WpMag

Jumat, 23 Desember 2011

BAGIAN 3


BAGIAN 3

Udara sangat dingin, semilir angin berlarian memasuki sela-sela ruangan. Mungkin ini pertanda akan datangnya hujan. Namun dari tadi siang tak menunjukkan tanda-tanda akan datang hujan. Bulan masih menampakkan wajahnya, beberapa bintang menemani menghiasi malam. Semoga saja tidak turun hujan. Karena aku ada janji dengan Rusdi.

Sembari menikmati secangkir kopi yang dibuatkan oleh sang istri, aku masih membuka-buka Koran hari ini. Sudah seharian tak tersentuh oleh tangan. Semoga ada yang baru, dan memberi pengetahuan tambahan bagiku. Lembar demi lembar kubuka, sekilas judul-judul tidak ada yang menarik. Aku langsung menginjak kekolom opini yang sangat aku gemari. Masih saja, judulnya tidak menarik. Akhirnya kopi yang berada didepan, menjadi penghangat malam yang masih dingin.

“Mas, kok gak berangkat, katanya mau kerumah mas Rusdi?”
“sebentar dek, ini lagi nunggu Said.”
“Oo, mas Said jadi ikut, katanya kemarin gak ikut ada urusan di luar kota?”
“halah, kayak kamu gak tahu dia aja”

Tik..tik..tik…., terdengar rintik hujan turun mengenai genteng. Suaranya terdengar samar-samar. Tak lama berselang diikuti jutaan tetes hujan yang turun membasahi bumi. Dalam hatiku, oh tidak jadi lagi. Akhirnya kuurungkan niatkau untuk ke rumah Rusdi. Paling disana juga gak ada yang datang, gumamku dalam hati. Walaupun tadi bulan tersenyum, bintang menyapa kini mereka telah tiada , meninggalkan kami berdua disini. Hawa dingin menyeruap dalam tubuh, sepertinya aku butuh kehangatan. Dingin sekali rasanya, seperti di kutub utara.

Jika hawanya dingin seperti ini aku teringat masa-masa kuliah dulu. Aku teringat pada temanku, aku teringat pada mereka, semua. Sungguh indah kenangan itu. Jika waktu dapat diputar, ingin aku kembali kemasa itu. Siang itu memang cuaca mendung, awan hitam menggerayut dipucuk bukit itu. Ketika kami tiba disana, hujan mulai turun rintik-rintik. Tepatnya di ketep, Magelang. Perjalan dari Yogya ke sana membutuhkan waktu 2 jam. Ketika sampai, sungguh indah lukisan agung Tuhan. Aku sangat terpesona, terpukai dengan pemandangan didepanku. Mungkin ini mimpi, tapi tidak, ini nyata.
Walaupun rintik hujan turun, kami masih dpaat menikmati pemandangan. Kami masih dapat melihat gunung Merapi, Sumbing, Sindoro didepan kami walaupun itu tidak dengan jelas. Akhirnya kamipun berfoto ria. Narsis sana narsis sini. Mencari background yang tepat. Dari sekian temanku, yang paling narsis adalah Tyas, sungguh narsis amat anak ini. Jika ada tukang foto grafer lewat ingin aku titipkan temanku satu ini (hehehe). Dengan dipandu fotografer andalan kami yaitu Eka kamipun narsis ria. Mungkin orang-orang disekitar kami pada bilang, ni orang mau wisata apa mau buat samapul majalah…(kwkwkw).

Tak puas dengan pemandangan di ketep, akhirnya kamipun meneruskan perjalanan ke air terjun yang berada di kaki bukit. Perjalan kira-kira memakan waktu 15 menit. Menelusuri jalan, menerobos hujan, melewati jalan terjal (ah, 4L4Y). Setiba di air terjun kamipun langsung kedinginan karena hujan sangat lebat dan tak ada tempat berteduh yang nikmat. Didepan rumah orang, entah itu punya siapa kamipun tak peduli akhirnya dibuat untuk berteduh. Tanpa basa-basi, tanpa meminta ijin, teras rumah menjadi ajang kami untuk bercengkerama dan bersenda gurau menghilangkan hawa dingn yang kian menggila ini. Suplai makan semakin menipis, akhirnya semua perbekalan dikeluarkan dan termakan semua tanpa sisa (ni orang lapar atau memang suka makan).

Tak lama berselang hujan reda, perjalanan kami teruskan meneju air terjun yang tak jauh dari rumah tempat kami berteduh. Disana ada canda menghiasi, ada cinta mulai tumbuh (mungkin, colek K*****). Dan yang tak ketinggalan ada rekaman jejak persahabatan yang terabadikan lewat sebuah foto. Sebuah persahabatan anak manusia dengan karakter yang berbeda. Sebuah perbedaan yang membuat keindahan dalam jalinan SAHABAT. Ingin aku tuliskan sajak buat persahabatan kita…

Jika engkau ada…. akupun ada….
Karena kita hakikatnya satu….
Persahabatan takkan luntur oleh air hujan…
Takkan mudah terbang seperti uang 50ribuan….
Takkan mudah tergoyahkan oleh gelombang pasang….
Karena SAHABAT adalah KITA (*)

“mas, sudah reda jadi berangkat kerumah Mas Rusdi gak?”
“Ah” Oh, ternyata aku tadi hanya mimpi. Gara-gara hujan yang turun akhirnya tertidur pulas.
“gak jadi, sudah jam segini, terlalu malam, mending kita nikmati malam ini dengan………..*******……….

NB : (*) kutipan puisi dari teman BDP (M ali Adlan dan Tyas Ayu), maaf untuk yang merasa dirugikan......
Yogyakarta 20 Desember 2011
Dalam dinginnya malam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar