Ia berjalan pelan dibawah deretan
pohon mahoni yang cukup rindang. Pohon-pohon yang berbaris dipinggir jalan itu
menjadi atap jalanan dari terik mentari yang tak bersahabat. Sesekali suara
burung prenjak menyambar-nyambar di sela-sela ranting pohon. Ia menyaksikannya,
burung itu melompat-lompat kesana kemari dengang lentingan kakinya yang lentur.
Ia masih menyaksikannya, dan tak lama kemudian seekor burung yang lain datang
dengan mingibas-ngibaskan sayapnya. Ia tebarkan pesona keindahan sayap yang
diberikan oleh Tuhan pada temannya. Sungguh betapa rapi dan sempurnanya sayap
itu diciptakan.
Akhirnya ia urungkan perjalanannya
demi sebuah moment yang jarang di temui. Ia bersihkan tempat duduk yang berada
tepat di bawah segerombolan pohon mahoni itu. Dedaunan yang jatuh tak ia hiraukan, rintihan ranting pohon yang berderit pun tak dianggapnya. Celoteh
burung dan kibasan sayapnya yang indah lah yang mengikatnya untuk tak berpaling.
Hp nya pun bergetar, menandakan
kalau ada pesan yang masuk. Walaupun ia merasakan getarannya, tak di hiraukan. Suara
nyanyian dari Hp pun juga begitu, tak menyurutkan rasa penasarannya pada dua
ekor burung prenjak.
Moment yang ia saksikan itu tak
berlangsung lama dan telah selesai. Ia buka Hpnya dan melihat pesan dari siapa.
Ia terkaget, dan alangkah menyesalnya. Mendung menggerayut di kelopak matanya,
sebentar lagi hujan air mata akan turun. Mukanya sembab, betapa penyesalan tak
terkira. Hanya karena moment yang sebentar dan menurutnya indah itu telah
memalingkan tujuan awalnya.
Intinya, kita kadang memiliki
tujuan yang sangat-sangat jelas. Dan ketika berjalan menuju tujuan itu kita
dihadapkan pada sebuah kejadian-kejadian yang membelokkan tujuan kita. Kita di
giurkan dengan fantasi dan kesementaraan. Benar sekali kata seorang Ulama bahwa
“Istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah”. Untuk tetap dalam misi dan visi
kita itu sangat berat dan membutuhkan pengorbanan….. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar