KOPI DAN AKTIFITAS MANUSIA
Jika engkau bangun pagi kemudian
keluar dari rumah. Maka yang engkau rasakan hanyalah hawa dingin yang
membungkus pagi. ApalAgi jika sekarang bulan juli-agustus. Inilah masA yang
dimaksud oleh masyarakat adalAh musim mbediding. Pergantian musim ini,
mengakibatkan disiang hari panasnya minta ampun, hingga memecahkan kepala.
Namun lain halnya dimalam hari yang dingin tak karuan hingga masuk kedalam
tulang rusuk rawan.
Matahari yang mulai menyakar cakrawala.
Menembus sela-sela dedaunan. Embun pagi takut dan turun dan membasahi daun padi
yang mulai menguning. Sungguh kasian sang padi harus menanggung berat biji padi
dan embun. Namun tak mengapalah karena ini adalah hukum alam. Sementara para
pejuang yang menghidupi rakyat Indonesia telah siap mencangklong cangkul
dipundaknya. Namun apakah engkau tahu, sebenarnya sebelum mereka menginjakkan
kakinya di tanah berlumpur itu?. Mungkin engkau tak kan tahu, karena ini urusan
keluarga.
Jika engkau tahu bapakku, iya bapakku
yang seorang petani. Petani gurem pantasnya. Karena apa, iya memang karena
lahannya sempit, kecil dan terhimpit oleh zaman, oleh cakrawala bangunan yang
menerjang membabat habis lahan pekarangan. Jika engkau pernah tahu apa itu
Marheins. Maka tak perlu lagi aku menjelaskannya. Namun ijinkan aku memberikan
definisi sedikit mengenai apa itu marhens.
Aku pernah mengikuti kuliah
dosenku. Beliau yang memang dulunya seorang aktifis, tahu betul seluk beluk
bangsa ini. tahu betul apa itu marheins. Marheins, setahuku yang aku dapatkan
dari beliau adalah suatu kaum (masyarakat) dimana mereka hanya memiliki lahan
sempit, dan menggarap lahan tersebut untuk kehidupannya sendiri. Dan kadang
lahan tersebut tak mampu menopang keluarganya. Mungkin itu adalah definisi dari
sudut pandang lain yang aku tunjukkan.
Sebenarnya aku tak mau jauh-jauh
nyeleweng dari apa yang ingin aku tuliskan. Karena aku takut, tulisanku menjadi
rancu dan maksud hatiku tak mengena. Mengenai apa yang dilakukan bapakku atau
yang biasa aku panggil Romo sebelum terjun ke lumpur?. Beliau selalu menyedukan
secangkir kopi dengan gelas paling kecil yang keluarga kami punya. Iya gelas
kecil. Jika aku tanya alasannya cukup singkat. Soalnya kalau gelas besar
terlalu banyak, kalau gelas kecil sedikit memang. Kalau orang kampungku
menyebutnya “setengah kurang”.
Kenapa kopi yang diminum sebelum
ke sawah. Aku juga gak tahu. Setahuku memang masyarakat kampungku, atau bahkan mayarakat
kotaku ini semua hobi minum kopi. Jika memang ia adalah seorang laki-laki, dan
mudah bergaul maka aku jamin ia pernah mencicipi kopi diwarung. jika ia belum
pernah minum kopi diwarung, bisa dipastikan bahwa ia adalah seorang yang kuper.
Karena apa, bagi masyarakat kotaku (Tulungagung) kopi adalah segalanya bagi
kaum pria. tua muda, berpendidikan ataupun pengangguran, kopi adalah salah satu
menu wajib yang harus terpenuhi setiap harinya. Mungkin aku terlalu
mengagung-ngagungkan masalh kopi ini. jika dibandingkan dengan kebiasaan
masyarakat melayu aku juga gak tahu perbandingannya.
Pastinya jika engkau bertolak
kekotaku, engkau akan mendapati warung kopi tersebar disepanjang jalan,
tersebar digang-gang kecil, diperempatan, Di alun-alun kota. Semua ada dan
disitulah biasanya anak muda sekedar nongrong menghabiskan waktu.
Jika engkau tanya aku warung kopi
mana yang terkenal di Tulunagung, maka aku menjawabnya warung kopi “Mak Tin”.
Jika engkau tahu, disinilah warung kopi yang bukanya sejak pagi, jam 6 pagi kalau gak salah. Dan tutupnya pukul 11
atau 12 malam. Dan engkau tahu, tak pernah warung kopi ini sepi. Dipagi hari, yang
biasanya ngopi disana adalah mereka para anak SMA, semakin siang para seles,
para pengangguran dan bahkan para pekerja.
Kenapa disana ramai?mungkin
engkau bertanya begitu padaku. Disanalah kopi dengan harga merakyat. Engkau
bawa uang seribu rupiah akan mendapatkan kopi manis. Tapi belinya jangan kopi.
Disana lebih unik lagi. Nama kopi manis, biasanya disebut “manis”. Sedangkan
kopi susu, engkau hanya merogoh kocek seribu limaratus rupiah. Sekali lagi
jangan kau sebut kopi susu namun sebutlah “campur”. Itulah nama yang diberikan
oleh orang-orang disana. Tak ada kopi manis yang ada hanya “manis” tak ada kopi
susu yang ada hanya “campur”. Mengenai penyebutna itu, aku juga belum
mengetahui seluk-beluknya. Namun itulah adanya, gak usah kau risaukan masalah
itu. Cukup murah kan?.
Itulah salah satu hal yang ingin
aku tuliskan mengenai kopi dan aktifitas manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar