KERAMAHAN MASYARAKAT LERENG MERAPI
foto pribadi: tempat aliran lahar dingin
Hampir setahun lalu pasca erupsi gunung merapi aku dan beberapa teman yang tergabung dalam keluarga mahasiswa ilmu perikanan (KMIP) UGM menyambangi lokasi daerah bencana tersebut. Kami kesana dalam rangka ikut serta dalam melakukan rehabilitasi pasca merapi. Bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) yang memiliki program untuk rehabilitasi pasca bencana merapi. Program tersebut adalah pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya ikan khususnya ikan lele. Hal ini merujuk pada tingkat kebutuhan ikan lele di Yogya yang sangat tinggi dan suplay ikan lele yang belum mampu dicukupi oleh pasar local. Maka dari itu program dinas kelautan dan perikanan (DKP) tersebut cukup tepat.
Kegiatan ini berbentuk pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat dalam budidaya lele yang baik dan bertanggung jawab. Kami bersama DKP serta masyarakat bergotong royong dalam membangun beberapa kolam di daerah lereng merapi yang baru di sapu oleh lahar dingin. Yang membuatku terkesan dalam kegiatan tersebut adalah sikap dan keramahan masyarakat dalam menyambut kami. Mereka sangat antusias dengan adanya kegiatan ini, terbukti dalam setiap rangkaian kegiatan mayarakat banyak yang datang dan ikut serta. Tidak hanya itu, masyarakat sangat terbuka menyambut kami. Seakan tidak ada batas atau sekat diantara kami. Walaupun kami kenal hanya sebentar, namun sangat terkesan.
Siang itu ketika kami dan masyarakat membuat kolam bersama-sama suasana sangat menyenangkan. Semua gotong royong dalam setiap kegiatan. Seperti mencangkul tanah, mengisi pasir kekarung dan bahkan memasang kolam terpal. Tak ada kata lelah dan sedih karena bencana merapi. Mereka seakan melupakan bencana merapi yang tempo hari meluluh lantahkan desa mereka. Yang ada hanya semangat yang membara untuk bangkit dari semua ini. Tak penting teurs menerus meratapi nasib yang menimpa kita.
Aku teringat ketika kami akan melakukan pengamatan data kualitas air di beberapa kolam tersebut. Tujuan dari pengamatan kualitas air khususnya suhu adalah untuk mengetahui fluktuasi suhu pada kolam dalam setiap waktu. Karena pengukuran tersebut harus dilakukan setiap jam, maka kami memutuskan untuk menginap disalah satu rumah warga. Lagi-lagi bagaiman keramahan mayrakat ditunjukan dengan sikap dan cara menghormati tamu. Kami diberikan tempat yang cukup nyaman dan makanan serta snack yang lebih dari cukup. Aku melihat inilah sebenarnya mereka dengan keramahannya. Inilah mereka dengan keaarifan lokalnya. Dan inilah mereka dengan budayanya.
Hikamah dan pelajaran yang dapat kami ambil adalah bahwasanya bencana yang datang bukanlah sesuatu yang bisa meruntuhkan segalanya. Tergantung bagaimana menyikapinya. Melihat masyarakat lereng merapi menyikapi bencana dengan tidak terus menerus meratapi hal tersbut menjadi bukti bagaiman kerja keras dapat merubah segalanya. Serta keramahan dan kearifan masyarakat merapi merupakan suatu identitas tersendiri yang dimilikinya.
foto: disela-sela pengukuran suhu perairan kolam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar