KEMBALI
PADA KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTORO
Sering
kali kita dengar anak putus sekolah lantaran biaya mahal. Sudah terlalu sering
kita dengar anak tidak mau sekolah lantaran gurunya galak. Kita juga sering
kali dengar ada penggusuran dan sengketa lahan-lahan sekolahan. Berita-berita
tersebut seakan menyesaki setiap sudut kehidupan kita. Menembus dan memekakkan
gendang telinga. Membuat mata kita pedas dihadapan televisi. Seakan pendidikan
adalah hak orang-orang kaya. Yang miskin tak kebagian tempat. Hanya
disudut-sudut jalan. Dilorong-lorong jembatan. Memadati setiap sudut kota.
Mereka mengais-ngais ilmu ditengah belantara melambungnya harga pendidikan.
Iya, harga pendidikan melambung. Kenapa aku menyebutnya harga pendidikan?.
Karena sekarang pendidikan tak ubahnya lahan bisnis yang menjanjikan. Ilmu
dapat berubah menjadi rupiah-rupiah yang mengalir ke kantong-kantong manusia
tamak.
Mungkin
kita harus menengok kebelakang, berbalik arah mengais-ngais sejarah mengenai
pendidikan. Terlalu naïf sistem pendidikan kita saat ini yang hanya
mengandalkan materi. Sudah selayaknya kita malu pada Ki Hajar Dewantaro yang
memiliki ide brilian berpuluh-puluh tahun lalu. idenya itu menjadi tulang
punggung pendidikan kita saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, konsep itu
mulai terkikis oleh peradaban modern.
Sudah
saatnya kita membuka lembaran demi lembaran konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantoro. Memahami, menyelami satu persatu. Beliau menerapkan konsep memanusiakan manusia dengan
tiga filosofi yang dikembangkan yakni nasionalistik, naturalistik, dan spiritualistik.
Sekarang pendidik kurang memiliki jiwa nasionalisme. Sehingga apa yang
diajarkan kepada anak didiknya jauh dari kecintaan terhadap negerinya. Tak
hayal jika suatu saat nanti bangsa ini mungkin akan mengalami kemunduran.
Sepertinya
anak didik sekarang berbeda dengan zaman dulu. Dikala lampau gaya pengajaran
yang kaku, tegas, dan selalu ada hukuman menjadi ciri khasnya. Tak hayal anak
didik takut dan apa boleh buat akan selalu patuh dengan apa yang dikatakan oleh
gurunya. Kini semua itu telah lenyap ditelan modernisitas. Lenyap hilang tak
berbekas. Jika ada seorang guru memarahi muridnya, menjewernya, memukul dengan
penggaris. Besok jangan harap guru itu dapat berlengga-lengga di sekolah.
Besok, Komnas perlindungan anak akan datang menyambanginya. Kini semua memang
berubah, tak hanya cara guru mengajar karakteristik murid juga mengalami
perubahan. Murid sekarang kadang tak mau diperintah guru. “ngengkel” orang jawa
bilang. Seolah tau dengan caranya sendiri. Seperti yang pernah saya hadapi
ketika mengajar dulu. Anak kecil sekarang memang sangat berbeda dengan ketika
zamanku. Jika tidak didik keras tidak tau adab, jika didik keras nanti akan
berhadapan dengan komnas perlindungan anak. Ini adalah pilihan dilematis.
Pilihan penuh risiko. Sudahlah hanya ada satu jalan kembali ke konsep
pendidikan ki Hajar Dewantoro yaitu memanusiakan manusia. Konsep ini mungkin
menjadi jalan untuk berbagai kendala yang muncul saat ini. dengan pendekatan
secara persuasive maka diharapkan akan membawa dampak yang signifikan.
Waktu
tak dapat diputar kembali untuk sekedar menyambangi kehidupan lampu. Waktu
terus berjalan mengiringi setiap langkah kehidupan. Kini tak ada jalan kecuali
untuk melawannya. Pendidikan kita saat ini terlalu beringas dan brutal. Akses
untuk mendapatkannya terlalu sulit. Apalagi perguruan tinggi. Hanya seribu satu
orang miskin dan benar-banar miskin untuk dapat mencicipi perguruan tinggi.
Dana besar yang digelontorkan oleh pemerintah kemana saja. 20% dari APBN
katanya digunakan untuk pendidikan, lantas dimana hasilnya. Kenapa masih ada
anak yang tak dapat pendidikan. Seperti apa yang dilaporkan UNESCO “Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara
dalam Education Development Index. Bahkan pada tahun 2010 usia sekolah yakni
7-15 tahun yang terancam putus sekolah sebanyak 1,3 juta. Sungguh angka yang
fantastis ditengah tingginya subsidi pendidikan yang digelontorkan oleh
pemerintah. Tak usah kita terlalu berharap untuk dana yang begitu besar itu.
yang kita harapkan adalah kesadaran akan para petinggi negeri untuk semua itu.
Kini yang kita perlukan adalah keberanian dalam setiap
tindakan untuk mencapai tujuan. Pendidikan yang kita butuhkan saat ini adalah
pendidikan yang dapat mengangkat harkat martabat bangsa. Kita harus kembali
pada konsep pendidikan yang diutarakan oleh Ki Hajar Dewantoro yaitu
memanusiakan manusia. Dengan begitu maka keberlangsungan pendidikan akan dapat
tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar