TUGAS KULIAH
PEMBANGUNAN PERIKANAN
“PEMIMPIN YANG BAIK”
DisusunOleh :
Robin
09/283398/PN/11661
Program Studi :
BudidayaPerikanan
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
PEMIMPIN
YANG BAIK
A.
Pemimpin yang
Disiplin
Dalam
kepemimpinan, disiplin harus diartikan sebagai "mendidik untuk perbaikan
dan menjadi lebih baik". Disiplin di sini tidak diartikan sebagai hukuman
untuk orang yang bersalah, tetapi merupakan didikan atau tuntunan untuk
bermotivasi, bersikap, dan berkinerja baik secara konsisten. Disiplin tidak
hanya diterapkan pada saat seseorang terbukti bersalah, tetapi dimulai dalam
kondisi kerja normal untuk meningkatkan komitmen dan kinerja.
Fungsi khusus
dari disiplin dalam kepemimpinan ada tiga yaitu pertama, untuk meningkatkan
kualitas karakter. Kualitas karakter akan terlihat pada komitmen kepada Tuhan,
organisasi, diri, orang lain, dan kerja. Puncak komitmen akan terlihat pada
integritas diri yang tinggi dan tangguh. Kedua, Mendukung proses pengejawantahan kualitas karakter, sikap, dan kerja.
Kualitas sikap (komitmen dan integritas) ditunjang, didukung, dikembangkan, dan
diwujudkan dalam kenyataan. Komitmen dan integritas akan terlihat dalam kinerja
yang konsisten. Ketiga, memproduksi
kualitas karakter dalam hidup yang ditandai oleh adanya karakter kuat dari
setiap orang, termasuk pemimpin dan bawahan. Pemimpin terbukti
berdisiplin tinggi dalam sikap hidup dan kerja, dan hal yang akan mempengaruhi
para bawahan untuk berdisiplin tinggi yang dijadikan model oleh bawahannya.
B.
Kepemimpin
Menurut Ki Hajar Dewantoro
Konsep
kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga yaitu Ing Ngarso sung tuladha,
Ing Madia mangun karso, Tut wuri handayani. Ing ngarsa sung tuladha memiliki filosofi bahwa seseorang yang berada di garis depan atau
seorang pemimpin, harus bisa memberi contoh kepada para anggotanya. Oleh karena
itu, sepatutnya seorang leader memiliki karakteristik-karakteristik yang dapat
menjadi teladan untuk para pengikutnya. Leader yang memiliki kharisma atau
seorang pemimpin yang kharismatik akan lebih mudah menjalankan peran ini. Hal
ini disebabkan oleh kharisma mereka yang dapat menginspirasi para pengikutnya.
Diharapkan seorang pemimpin harus tegas dan berwibawa sehingga para anggota
dibawahnya dapat meneladani dan mentaati setiap apa yang dikehendakinya yang
masih dalam koridor aturan yang berlaku.
Ing madia mangun karsa memiliki
filosofi bahwa seorang leader harus mampu menempatkan diri di tengah-tengah pengikutnya
sebagai pemberi semangat, motivasi, dan stimulus agar pengikut dapat mencapai
kinerja yang lebih baik. Pemimpin harus dekat dengan yang dipimpinnya,
harapannya dapat mengetahui apa yang diperlukan pengikutnya dan memberikan
pencerahan dalam setiap tugas yang diembannya. Dengan kedekatan ini maka setiap
tugas yang diberikan akan dengan mudah dijalankan sesuai yang diharapkan
pemimpin. Selain itu, dengan kedekatan ini, maka diharapkan para pengikutnya
memberikan masukan setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpin.
Tut wuri handayani memiliki
filosofi bahwa seorang leader tidak
hanya harus memberikan dorongan, namun juga memberikan arahan untuk kemajuan
organisasi. Arahan di sini berarti leader harus mampu mengerahkan usaha-usaha pengikutnya
agar sejalan dengan visi, misi, dan strategi organisasi yang telah ditetapkan.
Sebagai dasarnya, seorang leader harus dapat menanamkan nilai-nilai organisasi
dalam diri masing-masing anggota.
C. Kepemimpinan
Menurut Pancasila
Pancasila
merupakan suatu gagasan tentang suatu tatanan masyarakat yang diimpikan dari
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, ia adalah tujuan dibentuknya
Negara Indonesia. Terlepas dari tercapai atau tidaknya tujuan tersebut, pada
dasarnya bangsa Indonesia akan selalu melakukan dialog untuk mencapai suatu
kesepakatan bersama dengan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila. Terkait
dengan masalah kepemimpinan Pancasila yang mana adalah kepemimpinan yang
membawa masyarakat dalam kesadaran berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila
dan UUD’45.
Pandangan
Ir. Soekarno tentang Pancasila, dimana Pancasila menurut Ir. Soekarno dapat
disederhanakan menjadi trisila: 1). Sosiodemokrasi, dimana pelaksanaan
demokrasi yang tidak hanya mengurusi kehidupan politik semata, tapi juga
kehidupan ekonomi dan sosial budaya; 2). Sosionasionalisme, yaitu nasionalisme
yang tidak hanya semata mencintai tanah air dan bangsanya, tetapi lebih
mendasarkan diri pada kecintaan terhadap rakyat jelata; 3). keTuhanan yang
merupakan pernyataan tegas bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama.
dan dari tri sila ini dapat pula disederhanakan menjadi eka sila yaitu gotong
royong.
Dengan
begitu, pemimpin yang besar adalah mereka yang bisa menerima dan mengorganisir
semua manusia (yang dipimpinnya) dengan apa adanya atau katakanlah seorang
pemimpin besar adalah mereka yang mampu dan mau memanusiakan manusia, tentu
terutama dengan memanusiakan diri sendiri, tidak akan mungkin dapat
memanusiakan orang lain tanpa ada kesadaran diri sebagai seorang manusia.
D.
Kepemimpinan
Menurut Hasta Brata
Hasta Brata
adalah ilmu tentang delapan (hasta) sifat alam yang agung. Pemimpin yang
menguasai ilmu Hasta Brata ini akan mampu melakukan internalisasi diri
(pengejawantnhan) kedalam delapan sifat agung tersebut. Delapan sifat alam ini
mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta, yaitu; sifat Bumi, sifat
Matahari, sifat Bulan, sifat Samudra, sifat Bintang, sifat Angin, sifat Api,
dan sifat Air.
Sifat
Bumi adalah memberikan tempat hidup bagi manusia, hewan dan
tumbuhan. Dalam konteks kekinian, sifat bumi ini dapat diterjemahkan menjadi
sifat seorang yang suka memberikan perhatian kepada fakir miskin, dan kaum
lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi akan mengarahkan kekuasaannya
untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.
Sifat
Matahari adalah menjadi sumber energi yang memberi kekuatan untuk
menyokong kehidupan. Matahari memberikan kekuatan pada makhluk hidup yang ada
di bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Matahari
dapat memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan
segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin yang menguasai sifat Matahari adalah
ia yang siap membela rakyatnya yang tertindas. Sifat pemimpin seperti ini
diilustrasikan dalam kisah Khalifah Umar bin Khatab yang “marah” ketika
menemukan seorang warga yang tanahnya akan digusur Gubernur Mesir secara
semena-mena. Seketika Khalifah Umar mengirimkan sepotong tulang yang digores
pedangnya sebagai peringatan agar Gubernur Mesir tidak semena-mena terhadap
rakyatnya.
Sifat
Bulan adalah menjadi sumber cahaya bila malam tiba. Dengan
demikian, hakekatnya Bulan adalah sang penerang mahluk hidup dari kegelapan di
bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Bulan
adalah ia yang mampu menjadi penuntun dan memberikan pencerahan kepada
rakyatnya. Oleh karena itu pemimpin seperti ini memahami dan mengamalkan ajaran
luhur yang terkandung dalam agama (religiusitas) dan menjunjung tinggi
moralitas.
Sifat
Samudra adalah luas dan lapang sebagai simbol dari kelapangan dada
dan keluasan hati. Dalam konteks kekinian seorang pemimpin yang menguasai sifat
Samudra akan mampu menerima kritikan dengan lapang dada, siap diberi saran
sekalipun itu oleh bawahannya. Ia tidak akan melihat siapa yang berbicara,
tetapi apa yang dibicarakan. Ia akan menyediakan waktu dan selalu terbuka untuk
menampung keluhan rakyatnya.
Sifat
Bintang adalah melukiskan
posisi yang tinggi. Pemimpin yang menguasai sifat Bintang dalam konteks
kekinian adalah pemimpin yang memiliki kepribadian mulia sehingga menempati
posisi (maqam) yang terhormat dan dihormati. Singkat kata, rakyat
mencintainya sedangkan lawan menyeganinya.
Sifat
Angin adalah dapat masuk
(menyusup) ke segala tempat. Sifat Angin dalam khasanah filsafat Jawa ini
diartikan sebagai suatu bentuk ketelitian dan kehati-hatian. Dan dalam konteks
kekinian pemimpin yang menguasi sifat Angin adalah ia yang selalu terukur
bicaranya (tidak asal ngomong), setiap perkataannya selalu disertai
argumentasi serta dilengkapi data dan fakta. Dengan demikian pemimpin yang
menguasai sifat Angin ini akan selalu melakukan check and recheck
sebelum berbicara atau mengambil keputusan.
Sifat
Api adalah membakar apa saja, tanpa pandang bulu. Besi sekalipun
bisa leleh dengan Api. Dalam khasanah filsafat Jawa, Api dimaknai secara
positif sebagai simbol dari sifat yang tegas dan lugas. Dalam konteks kekinian,
seorang pemimpin yang menguasai sifat Api adalah ia yang cekatan dan tuntas
dalam menyelesaikan persoalan. Juga selalu konsisten dan objektif dalam
menegakkan aturan, tegas tidak pandang bulu dan objektif serta tidak memihak.
Sifat
Air Berbeda dengan Samudra yang lebih mewakili sifat luas (lapang)
hati, Air memiliki sifat yang selalu mencari tempat yang rendah. Begitu pula
pemimpin yang menguasai sifat Air, ia akan selalu rendah hati dan tidak sombong
apalagi semena-mena kepada rakyatnya.
E.
Kesimpulan
Definisi
kepemimpinan menurut masing-masing tokoh berbeda-beda. Namun jika disimpulkan
pada dasarnya seorang pemimpin yang baik harus memiliki karismatik dalam
kepemimpinan sehingga dapat dicontoh oleh pengikutnya. Selain itu, kepemimpinan
harus melihat kondisi lingkungan sehingga nantinya kebijkan yang diambil tidak
berbenturan dengan kultur sosial masyarakat, kondisi alam, dan aturan lain.
Harapannya dengan adanya seorang pemimpin yang memiliki karakter dan berwawasan
akan mampu mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar