Kenapa kau malah memilih untuk menjadi petani?. Tidak ada
pekerjaan lain apa?. Bukankan ijazahmu bisa untuk melamar kerja yang lebih
layak?. Atau gelar yang kau punya dapat digunakan memuluskan untuk mendapatkan
jabatan yang layak di pemerintah, dengan sedikit sokongan dana?. Berpuluh pertanyaan
kerap kali menghampiri kita yang mengambil keputusan untuk berkeja di sektor
pertanian. Entah di bidang peternakan, perikanan atau bahkan pertanian itu
sendiri. Kita sering kali dihadapkan oleh pertanyaan-pertanyaan dari
orang-orang terdekat kita. Dibalik pertanyaan mereka, mungkin maksudnya bagus,
memberikan arahan dan masukan untuk masa depan kita yang lebih baik.
Memang bekerja di swasta maupun pemerintah menjanjikan. Namun, tidak kah kita memikirkan ada banyak waktu yang kita korbankan. Kita
terlalu dikejar oleh waktu. Datang terlambat dimarahi oleh atasan. Telat deadline
kita dimaki habis-habisan. Bahkan waktu libur kita dipaksa untuk lembur. Waktu kita
habis digunakan untuk meningkatkan kemajuan perusahaan. Sembari megharapkan
uang tunjangan ke 13 tiap hari raya kita
menghabiskan waktu-waktu penting keluarga untuk perusahaan.
Sekali lagi bukankan ada waktu untuk keluarga, sahabat bahkan
masyarakat. Bukankah ada waktu untuk sekedar mencicipi dan bercumbu mengulang
kenangan dengan sahabat kita?. Sekedar melepas penat dan beban dari rutinitas
yang menyita kita selama ini. Memang hidup adalah pilihan. Pilihan untuk
mengambil segala risiko demi kebahagiaan. Jika keputusan menjadi petani membuat
kita bahagia, lantas mengapa kita ragu. Ragu mengenai rizki?. Menganai nafkah
keluarga?. Memang pekerjaan petani saat ini dipandang sebelah mata dan tidak
memberikan jaminan untuk kehidupan yang layak.
Hay, layak dan tidak bukankah tidak diukur dengan materi?. Banyak
orang yang materinya berlimpah namun terus merasa kurang. Sedangkan disudut-sudut
pedesaan banyak para petani yang menggantungkan pekerjaan dari sawah dan
ternaknya namun meresa cukup. Lantas kenapa kita kadang bimbang. Bukankah kita
disuruh untuk bekerja, soal hasilnya nanti kan Tuhan yang menentukan.
Ini bukan soal layak atau tidak. Ini juga bukan soal sejahtera
atau tidak. Namun yang lebih penting ini soal kebahagian, penerimaan dan
pemahaman mengenai hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar