WpMag

Senin, 02 Januari 2012

TUGAS MANAJEMEN KUALITAS AIR PENGARUH PEMBERIAN KANGKUNG AIR (Ipomoea Aquatica Risk) UNTUK PENGENDALIAN AMONIAK (NH3) DALAM BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp)


TUGAS MANAJEMEN KUALITAS AIR
PENGARUH PEMBERIAN KANGKUNG AIR (Ipomoea Aquatica Risk) UNTUK  PENGENDALIAN AMONIAK (NH3) DALAM BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp)













OLEH :
Robin
09/2833b/PN/11661
BUDIDAYA PERIKANAN



JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012



PENGARUH PEMBERIAN KANGKUNG AIR (Ipomoea Aquatica Risk) UNTUK  PENGENDALIAN AMONIAK (NH3) DALAM BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp)

I.                    PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKA
L             Lele merupakan jenis ikan air tawar yang telah dibudidayakan secara masal di Indonesia. Banyak masyarakat yang telah membudidayakan lele sebagai pekerjaan utama. Kesadaraan masyarakat akan pentingnya gizi khususnya yang berasal dari ikan membuat permintaan ikan semakin meningkat. Akibatnya tidak ada jalan lain kecuali membudidayakan ikan yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Menurut Dirjen Budidaya Departemen perikanan dan Kelautan Made L Nurjana, lele menjadi komuditas unggulan yang mudah dibudidayakan, dapat dipelihara dalam padat tebar tinggi dan lahan terbatas dikawasan marginal dan hemat air. Selain itu lele memiliki pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap penyakit, teknologi budidaya lele yang relative mudah dikuasai oleh masyarakat, modal usaha dan pemasaran relative rendah, dipastikan banyak menyerap tenaga kerja, dan terbukti menjadi usaha yang menguntungkan. Sehingga lele dapat diproduksi secara besar-besaran dan dapat diekspor kemancanegara (Depetemen Kelautan dan Perikanan,2006).
Seiring dengan perkembang dan pesatnya kegiatan budidaya maka terdapat berbagai masalah yang mulai muncul. Salah satu masalah yang muncul adalah kualitas air. Kualitas air yang sangat berpengaruh dalam budidaya adalah kandungan amoniak. Amoniak dalam perairan besifat toksik dan bahkan bisa mematikan ikan. Menjaga kualitas air sangat diperlukan guna kesuksesan kegiatan budidaya (Craigh, S. and L.A. Helfrich, 2002).
Amoniak merupakan kandungan unsur dalam suatu perairan yang mana dihasilkan oleh proses degradasi sisa pakan dan feses yang dikeluarkan ikan. Limbah pakan ikan menimbulkan pencemaran perairan serta meningkatkan kadar N,P,K yang pada akhirnya terjadi eutrofikasi atau penyuburan (Wardojo, 1975). Kegiatan budidaya intensif khususnya ikan lele sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Amoniak akan menjadi faktor pembatas kesuksesan budidaya ikan lele. Dengan pengendalian amoniak dalam suatu perairan maka akan sangat diharapkan kegiatan budidaya dapat berhasil.
Amoniak diperairan dapat menghilang melalui proses vola-tilisasi karena tekanan parsial amoniak dalam larutan meningkat seiring meningkatnya pH (Effendi, 2003). Kadar amoniak pada bahan aperairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. kadar amoniak bebas yang terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/l (PT Sucofindo dan LPKM ITB,1999).
Tanaman air khususnya kangkung merupakan tanaman yang dapat memanfaatkan kandungan nutrient buruk suatu perairan untuk dimanfaatkan dalam proses hidupnya. Tumbuhan air dapat mengahsilkan oksigen dan menyerap nutrient yang masuk keparairan seperti nitrogen dan fosfor (Hidayat,1993).


B.      TUJUAN
Mengetahuai peranan kangkung air (Ipomoea Aquatica Risk) dalam mengontrol dan mengendalikan kualitas air khususnya ammonia (NH3)
C.      MANFAAT
Diharapkan penggunaan kangkung dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan kualitas air dalam budidaya lele khususnya amoniak (NH3)


II.                  TINJAUAN PUSTAKA

A.      KANGKUNG (Ipomoea aquatica Forsk)
Kangkung pertama kali trcatat dalam sejarah sebagai salah satu tanaman sayur pada masa dinasti Chin sekitar 300M (Edi dan Ho, 1969 dalam Mc khan Book, 1996). Tanaman kangkung berasal dari asia tenggara dan India. Jenis kangkung yang dibudidayakan terdapat dua masam yaitu kangkung air dan kangkung darat. Kangkung air atau Ipomoea aquatic memiliki cirri bentuk daun yang panjang 5-15 cm dengan ujung yang tumpul, lebar 2-10 cm , berwarna hijau kelam, batangnya berlubang. Kangkung memiliki bunga seperti terompoet berwarna putih ke kuning-kuningan atau kemerah-merahan (Paciffic Island Ecosistem at risk, 2002). Klasifikasi dari kangkung air adalah sebagai berikut :
Kingdom       :Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan bunga)
 Divisi            : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas             : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil
 Sub Kelas    : Asteridae
 Ordo           : Solanales
  Famili         : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
 Genus         : Ipomoea
  Spesies       : Ipomoea aquatica Forsk.
      Kangkung air hidup di tempat yang digenangi air seperti tanah becek, tepi-tepi danau, kolam-kolam, dan selokan (Heyne, 1987). Tempat yang mengandung bahan organic tinggi dan memiliki pH antara 5,5-6,5 akan membuat kangkung tumbuh subur. Menurut Hidayat (1993) kangkung air dapat mengurangi pencemaran limbah roti, tekstil dan obat-obatan. Tanaman tersebut pada siang hari dapat meningkatkan oksigen terlarit dan menurunkan CO2 di perairan tercemar. Sehingga tanaman dapat juga digunakan untuk alternative mengurangi limbah budidaya.

B.      LELE SANGKURIANG
Ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetiK dari persilangan balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi ke enam (F6).  Induk betina kedua berasal dari balai budidaya air tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang introduksi ke Indonesia pada tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi. Klasifikasi ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
Filum      : Chordata
Kelas       : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo       : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili     : Caridae
Genus    : Clarias
Spesies  : Clarias sp
Ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu aborescent sehingga memungkinkan untuk mengambil oksigen dari udara secara langsung. Sifatnya yang toleran terhadap lingkungan yang buruk menjadikan lele sering dibudidayakan oleh masyarakat (Hernowo dan Suyanto, 2003)
Seperti halnya lele Dumbo terdahulu, lele sangkuriang memiliki sifat omnivore. Di alam maupun budidaya  lele sangkuriang dapat memanfaatkan plankton, ikan kecil, udang, dan berbagai makanan untuk dimakan (Departemen kelautan dan Perikanan, 2006). Habitat lele dialam adalah diperairan tergenang yang relative dangkal, ada pelindung atau tempat yang agak gelap, dan lebih menyukai substrat berlumpur. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif dimalam hari (Hernowo dan suyanto, 2003).
C.      AMONIAK (NH3)
Menurut Craigh dan helfrich (2002) Meskipun melalui menajemen yang baik, pakan yang diberikan pada ikan pasti akan menghasilkan limbah. Dari 100 unit pakan yang diberikan kepada ikan, biasanya 10 % tidak termakan, 10 % merupakan limbah padatan, dan 30 % merupakan limbah cair yang dihasilkan oleh ikan. Dari sisanya, 25 % digunakan untuk tumbuh dan 25 % lainnya untuk metabolisme. Prosentase ini tergantung dengan jenis ikan, aktifitas, suhu air dan kondisi lingkungan lainnya.
Limbah yang sangat berbahaya dan bersifat toksik bagi ikan khususnya adalah amoniak. Limbah amoniak ini sangat berbahaya dan mampu memicu timbulnya racun ataupun penyakit pada ikan. Limbah amonia dari budidaya ikan yang dibuang langsung ke perairan sekitarnya merupakan sumber pencemaran yang perlu mendapat perhatian. Potensi pasokan amonia ke dalam air budidaya ikan adalah sebesar 75% dari kadar nitrogen dalam pakan (Gunardi dan Hafsari, 2008). Keberadaan amoniak mempengaruhi pertumbuhan karena mereduksi masukan oksigen akibat rusaknya insang, menambah energi untuk detoksifikasi, menggangu osmeregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan (Boyd, 1990).



III.                METODOLOGI
A.             RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan. Terdapat 3 perlakuan dan 1 kontrol. Masing-masing perlakuan dilakukan penguangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian kangkung dengan berat yang berbeda. Perlakuan 1 (P1) dengan berat 25% dari biomasa ikan, Perlakuan 2 (P2) dengan berat 50%, perlakuan 3 (P3) dengan berat 75%.

IV.                TATA LAKSANA
A.      BAHAN DAN ALAT
-          Bahan
Ikan lele sangkuriang ukuran 10-12 cm
Kangkung air
Pellet ikan
Air sebagai media budidaya

-          Alat
Kolam ukuran 1,5X1,5 meter
Terpal
Stereform
Alat pengukur sampling
Paranet

B.      PROSEDUR
1.    Persiapan Kolam
Pertama adalah pembuatan kolam dengan ukuran 1,5 meter X 1,5 meter dengan kedalaman 80 cm. Kolam yang dibuat berjumlah 12 dan masing-masing mengguanakan terpal.  Selanjutnya dilakukan pengisian kolam dengan ketinggian air kurang lebih 70 cm. dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kotoran ayam yang telah kering dan dimasukkan kedalam karung.
2.    Penebaran
Masing-masing kolam ditebar ikan lele dengan kepadatan 50 ekor. Ikan lele yang ditebar memiliki ukuran 10-12 cm. sebelum ditebar, dilakukan aklimatisasi untuk meminimalisir kematian. Kolam diberi perlakuan berupa pemberian kangkung dengan berat Perlakuan 1 (P1) dengan berat 25% dari biomasa ikan, Perlakuan 2 (P2) dengan berat 50%, perlakuan 3 (P3) dengan berat 75%.
3.    Pemberian pakan
pemberian pakan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore. Dosis berat pakan yang diberikan adalah 3 % dari biomasa ikan. Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari atau 2 bulan.
4.    Pengamatan kualitas air dan pertumbuhan
Pengamatan kualitas air dan pertumbuhan ikan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Parameter diamati meliputi kualitas air baik fisik, kimia dan biologi dan pertumbuhan ikan. Parameter fisik yang diamati adalah suhu air dan udara, serta kecerahan. Parameter kimia yang diamati adalah DO, CO2, Alkalinitas, amoniak, TSS, dll. Parameter biologi yang diamati adalah densitas dan diversitas plankton
5.    Panen
Panen dilakukan setelah 60 hari dari waktu pemeliharaan. Pemanenan dilakukan pada waktu pagi hari dengan menguras masing-masing kolam. Setelah air terkuras, ikan ditangkap dengan seser, kemudian diukur panjang dang beratnya.

C.      DATA/VARIABEL YANG DIAMATI
Data yang diamati meliputi kualitas air baik fisik, kimia dan biologi dan pertumbuhan ikan. Parameter fisik yang diamati adalah suhu air dan udara, serta kecerahan. Suhu air dan udaara diamati dengan termometer alcohol, kecerahan dengan Sechi disk. Parameter kimia yang diamati adalah DO, CO2, Alkalinitas, amoniak, TSS, dll. Oksigen terlarut dengan metode Winkler,karbondioksida bebas dengan metode alkalimetri, amoniak diukur dengan metode Nassler , pH diukur dengan pH meter, kedahan dan alkalinitas diukur dengan metode titrasi. Parameter biologi yang diamati adalah densitas dan diversitas plankton.

Parameter pertumbuhan yang diamati adalah pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik. Pertumbuhan mutlak adalah ukuran rata-rata organism pada umur tertentu (Effendi, 1997). Pertumbuhan mutlak yang diamati mulai dari panjang pertumbuhan mutlak dan berat pertumbuhan mutlak. Laju pertumbuhan spesifik adalah kecepatan pertumbuhan ikan atau udang pada waktu tertentu (Effendi, 1997). Pengukuran laju pertumbuhan spesifik yang diamati adalah panjang laju peertumbuhan spesifik dan beratnya.






DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries 
Science. Elsevier Scientific Publishing Company Amsterdam. 3125p.
Craigh, S. and L.A. Helfrich . 2002. Understanding Fish Nutrition, Feeds, and Feeding , Viginia Coperative  Extension Service. Publication 420-256 : 1-4
Depetemen Perikanan dan Kelautan,2006. Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp.). http://www.dkp.go.id/index.phd
Effendi, M.I. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bandung.
Effendi, M.I. 2003.Biologi Perikanan. Yayassan Pustakan Nusantara. Bandung
Gunardi, B dan Hafsari D.R, 2008. Pengendalian Limbah Amonia Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Heterotrofik Menuju Sistem Akuakultur Nir-Limbah. Jurnal Riset Akuakultur Vol 3.
Hernowo, Suyanto,S.R. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Lele  di Pekarangan, sawah dan logyam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. ED ke 3 BPPK Departemen Kehutanan
Hidayat, S. 1993. Peranan Enceng Gondok dan Kangkung Air Terhadap Peningkatan Kualitas Air limbah. Disertasi. Fakultas Pascasarjana Program KPK UGM-Unibraw. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta
Paciffic Island Ecosistem at risk, 2002. Ipomoea Aquatica Forsskal Convolvulaceae. http//: Hear-org/pier/ipqu.htm
PT Sucofindo dan LPKM ITB. 1999. Database Dampak Lingkungan dari Kegiatan Industri.
 Wardojo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Proyek Pneingkatan Mutu Perguruan Tinggi ITB. Bogor


1 komentar:

  1. Saya memfokuskan usaha pada
    pembenihan bibit lele
    sangkuriang.
    Bagi yang membutuhkan bibit
    lele
    sangkuriang. Untuk wilayah Solo
    dan
    sekitarnya saya antar gratis.
    Bibit
    berkualitas karena dari indukan
    bersertifikat dari BBAT. Kami
    siap
    membantu Anda sukses dalam
    berternak lele. Konsultasi gratis.
    Saya tidak menjual bibit saja.
    Bibit
    yg saya kirim. Bila sudah panen
    akan
    saya beli bila Anda kesulitan
    menjual. Bila Anda butuh lele
    konsumsi saya juga siap. Semua
    harga bisa dinego. Pelanggan
    adlah raja. Saya ingin Anda
    untung besar, kapanpun Anda
    sms pasti secepatnya kami
    balas, pelayanan kami adalh yg
    utama. Anda sukses saya jg ikut
    sukses itu prinsip saya. Hub
    085642057643
    alamat Ngablak Rt/Rw 03/06,
    Karangmojo, Tasikmadu,
    Karanganyar, Solo
    meganmahmud@gmail.com

    BalasHapus