Manusia adalah mahkluk yang unik.
Ia memiliki akal yang membuatnya untuk terus berkembang. Saat kecil manusia
belajar tengkurap-merangkak-berdiri sampai berjalan. Semua adalah proses
alamiah yang dialami manusia. Saat usianya menginjak 6 tahun ia mulai masuk
sekolah dan diajarkan cara membaca dan berhitung. Kian hari usianya bertambah
dan bertambah pula apa yang dipelajarinya. Diusia belasan ia mulai mengenal
mengenai rasa ke lawan jenis. Ia mulai mencari jati dirinya. Semakin dewasa ia
akan mulai dihadapkan oleh lingkungan yang menyambutnya untuk menghadapi hiruk
pikuk dunia.
Pada titik tertentu, manusia
dewasa perlu kesadaraan modern dalam menyambut kehidupan dunia yang semakin
kompleks. Belajar mawas diri apa yang tengah terjadi dengan berbagai konspirasi
sistem yang telah membelenggu dunia. Sistem kapitalis telah membelenggu
negara-negara dibelahan dunia. Menimbulkan effect pola hidup hedon yang kadang
kita tak menyadarinya. Segala produk telah dihasilkan oleh perusahhaan
multinasional bahkan internasional. Semua diiklankan di Televisi nasional.
Disajikan secara apik sehingga membuat kita terperdaya.
Inilah pola hedon yang telah
merasuk dalam pikiran kita. Memaksa kita tak berdaya untuk memuaskan diri.
Merasa kurang dengan segala yang ada. Apa yang baru dan berasal dari negara
maju diangga perlu ditiru. Perlu dibeli untuk menjaga gengsi dengan rekan
kerja, tetangga bahkan orang-orang kecil sekalipun.
Pruduk kesehatan, kebugaran,
kecantikan bahkan sampai alat yang menunjang kehidupan manusia terasa tak asing
ditelinga kita. Semua produk tersebut hilir mudik menghiasi iklan layar kaca.
Kita tak berdaya dan berfikir “kapan bisa memilikinya”. Ah rasanya terlalu
bernafsu untuk memilikinya. Tapi, kondisi lingkungan dan pola fikir kita
akhirnya tak berdaya juga. Mau tak mau kita membelinya. Bahkan produk yang tak
penting sekalipun akhirnya kita beli.
Sementara di kota tumbuh subur
baliho yang menutupi sebagian sudut kota. Dulu kota yang hijau dihiasi
pepohonan kini mulai tergantikan dengan baliho yang menjulang besar. Lagi-lagi
iklan produk kecantikkan, teknologi terkini sampai transportasi tidak luput
dipasang disana. Akhir-akhir ini, ada beberapa pengecualian, ada beberapa orang
yang wajahnya terpasang di sana. Demi mendapatkan simpati dari masyarakat
mereka rela merogoh kocek puluhan juta.
Sudut-sudut kota mulai ditumbuhi
restoran yang menawarkan makanan siap saji. Mereka menyajikan menu makanan
untuk memenuhi kebutuhan akan hidup masyarakat kota yang kian dikejar waktu.
Dicetuskannya fastfood yang akan
membantu bagi masyarakat yang tak ada waktu untuk memasak dirumah. Jika dilihat
dari nilai gizinya sebenarnya jauh dari kata cukup. Hanya ayam goreng dengan
nasi dan sambal. Sementara asupan serat berasal dari mana?. Ah tak pantas kita
mempermasalahkannya, nyatanya kita juga sering masuk dan menikmati makanan
disana.
Itulah sekelumit kehidupan
manusia modern dengan berbagai keindahan semu yang ditawarkan negara-negara
maju. Nampaknya kita perlu menumbuhkan kesadaraan berfikir dan kedewasaan dalam
mengambil sikap untuk menghadapi kehidupan modern yang terus menggerus zaman.
Kewaaspadaan modern perlu ditingkatkan agar kita tak mudah terbujuk dengan rayuaan
modernesitas, hidup hedons dan sistem kapitalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar