MAINANKU HILANG
Kini mainanku hilang. Mainan nan
lucu dan menggemaskan. Mainan sebagai penghibur kesendirian. Mainan sebagai
penyegar batin yang gundah. Mainan sebagai pengisi waktu luang. Maiananku
hilang ditelan zaman. Mainanku hilang ditelan peradaban. Maiananku hilang di
makan rakusnya modernisitas. Mainanku hilanng.
Mainanku hilang tergantikan plastik
yang terbungkus rapi. Mainanku hilang tergantikan mesin yang berjalan sendiri.
Mainanku hilang tergantikan layar dua dimensi. Oh mainanku hilang. Aku tersedu
disudut ruangan. Aku menangis mencari maianan. Aku merintih sendiri tak ada
teman. Mainanku hilang.
Kekean, kasti,dakon hilang entah
kemana. Ia hilang ditelan rakusnya peradaban. Ia hilang seiring waktu yang
terus berjalan. Cublek-cublek suweng kini tak terdengar lagi. Entah kemana maiananku
pergi. Disudut-sudut kampung, di emperan rumah dulu masih tersisa mainanku. Di
waktu sore, di akhir pekan dulu masih ketemui mainanku. Kini mainanku hilang.
Oh, apakah ini yang dinamakan
modernisitas. Oh apakah ini yang dinamakan kemajuan. Oh apakah ini yang
dinamakan perkembangan. Semua menelan dan menghilangkan yang telah ada. Mencoba
membunuhnya perlahan-lahan. Hingga kini telah hilang dan tergantikan yang baru.
Bolehkah aku meminta, untuk sekedar memainkan maiananku yang dulu hilang.
Bolehkah aku bernyanyi untuk memainkan mainanku dikala sendiri.
Cublek-cublek suweng
Suweng e teng kelender
Mambu ketundung goder
Tak senggo lela-lelo
Sopo gowo delek ake
Sir-sir pong delek kopong
Sir-sir pong delek kopong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar