WpMag

Jumat, 15 Juni 2012

JANGAN JADI PECUNDANG


 JANGAN JADI PECUNDANG




Kenapa hidup itu serba sulit. Hidup serba penuh ketidak pastian. Dan hidup penuh dengan pertanyaan. Kenapa Tuhan menkadirkan manusia hidup didunia ini. hidup dengan penuh cobaan. mungkin itulah yang dirasakan Subri saat ini. semenjak calon istrinya meninggal karena kecelakaan, Subri tak ubahnya songgok tubuh yang tak bernilai. Ia hanyalah sampah dari sekian sampah yang ada dimuka bumi. Tak ada yang dikerjakannya selain menyesali apa yang terjadi. Seakan Tuhan tak adil selama ini. selama perjalanan hidupnya dipenuhi dengan cobaan yang tak kurung henti.
“apakah engkau akan terus begini, anakku”
Ia hanya terdiam ketika ibunya bertanya. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya untuk menjawab pertanyaan wanita dengan tubuh yang mulai diteln usia itu. Ibunya hanya bisa mengingatkan dan mengingatkan ia yang terus dirundung rasa yang tak dapat dilukiskan.
Malam, yang semakin larut dengan ditemani bulan yang bersinar cukup terang mejadi saksi hidup yang penuh dengan penderitaan. Malam yang dingin itu telah mencengkerang tubuh kurus yang ditelan sang waktu. “ aku takkan bercinta lagi, dengan siapapun. Hanyalah waktu yang kucinta menemani setiap penderitaan ini”. Gumam Subri didalam hati dengan disaksikan berjuta bintang yang berkerlap-kerlip dan bulan yang tersenyum indah mengamininya.
malam mengantarkan Subri dalam sebuah mimpi yang tak pernah ia alami. Disebuah perkampungan yang sepi ia berjalan sendiri. Ia bingung mau kemana, karena tak ada arah dan tujuan yang jelas. Terlihat seorang tua yang sedang membenahi jaring yang tersampir disebuah tiang. Dengan penuh kesabaran ia benahi jaring itu satu persatu. Ia rajut kembali jaring yang mulai rusak itu. Subri yang kebingungan menghampiri orang tua dengan tubuh ceking dan kulit yang mulai keriput.
“Tuan, ijikanlah aku bertanya”
“silahkan anak muda” jawab orang tua dengan senyum lebar
“aku mau pulang, aku tak tahu arah tujuan”
Seorang tua itu tersenyum dengan lebar dan kemudian tertawa. Subripun bingung apa yang dilakukan Tua tersebut.
“Tuan, aku mau pulang ke kampungku, apa Tuan tahu arah menuju kampungku?”
ia tersenyum kembali, dan berkata
“ kenapa kamu mau pulang, nikmati saja perjalananmu”
Subri semakin bingung.
“aku mau pulang tuan”
“apa kau ingin menjadi pecundang.  Kamu pulang berarti kamu menyerah. Kenapa kamu tak mengikuti caraku untuk merajut jaring yang berlobang ini. kesinilah anak muda, bantulah aku”
Seketika ia terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasah baju tidurnya. Tangannya gemeteran dan tubuhnya tak dapat dikontrol bergerak sendiri. Ia bingung apa yang baru saja dialami. Apa maksud dari semua mimpi yang dialaminya barusan.
Hari berikutnya tak berubah, ia bermimpi persis dengan apa yang terjadi tadi malam.
“apa engkau ingin jadi pecundang. Kesinilah anak muda.”
Suara orang tua tersebut selalu berbisik ditelinganya. Apa yang sebenarnya terjadi. kanapa mimpi itu selalu berulang-ulang kali. Dan apa yang dimaksud dari semua itu kenapa aku disuruh untuk membantu merajut jaring. Aku tak bisa, aku sungguh tak bisa.
“aku tak bisa merajut jaring tuan”
“engkau, pengecut anak muda”
“kenapa engkau bilang padaku aku pengecut”
“engkau tak ubahnya seonggok daging yang tak punya harga. Apa engkau ingin jadi bangkai-bangkai yang berjalan tanpa arti?”
Selalu ia dirundung rasa cemas disetiap harinya. Ditengah kecemasan yang kian hari terus menyelimutinya, ia pergi ke sebuah danau. Sebuah danau yang mempertemukannya dengan calon istrinya beberapa tahun yang lalu. Disebuah senja yang tak kurung hilang dari peraduannya. Di senja yang mengantarkannya menghabiskan waktu bersama pacarnya. Dipinggir danau inilah ia bercumbu mesra. Namun ia bingung kenapa ia datang kemari. Seakan ada yang menariknya untuk datang. ia tak tahu.
Burung-burung berterbangan, pulang keperaduannya. Ia pulang dengan membawakan kabar pada Subri. Seakan burung tersebut mengingatkan Subri. Bahwa hidup harus dijalani. Tidak turus bermurung durja menyesali takdir. Harus tetap terbang menjalani setiap waktu yang disajikan oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar