Sesungguhnya guru kesabaran itu
adalah mereka para petani yang setiap hari pergi ke ladang. Para tukang becak
yang setiap hari mengayuh melintasi jalanan kota, para buruh gendong di pasar,
pedagang kaki lima, dan pekerja kasar yang setiap hari harus berhadapan dengan
kerasnya kehidupan. Mereka yang masih dan terus berjuang akibat kebijakan
negara yang tak karuan.
Setiap kali pemimpin negara ganti
dan wakil rakyat yang duduk di parlemen berubah mereka tetap saja dalam hidup
yang sederhana. Setiap kali kebijakan berubah, program untuk kesejahteraan yang
bahkan mereka pun kadang tak pernah merasakannya namun mereka masih saja tetap
bertahan. Apakah yang membuat kita ragu untuk belajar ilmu kesabaran dan qona'ah
hidup kepada mereka?. Bukankan setiap kenaikan BBM akan diikuti kenaikan barang
membuat kehidupan mereka tercekik. Namun mari kita saksikan dan kita resapi,
dan mereka tetap survive dengan kebijakan pemrerintahh tersebut.
Bukankah mereka penggerak ekonomi
mikro yang menyelamatkan kita dari berbagai krisis yang sempat menimpa negari
ini. Dan kita lupa mereka bahkan seringkali tak pernah disebut sebagai
pahlawan. Tak pernah disinggung dalam penyelamatan dan keberlangsungan roda
ekonomi negeri ini.
Mereka memang tak membutuhhkan
itu semua. Karena mereka adalah orang-orang yang sabar dan tak menginginkan
itu. Mereka masih saja hidup ditengah sistem negara yang entah apa namanya.
Kapitalis? Atau liberalis? Ah, tidak penting. Yang penting bagi mereka dapat
memberikan manfaat kepada manusia lain. Mereka manusia yang tak bergantung pada
negara bahkan negaralah yang bergantung pada mereka. Mereka tidak bisa di
pengaruhi oleh negara karena ada tidaknya negara, mereka tetap bisa hidup.
Namun negara sangat bergantung pada mereka.
Kini mereka berada pada posisi
terpinggirkan dari sistem yang katanya demokrasi. Namun bagi mereka itu tak
mengapa karena semakin terkucilkan dan terdzalimi semakin meningkat derajatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar