NYANYIAN BURUNG
Burung Kutilang masih asik bernyanyi diatas ranting pohon mahuni. Entah apa yang dinyanyikan, aku juga gak tahu. Namun, nyanyiannya tak henti-henti. Sore di depan kampus tercinta, aku menyaksikan burung itu bernyanyi. Sungguh enak dan merdu sekali suaranya. Namun kawan, apa yang dinyanyikan dalam bahasanya aku juga belum tahu. Apakah mengenai penindasan, kesewenang-wenangan, keserakahan manusia. Aku juga gak tahu. Bisa mungkin iya, bisa mungkin tidak. Itulah sebuah nyanyian seekor burung. Mengenai bahasa, makna dan harapan akan sebuah perubahan.
Seperti mahasiswa, yang selalu berjuang dan berjuang demi suatu perubahan. Ia bernyanyi dipinggir jalan, menyuarakan suara hati rakyat yang katanya tertindas. Ia berjuang dengan caranya. Mengecam pemerintah yang katanya gak adil, otoriter dan tak memperhatikan rakyatnya. Kadang aku juga muak dengan apa itu pemerintah, apa itu penindasan, kebohongan, otoriter. Aku muak. Tapi itula pemerintah. Ialah pemerintah orang yang memerintah?. Ha orang yang memerintah. Berarti, jika dia otoriter, menindas maka sudah wajar. Karena ia memerintah. Ia diberi otoritas untuk memerintah. Terserah kehendakanya kan….hehehe
Mengenai burung tadi, aku masih menyaksikannya, menari diatas ranting-ranting pepohonan. Ia kadang melompat dari satu ranting keranting lainnya. Ia kadang terbang, ia kadang juga turun ketanah. Itulah manusia dan itulah pemerinta. Ia sering bersafari keluar negeri untuk studi banding. Ia bahkan menghabiskan uang rakyatnya untuk memperkaya diri. Ia melompat-lompat kesana kemari, kadang meringkuk kebawah memakan hak rakyat, kadang terbang naik dan mengatakan bahwa akulah penguasa. Aku bisa berbuat apa saja.
Namun hari telah senja, dikala sang surya mulaiturun dari peranduannya. Dan beberapa burung mulai pergi dan menuju sarangnya. ia pulang untuk mengok keluarganya. Ia lepaskan mengenai perjuangan disepanjang hari dirumahnya. Ia tinggalkan sejenak semua rutinitasnya. Mengenai pemerintah, mengenai penindasan, ketidakadilan, keserakahan, lepaslah. Enyahlah dari dunia ini. tinggalkan kami. wahai penindasan, ketidak adilan pergilah jangan belenggu ibu pertiwi. Aku tak sudi melihatmu membelunggu bangsa ini. jika engkau tak mau, akan aku lawan. Aku akan melawanmu dengan caraku sendiri, hingga orang tiada yang tahu bahwa aku melawanmu. Jika aku mulai kalah nanti. Sudah kulepaskan semua dan kupasrahkan semua ini kepada Tuhan. Kepada Tuhan pemilik semesta alam.
Langit gelap, bulan datang dengan senyuman. Sementara burung kalong masih berterbangan menuju tempat pulang. Dan aku masih disini. Masih disini berusaha dan menunggu perubahan. Iya perubahan yang aku harapkan….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar