KULIAH KEINDONESIAAN
Beberapa hari lalau aku mengikuti salah satu kuliah dari dosenku. Memang beliau jarang sekali mengjar. Entah apa sebabnya aku tidak tahu. Setahuku beliau orangnya sibuk hingga jarang sekali dikampus. Pagi itu, seperti biasa kelas dipenuhi oleh banyak mahaasiswa. Ruangan yang hanya berkapasitas sekitar 60 kursi itu hampir penuh. Dari dert belakang samapi depan hampir semua terisi. Hanya beberapa kursi yang berada didepanlah yang kosong. Mungkin karena kebiasaan mahasiswa yang tidak suka untuk duduk didepan lantaran takut ditunjuk oleh dosen.
Sementara aku, duduk di bangku paling belakang bersama yang lain. Kenapa di bangku bagian belakang, mungkin karena kebiasaan ku yang sejak masih diduduk di bangku SMP selalu di belakang. Kebiasaan itu tetap aku lakukan hinggga sekarang di semester 6. Cukup lama di kampsu ini aku menimba ilmu. Sekitar hampir 3 tahun. Semntara disamping, beberapa teman yang sudah biasa dduk di belakang. Tak asing rasanya. Atmosfir kuliah ini seperti biasa.
Namun ketika dosen datang, semua terdiam. Iya ialah dosen yang jarang member catatan. Dosen yang selalu bercerita mengenai Indonesia. mengenai republic ini dari pandangan seorang dosen. Republic yang telah berdiri sejak tahun 1945 itu dilihat dari kacamat dosen yang selalu kritis. Melihat semua fenomena-fenomena republic ini dari kacamata ilmu pengetahuan. Ia tak serta merta mengatakan tidak atau iya tanpa adanya data dan fakta. Atau tanpa adanya dasar yang kuat.
Beliu merupakan dosen yang terbilang nyentrik dan berbeda. Jika biasanya dosen berpakaian formal dan bersapatu berbeda sekali dengan beliau. Beliau selalu mengenakan pakaian hem dan sandal gunung. Hanya sekali aku mengetahui beliau mengenakan sepatu. Itupun tidak pada waktu memberI kuliah. Diluar jam kuliah.
Seperti biasa beliau membuka kuliah dengan menyapa mahasiswa semua. Dan selalu menanyakan kabar bagaimana keadaan republic Indonesia akhir-akhir ini. pertanyaan yang membawa kita untuk selalu mengikuti perekmbangan mengani Indonesia. berikutnya ia selalu bercerita mengenai Indonesia, menganai republik ini. mengenai fenomena-fenomena yang tengah dihadapi oleh ibu pertiwi. Ia bercerita bagaiman sikap bangsa ini menghadapi semua permasalahannya.
“untuk makan saja aku berideologi, aku tak kan membelanjakan uangku untuk makan di restoran milik para penindas negeri ini, lebih baik aku makan diangkringan namun dari bangsaku sendiri daripada aku menghidupi mereka”.
Itulah cara pandang beliau mengenai kebangsaan. Seolah mendengarkan kuliah beliau aku menjadi cinta dan bahkan sangat ingin mengenal republik ini. aku menjadi tertarik untuk mempelajarinya. Seakan aku menjadi bagian dari negeri ini yang belum memberikan manfaat yang nyata. Aku hanyalah penikmat dari kemerdekaan ini. aku belum memberikan apa-apa kepada tanah air ini. maka selalu dalam hatiku, berkata “aku ingin membanggakan republik ini, aku akan berjuang dengan jalanku untuk menunjukkan bahwa aku cinta negeri ini aku bangga menjadi bagian dari bangsa ini. aku ingin dan ingin negeri, republic, bangsa ini merdeka seutuhnya tanpa adanya campur tangan dan kepentingan bangsa lain”
Beliau juga pandai dalam berkata da menyusun kata dalam setiap bicaranya. Beliau merupakan orang yang kritis. Kata beliau dalam kuliah “aku tidak suka pada negara ini namun aku masih cinta pada negeri ini”. negara adalah atribut pemerintahan yang penuh dengan korup sejak dulu. Negara adalah mereka para penguasa yang penuh kekejaman. Namun negeri adalah tanah air, tanah tumpah darah, tanah kelahiran. Inilah negeriku dengan berbagai permasalahannya. Inlah negeriku dengan berbagai persoalannya. Inilah negeriku dengan berbagai hiruk pikuk penguasanya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar