INILAH
JALANKU
Selasa 2 oktober, rinai hujan
membasahi dedaunan. Suaranya gemericik
air samar-samar terdengar. Kadang kala jatuh menghantam tanah, kadang pula
masih bersandar diatas dedaunan. Aku mencium bau khas tanah yang sedari
berbulan-bulan tak tersentuh air hujan. Baunya sangat khas dan aku
merasakannya. Ingatanku melayang beberapa tahun lalu ketika aku melihatnya. iya
beberapa tahun lalu, tepatnya aku agak lupa, namun suasana itu seperti saat
ini. Dedaunan basah diguyur hujan. Bau khas tanah tercium dari kejauhan, dan
suara burung sesekali terdengar mengisi keramaian.
Suasana itu akan selalu aku
ingat. Kejadian-kejadian itu sungguh melekat. Rasanya semakin dekat walaupun
sebenarnya jauh. Seorang laki-laki biasa yang merindukan bulan diatas sana.
Ketika malam menjelang ia datang dengan sinarnya, dan aku disini terpaku
melihatnya. Benderang indah dan ditemani bintang kejora. Aku terpaku
melihatnya. dan kini aku melihatnya dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
Pernah seorang berilmu berkata “ cintailah seseorang tanpa kau harus melihat ia
akan mencintaimu. Karena hakikatnya cinta adalah memberikan semua yang kita
miliki kepada yang kita cintai”. Biarlah kata-kata itu mengalir dalam aliran
darahku. Merasuk menjelma sebagai sifatku, karakterku, dan inilah aku. Seorang
pecinta ulung. Mencintai seorang tanpa ia harus tau. Mungkin orang akan
mengatakan aku bodoh, aku salah. Biarlah orang berkata apa. inilah jalanku.
Ketika waktu itu tiba dan cercaan
itu masih terdengar, aku merasakannya. Keikhlasan adalah kunci, “narimo ing
pandum lan qonaah”. Sudah lah apa yang perlu disesali, tak ada. Jalan-jalan ini
berlku, menghiasi setia langkah hidupku. Ketika ku melihat ia sedang berduaan
dengan orang lain betapa rasa hati ini. Sungguh ada getaran yang aku kadang tak
menyadarinya. Namun itu sangat terasa, apakah itu yang dinamakan dengan
cemburu. Atau itu yang dinamakan dengan cinta. Kini aku mulai merenung
mengartikan dan mengeja semua getaran itu. Dan aku mulai belajar dari apa yang
terjadi dengan getaran itu. Cinta dan cemburu adalah satu kesatuan yang tak
dapat dipisahkan. Ia seperti daya tarik dan memiliki kekuatan tersendiri dalam
diri kita. Dan aku membiarkan keduanya hinggap dalam sanubariku. Kini ia
menjelma dan menghiasi batiniahku.
Cinta engkau begitu menggoda.
Menusuk kalbuku, merunyahkan hatiku, merongrong diriku hingga aku terjatuh.
Cemburu engkau seperti tali yang terkalung dileherku, ketika ku berlari
tercekiklah leherku dan aku sulit bernafas. Itulah hatiku ketika engkau datang
dengan kekuatanmu. Aku tercekik, hatiku tercekik olehmu. Oh cemburu. Ada satu
lagi yang belum aku bahas sedari tadi, rindu. Oh rindu…engkau seperti selimut
yang menutup tubuhku. Kehangatanmu selalu aku damba, karna engkau penyejuk
hidupku. Rindu….oh …rindu…..
Kutarik sedalam-dalam nafasku.
Melayang bebas membayangkanmu. Melihatmu bercengkerama dengan orang lain
membuatku cemburu. Kulepaskan tarikan nafasku dan kuhembuskan semua yang ad
diparu-paruku. Seakan lega dada ini, dan kau terlihat tersenyum dalam
sanubariku. Aku melihat engkau. Dan ku tatap engkau dengan senyum yang
menghiasi bibir indahmu. Oh, bidadari penghuni alam jagad raya.
Inilah jejak langkah jalinan kata
yang mencoba mengekspresikan hakikat cinta. Walaupun jauh dari sempurna dan
kadang hanyalah coretan tinta tak berarti namun mencoba memberi makna dalam
setiap goresannya. Aku yang sedari dulu merindukanmu, mendambakanmu, mencoba
untuk tetap bertahan dalam cinta. Bertahan dalam keistiqomahan cinta ini. Biarlah,
tak perlu kau tahu. Dan suatu saat nanti jika waktu itu tiba kau juga akan tahu
betapa besar cintaku. Hehehe…ah terlalu lebay aku. Namun yang pasti inilah
cintaku…..
Suatu saat nanti takdirlah yang
akan menjawab semua ini. Aku diam bukan karena aku tak beriktiar, namun untuk
sementara waktu biarlah ini berjalan, dan inilah jalanku. Dan suatu hari nanti
tibalah waktu itu, ketika orang-orang didekatku membuka pintu itu aku akan
mencoba memasukinya. Dan inilah jalanku…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar