove. Asyk…jadi tahu mengenai cara nanam mangrove. Salah satu bentuk konservasi daerah pesisir guna menanggulangi abrasi pantai. Penanaman mangrove di lakukan di pantai Baros daerah kab. Bantul...
foto bersama di daerah konservasi mangrove
  

Jumat, 19 Oktober 2012

BERHARAP HUJAN



BERHARAP HUJAN

Ku hirup udara dalam-dalam. Aku merasakan begitu hangat udara yang masuk. Apa yang aku lakukan sebagai penenang dikala rasa ini datang. Rasa ragu-ragu, rasa kurang percaya diri, dan inilah rasa itu rasa kawatir. Mengapa aku memiliki rasa itu? Bingung kan, atau gak bingung malah gak mutu ini semua.

So, besok pagi sekitar jam 9 aku akan melakukan ujian Kerja Lapangan (KL). Sebenarnya sih kerja lapangan ini dah selesai beberapa bulan lalu. Tepatnya sebelum hari raya idul fitri. Dan penulisan laporan pun sudah selesai beberapa bulan lalu juga sih, tapi, ya banyak revisi. Bukan karena dosennya yang killer dan corat sana-sini dan salah kanan kiri. Tapi memang aku aja yang gak teliti.

Namun biarlah itu semua, yang penting aku harus sukses untuk ujian KL besok. Jika aku flashback  maka banyak kejadian yang penting dan mungkin tak akan kulupakan. Mungkin aku pernah menceritakannya pada beberapa postingan terdahulu mengenai KL ku di Subang Jawa Barat. Namun, yang membekas adalah begitu banyak ilmu yang tak ada di bangku kuliah aku dapatkan di sana. Aku mendapatkan langsung dari lapangan.

“Sebenarnya sudah berapa kali kamu revisi?” seorang teman menanyai saya
“ya baru 4 atau 5 kali aku lupa?”
“Baru 4!”
“iya, gak usah kaget, besok kalau  dapet dosen itu kamu juga tahu sendiri”

Mungkin orang-orang atau bahkan anda bertanya-tanya “kok banyak sekali revisinya?”. Apa memang banyak yang salah atau memang dosennya yang sangat teliti. Ya saya akan menjawabnya dua-dua nya. Pertama aku yang kurang teliti karena sering setelah saya print eh ternyata banyak yang salah. Ada yang salah hurufnya, spasinya, dan bahkan substansinya. Waduh…!!!

Kedua, ya dosennya cukup teliti. Eh salah bukan cukup sih tapi sangat teliti. Bahkan saya sendiri pernah diminta untuk mencari di KBBI mengenai suatu kata. Kata itu adalah “KOMODITAS”, aku menulisnya “KOMUDITAS”. Hayo yang bener yang mana pasti bingung yang pekek O atau pakek U. tapi setelah aku buka KBBI yang bener ternyata KOMODITAS, kali ini aku salah nulis. Sebenarnya masih banyak sekali kata-kata yang aku tulis salah dalam laporan KL ku.

Semoga saja besok turun hujan dan hawa dingin akan datang. Biar hatiku dingin dan ketenangan akan menghampiriku. Yang pasti satu, ujiannya dapat berjalan mulus dan sukses mendapat nilai A.

Sabtu, 13 Oktober 2012

JALAN KERINDUAN


JALAN KERINDUAN

Ia berjalan menelusuri jalanan kampus yang tak begitu ramai. Memang benar hari ini sabtu, segikit orang yang   melakukan kegiatan di kampus. Ia pun sebenarnya juga tak ingin kekampus, namun apalah daya ada sesuatu yang mengganjal hatinya dan menariknya untuk kekampus. awalnya ia tak tahu apa yang ingin ia lakukan di kampus, mungkin hanya sekedar Wifi an yang disediakan oleh pihak kampus untuk mahasiswa. Sekedar melepas penat karena semingguan dhajar dengan berbagai tugas dan laporan kuliah.
“Oh, Sil ngapain kamu?” seorang yang taka sing dari ingatannya nyamperin.
Ia masih bingung dan memandang orang tersebut lekat-lekaat. Seolah memorinya sulit untuk menemukan siaa gerangan yang menyapanya. Apakah karena kebanyakan tugas yang ia hadapi beberapa hari ini hingga menurunkan daya ingatnya. Ah tidak.
“masak kamu lupa? Temenmu sendiri lo?
“maaf siapa ya?”
“kita harus memegang mimpi itu, dan merengkuhnya dengan hangat suatu saat itu semua akan jadi kanyataan”
“oh aku ingat, kau Lisa kan”
“iya….wah amu ini baru 2 tahun gak ketemu udah lupa”
“enggak aku gak lopa kok Lis”
“gimana studimu, lancar?” sembari mengambil tempat duduk disamping Silma
“Ya Alhamdulillah lancar, ini juga mau ngerjain Skripsi.  Kalau kamu gimana Lis?”
“ Alhamdulillah juga lancar.
Obrolan pun semakin hangat ditengah suasana kampus yang sepi. Seolah ada kerinduaan persahabatan yang tak ternilai. Semua itu dibalas dengan pertemuan mereka. ada canda, ada tawa, ada senda gurau menyertai obrolan mereka. mngenang 2 tahun lalu awal persahabatan mereka yang tak ada kabar. Mengenang kebersamaan yang tak ternilai.
“Bersambung”

Kamis, 11 Oktober 2012

LARUNG SESAJI


LARUNG SESAJI

Semua orang berkumpul dibibir pantai. Tua muda, kecil-besar, wanita dan pria semua berkumpul. Hari ini memang berbeda dengan hari yang lain.  Hari ini tak ada aktifitas yang berjalan. Melaut, bertani, pasar, semua mati. Khusus hari ini semua tak dibolehkan untuk bekerja. Jika mereka bekerja, pastilah tahu akibatnya. Hukum adat tak ada yang berani melanggar. Apalagi kalau yang bilang sesepuh adat, petuahnya bagaikan sabda yang harus dijalankan.
Semua orang menunggu di bibir pantai. Mereka semua menunggu acara adat larung sesaji. Larung sesaji merupakan acara adat yang rutin diadakan dikampung kami tiap tahunnya. Ini adalah bentuk curahan syukur kepada Sang Pencipta berkat rizki yang diberikan selama satu tahun penuh. Larung sesaji ini diawali dengan penyembelihan kerbau kemarin yang diadakan di Balai Desa. Kerbau yang disembelih diambil kepalanya untuk di larung ke laut. Sedangkan daging dan tulang serta kulit dibagikan kepada masyarakat kampung. Ini persis seperti hari raya Qurban. Semua kebagian daging. Mungkin inilah hari raya ketiga di kampung kami. Larung sesaji diadakan setiap tanggal satu Sura atau Muharam dan merupakan peringatan tahun baru Jawa atau Islam. Entah kapan larung sesaji ini ada. Namun kata sesepuh adat, larung sesaji telah lama ada sebelum zaman kemerdekaan.
Mbah Sarip demikianlah beliau biasa dipanggil. Orang tua yang kesehariannya juga sebagai nelayan. Seorang sesepuh adat yang sangat disegani di kampung kami, dimana semua petuahnya pasti dilaksanakan oleh semua masyarakat. Kata beliau, Larung sesaji telah ada sebelum beliau lahir. Dulu larung sesaji berasal dari masa kerajaan Majapahit. Kejayaan Majapahit telah sampai ditanah ini. Ketika itu Larung sesaji merupakan cara tolak balak  dan wujud syukur yang di tujukan kepada Sang Pencipta. Seiring berjalannya waktu, larung sesaji  terus ada dan tetap menjadi nilai budaya adat kampung kami.
Dari sudut lain pantai, terlihat segerombolan orang menyangga tumpeng yang berisikan kepala kerbau. Di belakangnya diiringi oleh anak kecil, bapak-bapak, ibu-ibu dan semua masyarakat. Sementara aku bersama dengan Gemol, Sadli dan Lasmi ikut berjalan dibelakang para pemain reog yang menari diiringi musik gamelan. Tumpeng berisi kepala kerbau tersebut akan dilarungkan kelaut namun sebelumnya dibacakan doa di pinggir pantai oleh mbah Sarip. Tumpeng pun telah tiba tepat di bibir pantai. Semua warga duduk dan terdiam mendengarkan petuah yang diucapkan oleh mbah Sarip termasuk musik gamelan yang tadi ikut mengarak tumpeng kepala kerbau. Sementara ombak laut menunggu kepala kerbau itu untuk dibawa ke laut selatan. Dengan sabar mereka menunggu. Sedangkan Mbah Sarip masih saja komat-kamit didepan tumpeng berisi kepala kerbau tersebut. Bahasa yang diucapkannya pun tak jelas. Aku bingung, begitu juga yang lain.  
“Bay, ngomong apa itu mbah Sarip?”Tanya Gemol..sambil menggaruk-garuk rambutnya yang menjadi kebiasaan sedari kecil.
“Nggak tahu kayaknya bahasa Sansekerta”  jawabku dengan sedikit berspekulasi
Ngawur kamu itu bahasa Jawa kuno” jawab Sadli dengan argumen yang ia kemukakan.
“Iya, itu Jawa kuno alias bahasa Kawi” tambah Lasmi seakan mengamini perkataan Sadli tadi
“Bahasa Kawi?apa itu?” tanyaku dengan penuh kebingungan
“Bahasa yang biasa dipakai untuk pementasan pewayangan” tambah Lasmi
Dengan komat-kamit seakan mau menjadi dalang dalam pementasan wayang, mbah Sarip terlihat khusuk. Sesekali beliau mendongakkan kepala sambil menengadahkan tangannya. Dan tak lupa, beliau juga meniup kemenyan yang berada didepannya. Persis orang penggambuh yang mau mengobati tukang “Jaranan”. Dengan pakaian hitam dan kaos dalam putih, beliau memang pantas menjadi seorang sesepuh adat. Tak lama berselang beliau menengadahkan tangan dan meminta semua hadirin untuk mengikuti beliau. Berbagai bacaan beliau ucapkan. Entah itu bahasa Kawi, bahasa Sansekerta ataupun bahasa Jawa aku tak tahu artinya. Yang aku lakukan hanya mengamini setiap jeda dalam perkataannya.
“Amin….amiiiin….aaaaaaminnnnnnnnn” semua terlihat kidmat mengucapkan kata amin mengiringi doa yang beliau panjatkan.
Selesai berdoa, tumpeng pun diangkat untuk dilarungkan ke laut. Beberapa kapal nelayan siap menjadi pengawal dalam melarungkan tumpeng berkepala kerbau itu. Sementara kami masih saja dirundung penasaran mengenai bahasa yang digunakan mbah Sarip dalam berdoa tersebut. Perdebatan kecil muncul mengiringi kepergian kepala kerbau kepantai Selatan. Walaupun tumpeng kepala kerbau telah berada diujung laut dan  perahu nelayan mulai berangsut kembali ke pantai. Kami masih saja memperdebatkan masalah bahasa yang digunakan Mbah Sarip tadi. Akhirnya Lasmi yang selalu berada dipihak netral memberikan solusi.
“Ya sudah, ayo kita bersama-sama tanya Mbah Sarip langsung”
“Ide bagus itu, dari pada debat terus tak berujung” tambahku
Kamipun segera mencari Mbah Sarip. Lolongan mata kami tak menemukan sosok ceking berbaju hitam tadi. Wajah keriputnya tak terlihat di keramaian orang-orang. Sesekali ku dongakkan kepala untuk mencari beliau. Dan ternyata beliau berleha-leha di bawah pohon kelapa yang tak jauh dari tempat kami berdiri sekarang. Dengan ditemani sebatang rokok yang berada disela-sela jari tangannya beliau sangat menikmati udara sejuk sore ini. Segera kami berjalan menuju tempat beliau. Rasa penasaran dicampur rasa ingin tahu menyeruak seketika untuk segera mendapatkan jawabannya.
“Mbah, mau tanya boleh?”
“Tanya apa nak?” sembari melentikkan batang rokok agar abunya lepas
“Ini mbah, kami mau tanya isi petuah dan bahasa yang mbah gunakan tadi apa?” tanya Lasmi dengan penuh penasaran
 “Iya mbah artinya apa soalnya bahasanya agak nyleneh”tambah Sadli
“Itu bahasa Kawi”
“Bahasa Kawi mbah”  jelasku dengan muka terkaget
“Iya nak, bahasa Kawi merupakan bahasa yang biasa masyarakat dulu gunakan untuk komunikasi. Jauh sebelum bahasa Jawa dipakai, masyarakat lebih suaka bahasa Kawi. Katanya sih bahasanya lebih halus. Jika dipakai untuk memberi petuah dan doa lebih sopan. Apalagi doa, isinya kan ungkapan kepada Tuhan mengenai diri kita masak bahasanya nggak halus “Payo isin”. Kita saja kalau ketemu orang yang lebih tua bahasanya kan pasti yang sopan. Masak menghadap Sang Pencipta bahasanya nggak sopan?” jawab Mbah Sarip dengan penuh kebijaksanaan
“O, begitu to mbah, kalau isinya itu apa mbah?” tanya Sadli sembari menganggukkan kepalanya
“Isi dari bacaan tadi adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena limpahan Rizki yang diberikan sepanjang tahun. Begitu besar rizki yang diberikan ini harus disyukuri. Karena dengan syukur maka Tuhan akan memberi rizki yang banyak untuk tahun depan. Selain itu terdapat ungkapan doa keselamatan semoga segala aktifitas yang dialakukan oleh masyarakat di ridhoi oleh Sang Pencipta. Tak hanya itu saja beberapa petuah mbah ucapkan sebagai pedoman masyarakat dalam menjalani segala aktifitas. Diharapakan dengan berbagai doa dan petuah tersebut akan memudahkan masyarakat dalam menjalani aktifitas ditahun yang baru ini.”
“Terimakasih mbah” seru Lasmi
“Iya nak, sama-sama, siapa disini yang mau menggantikan mbah besok?” sembari melepaskan asap rokok keudara dengan entengnya
“Gemol mbah” seru Sadli,
 “tidak mbah, Sadli” jawab Gemol
“Ubay mbah”tambah Sadli lagi
“Tidak mbah, tidak bisa aku mbah”
“Ya sudah, hanya bercanda” sembari menerbitkan senyuman kepada kami
Kamipun  berpamitan pada Mbah Sarip. Dengan ucapan beribu terimakasih, karena perdebatan kami telah mendapatkan jawaban. Sekarang tak ada lagi perdebatan, karena semua telah terkuak. Mengenai isi dari semua yang diucapkan oleh Mbah Sarip dan bahasa yang digunakan tadi.

Minggu, 07 Oktober 2012

SUARAMU......



SUARAMU...... 

Suaramu mengalun lembut disela jendela kamarku….
Merdu nan indah menyejukkan kalbu…..
Hingga ku terlupa…terlena…
Dan ku mati kutu dihadapanmu…..
Kucoba mendekat….dan mendekat…..
Meresapi rangkaian alunan nada itu….
Sejuk dikala pagi menyingsing…
Menyambut manusia akan hidup yang berarti….
Sejuk suaramu menemani hariku yang sepi….
Dan ku tau engkau juga merasakan hal yang sama….
Ku coba untuk menyelami arti alunan lagu melodimu...
Memahami, meresapinya….
Dan ku tak bisa…
Tak bisa….
Tak bisa….


Jumat, 05 Oktober 2012

INILAH JALANKU


INILAH JALANKU




Selasa 2 oktober, rinai hujan membasahi dedaunan. Suaranya  gemericik air samar-samar terdengar. Kadang kala jatuh menghantam tanah, kadang pula masih bersandar diatas dedaunan. Aku mencium bau khas tanah yang sedari berbulan-bulan tak tersentuh air hujan. Baunya sangat khas dan aku merasakannya. Ingatanku melayang beberapa tahun lalu ketika aku melihatnya. iya beberapa tahun lalu, tepatnya aku agak lupa, namun suasana itu seperti saat ini. Dedaunan basah diguyur hujan. Bau khas tanah tercium dari kejauhan, dan suara burung sesekali terdengar mengisi keramaian.

Suasana itu akan selalu aku ingat. Kejadian-kejadian itu sungguh melekat. Rasanya semakin dekat walaupun sebenarnya jauh. Seorang laki-laki biasa yang merindukan bulan diatas sana. Ketika malam menjelang ia datang dengan sinarnya, dan aku disini terpaku melihatnya. Benderang indah dan ditemani bintang kejora. Aku terpaku melihatnya. dan kini aku melihatnya dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Pernah seorang berilmu berkata “ cintailah seseorang tanpa kau harus melihat ia akan mencintaimu. Karena hakikatnya cinta adalah memberikan semua yang kita miliki kepada yang kita cintai”. Biarlah kata-kata itu mengalir dalam aliran darahku. Merasuk menjelma sebagai sifatku, karakterku, dan inilah aku. Seorang pecinta ulung. Mencintai seorang tanpa ia harus tau. Mungkin orang akan mengatakan aku bodoh, aku salah. Biarlah orang berkata apa. inilah jalanku.

Ketika waktu itu tiba dan cercaan itu masih terdengar, aku merasakannya. Keikhlasan adalah kunci, “narimo ing pandum lan qonaah”. Sudah lah apa yang perlu disesali, tak ada. Jalan-jalan ini berlku, menghiasi setia langkah hidupku. Ketika ku melihat ia sedang berduaan dengan orang lain betapa rasa hati ini. Sungguh ada getaran yang aku kadang tak menyadarinya. Namun itu sangat terasa, apakah itu yang dinamakan dengan cemburu. Atau itu yang dinamakan dengan cinta. Kini aku mulai merenung mengartikan dan mengeja semua getaran itu. Dan aku mulai belajar dari apa yang terjadi dengan getaran itu. Cinta dan cemburu adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Ia seperti daya tarik dan memiliki kekuatan tersendiri dalam diri kita. Dan aku membiarkan keduanya hinggap dalam sanubariku. Kini ia menjelma dan menghiasi batiniahku.

Cinta engkau begitu menggoda. Menusuk kalbuku, merunyahkan hatiku, merongrong diriku hingga aku terjatuh. Cemburu engkau seperti tali yang terkalung dileherku, ketika ku berlari tercekiklah leherku dan aku sulit bernafas. Itulah hatiku ketika engkau datang dengan kekuatanmu. Aku tercekik, hatiku tercekik olehmu. Oh cemburu. Ada satu lagi yang belum aku bahas sedari tadi, rindu. Oh rindu…engkau seperti selimut yang menutup tubuhku. Kehangatanmu selalu aku damba, karna engkau penyejuk hidupku. Rindu….oh …rindu…..

Kutarik sedalam-dalam nafasku. Melayang bebas membayangkanmu. Melihatmu bercengkerama dengan orang lain membuatku cemburu. Kulepaskan tarikan nafasku dan kuhembuskan semua yang ad diparu-paruku. Seakan lega dada ini, dan kau terlihat tersenyum dalam sanubariku. Aku melihat engkau. Dan ku tatap engkau dengan senyum yang menghiasi bibir indahmu. Oh, bidadari penghuni alam jagad raya.

Inilah jejak langkah jalinan kata yang mencoba mengekspresikan hakikat cinta. Walaupun jauh dari sempurna dan kadang hanyalah coretan tinta tak berarti namun mencoba memberi makna dalam setiap goresannya. Aku yang sedari dulu merindukanmu, mendambakanmu, mencoba untuk tetap bertahan dalam cinta. Bertahan dalam keistiqomahan cinta ini. Biarlah, tak perlu kau tahu. Dan suatu saat nanti jika waktu itu tiba kau juga akan tahu betapa besar cintaku. Hehehe…ah terlalu lebay aku. Namun yang pasti inilah cintaku…..

Suatu saat nanti takdirlah yang akan menjawab semua ini. Aku diam bukan karena aku tak beriktiar, namun untuk sementara waktu biarlah ini berjalan, dan inilah jalanku. Dan suatu hari nanti tibalah waktu itu, ketika orang-orang didekatku membuka pintu itu aku akan mencoba memasukinya. Dan inilah jalanku…….