SAHABAT SEJATI
Saudaraku dengarkanlah celoteh
dari sudut-sudut desa. Celoteh sumbang yang kadang tak dihiraukan. Suara yang
bergema ini tak mampu untuk menjelma menggugah jiwa-jiwa yang dahaga. Dahaga
akan sebuah kedamaian jiwa. Keterasingan, kesendirian, menjadi teman dalam
setiap langkah ini. Obor yang menyala tak mampu menerangi jalan yang kadang
berliku tajam. Turun naik tak beraturan hingga kita dikoyak olehnya.
Saudaraku, sejenak aku ingin
mengajak engkau untuk menundukkan kepala. Membiarkan udara masuk di dada yang
akan diikat oleh darah kita. Kita biarkan darah mengalir dengan sendirinya, dan
kita lepas untuk terbang bebas diatas sana.
Saudaraku, sahabat sejati itu
dimana. Aku mencari di sudut-sudut gang, di belantaran perkotaan, dipedalaman
pedesaan pun tak ada. Ia kemana? Di ujung jalan, di gedung-gedung pencakar
langit, di bawah tanah pun tak ada. Apakah ia memang tidak ada?. Kembali, aku
menunduk, menghirup nafas dalam-dalam. Apakah sahabat itu dapat aku temukan.???
Saudaraku, sahabat sejati itu
apakah seperti burung piaraan yang selalu memberi kedamaian disaat susah
ataupun senang. Atau sahabat sejati itu seperti burung liar yang berkicau
didepan rumah, dan kemudian pergi entah kemana. Atau sekali lagi memang ia
tidak dilahirkan didunia ini.
Saudaraku, sahabat sejati itu
dimana?. Mungkin kita harus merefleksikan diri kita. Membangun jiwa kita.
Melepaskan setiap ego yang ada didalam diri kita. Membuang kedengkian dan
kebencian kita. Kita seharusnya mencuci baju kita, baju rohani kita. Kita harus
membersihkan hati kita, hati nurani yang bersemayam dalam diri kita. Biarkan
hati kita seperti cermin yang nantinya akan memantulkan setiap yang kita
tampilkan.
Saudaraku, dengan membuka hati
kita, membersihkan setiap yang ada didalamnya mungkin akan membawa kita pada
kedamaian. Dan mungkin kita lah sahabat sejati yang selalu memberi ketenangan,
kedamaian di setiap orang yang berada di sekitar kita. Dan sahabat sejati itu
ada pada diri kita…diri kita….diri kita……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar