SRI GETUK
Listrik padam….
Apa yang dapat kita lakukan
ketika listrik padam. Barang kali kita akan menghujam pemerintah,
memaki-makinya dengan sumpah serapah. Kenapa listrik mati, kan kita sudah bayar
pajak, kenapa listrik mati, kan kita sudah memenuhi kewajiban. Dan PLN pun akan
tersenyum dan menjawab, “Maaf, ada perbaikan di gardu induk, atau maaf ini
untuk penghematan”. Ya, sudahlah kalau itu jawabannya. Kita hanya dapat pasrah,
dan beberapa waktu tidak bisa menikmati kemajuan teknologi.
Dan, ketika beberapa waktu lalu
listrik pun padam. Di kontrakan hanya ada begundal-begundal yang kehilangan
setengah nyawanya. Aku yang dari pulang dari kampus dari memberi makan para
“pemalas-pemalas” yaitu sidat itu melihat tingkah laku begundal itu ingin
rasanya aku tertawa terbahak-bahak.
“Cung, kamu kenapa?”
“mati lampu cung, koyok wong
edan”
“Dolan wae lek no”
“Neng Srigetuk piye Cung?”
“Siap Cung”
“Hubungi Ibnu Komar Cung”
Dan tak berapa lama kami para
manusia-manusia suwung telah berada di jalan Wonosari untuk meluncur ke Air
Terjun Srigetuk yang katanya indah itu. Perjalanan ke Sri getuk cukup menarik
apalagi pemandangan disekitar jalan wonosari yang indah itu. Ingin aku berhenti
dan menikmati Susana bukit-bukit yang menawarkan pesona keindahan itu. Dan tak
lupa ditengah perjalanan aku mengabadikan setiap moment yang ada. Ini lo Cung,
gaya rider kawakan Plat AG.
Eh ternyata, dan ternyata cukup
terlampiaskan hasrat untuk menikmati keindahan air terjun Srigetuk. Sampai
disana kerumunan manusia mencoba
menikmati akhir pecan di daerah pedesaan. Aku sudah menyangka mereka adalah
kaum bourjuis atupun sekalipun marheins yang mencoba menikmati akhir pecan di
tengah system kapitalis yang menekan kehidupan mereka. Loh, gok nyambung ya
Cung. Maklum, kadung sudah terlanjur di dekte Sistem kapitalis, hingga selalu
inget mau nulis apa ujung-ujung nya kapitalis. Hehehe
Kami tak pernah kesini, dan
melihat pemandangan bukut-bukit dipadu pesawahan yang disitu ditanami padi
mengingatkanku pada rumah. Maklum anak petani, kalau melihat padi yah ingat
rumah. Hehehe. Kerumunan orang antri di pinggir sungai untuk menyebrang kea air
terjun sri getuk. Kami pun juga ikut-ikutan untuk antri. Ternyata tiketnya 10
ribu, untuk dua kali perjalanan alias pulang pergi. Eh salah pergi pulang.
Hehehe.
Kami pun tak ketinggalan untuk
mengabadikan moment ini, dan tak lupan moment yang tak penting pun juga harus
diabadikan agar selalu ingat kejadian yang gak mutu itu. Sampai di air terjun
aku lihat puluhan orang tengah mandi di bawah air terjun. Ada yang berada tepat
dibawah percikan air yang jatuh sekitar 20 meter itu. Kepalanya
terbentur-bentur oleh air. Dalam hatiku, memangnya dirumah gak ada air, lantas
kau mandi disini. Ngapain jauh-jauh, la wong di pom bensin aja sudah ada air
dan kamar mandi. Hehehe.
Maklum, kamipun akhirnya dijerat
oleh keindahan air terjun, dan kita pun tak tahan. Tak tahan untuk mandi dan
menikmati sensasi air yang jatuh dari atas itu. Dengan buka kaos dan langsung
jebur aku dapat menikmati dinginnya air di daerah pegunungan. Sekali lagi,
setiap moment indah harus diabadikan agar suatu hari nanti semua itu menjadi
kenangan dan sejarah yang mungkin membangkitkan semangat hidup kita….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar