REUNI
BABAK 1
Sebelumnya aku sampaikan beribu
maaf jika dalam tulisan ini menyinggung perasaan teman-teman semua…..salam
hangat persahabatan kita :D
Kringggggg…kringggg…..kringggggg……..
Terdengar suara HP yang berbunyi
nyaring. Seakan dapat memekakkan telinga siapa saja. Suaranya seperti deru
kendaraan. Menderum-derum tiada henti. Kuambil dari ujung tempat tidurku. Ku
buka.
“ah, aku lupa, ini kan”
Segera aku bangun dari tempatku
tidur dan melihat kalender yang terpasang tepat disamping kanan pintu kamarku.
Kulihat lekat-lekat hari ini. Terlihat tanggal yang tertera di kalender, 29
Februari. Oh ini kan tanggal yang kita rencanakan dulu.
Segera aku SMS satu persatu dari mereka.
Apakah pada ingat hari ini. Hari yang telah direncanakan bahwa kami akan mengadakan
reuni. Segara aku pun menyiapkan semuanya untuk melaju ke Jogja. Walaupun hari
ini ada keperluan sedikit, namun harus aku tinggalkan karena ini adalah janji
yang telah lama. Aku ingat janji adalah hutang, maka dari itu harus ditepati.
Kereta melaju dengan kencang
meninggalkan kotaku yang rindang. Terus berjalan melewati belantara perumahan,
pesawahan, ramainya kota dan rindangnya pegunungan. Aku telusuri sudut-sudut
pandangan ini. Aku teringat beberapa tahun lalu ketika masih pertama naik
kereta. Aku teringat beberapa tahun lalu ketika bertemu seorang sahabat di
gerbong kereta ini. oh waktu itu terasa cepat sekali. Hingga meninggalkan
kenangan-kenangan indah yang tak terlupakan.
Seorang tua duduk didepanku.
Terlihat rambutnya yang mulai dipenuhi uban. Hitam putih tak jelas. Aku melihat
wajah nan keriput itu. Ia terlalap tidur ditemani mimpi yang menyambutnya.
Pikiranku pun melayang sekitar 5 tahun silam ketika berada dalam suatu ruang
dan dimensi watu yang lain.
Disudut kelas, seorang anak
manusia. Seorang terpelajar tertidur pulas dengan mimpinya. Ditengah samudra
ilmu yang di ajarkan oleh seorang dosen ia malah menikmati samudra mimpinya.
Menyelam entah kemana ia pergi. Meninggalkan kami yang tengah bergelut dengan
logika, kaidah ilmiah, dan teori-teori yang kemudian aku kenal dengan ilmu
perikanan. Aku bergelut, mereka bergelut, dan yang satu ini juga bergelut.
Namun ia bergelut dengan mimpinya. Oh, apa yang kau lakukan kawan.
Ia masih tertidur pulas. Dan tak
lama berselang seorang dosen yang aku tak berani menyebutkan namanya, menerangkan
dengan suara agak kencang. Seakan ia dipanggil seseorang, ia pun terbangun dan
mengacungkan tangannya.
“apa maksudmu dek?” tanya seorang
dosen padanya
“bapak mengabsen saya kan?”
jawabnya dengan wajah sedikit bingung
Pecah riuh kelas itu. semua
tertawa terbahak-bahak. Mencekik ruang kelas. Terlihat mukanya memerah
memendarkan darah yang mulai naik keatas. ia bingung. ia malu. Ia salah
tingkah.
“bapak tidak mengabsenmu”
Terdengar derit dari lokomotif.
Kereta mulai berjalan pelan diatas rel yang telah ada. Seperti perjalanan
manusia diatas dunia ini. Hanya mereka yang mengikuti koridor-koridor yang benarlah
yang sukses. Aku lihat diluar sana. Ratusan orang mulai memadati stasiun. Ada
yang berjalan kearah utara ada juga yang berjalan kearah selatan. Ada juga yang
tergesa-gesa kesana kemari. Kuamati wanita itu, ia berjalan kearah utara, tak
lama berselang kembali lagi keselatan. Tas ia bawa lumayan besar. Kasihan juga
kalau terus melihatnya.
Aku teringat pada sahabatku. Yang
sering tergesa-gesa, yang sering bingung sendiri dan tak tahu sebabnya. Disudut
kampus itu, perkuliahan sudah selesai. Kini tinggal praktikum yang harus
dilakukan. Dibawah, iya dikolam bawah, sekitar 20 mahasiswa tengah sibuk
bermain-main dengan ikan. Ada yang mengukur panjang dan beratnya (seperti
petugas posyandu… :D). ada yang mengukur pH, DO, Alkalinitas (seperti anak
kecil yang sedang bermain air yang diberi pewarna), ada yang menguras bak
(seperti petugas PDAM saja). Namun ditengah kesibukan itu, seorang terpelar
kebingungan lantaran HP nya hilang. Sekali lagi aku gak berani nyebutin
namanya, entar ada yang tersinggung. Ia bingung bukan kepalang. Ia berjalan
kesana kemari seperti setrika saja. Atau mungkin seperti orang yang sedang
ngukur jalan. Kubiarkan ia, karena memang aku gak tahu.
“sudah lah, tenangkan dirimu sebentar”
“aduh, HP ilang kok disuruh
tenang” sembari berjalan kesana kemari. Tak karuan
“iya tenanglah sebentar, duduk
disini dulu. Terus ingat-ingat tadi kamu taruh dimana?”
Kereta pun melaju kembali
meninggalkan stasiun Solo yang tengah dipadati para manusia-manusia penempuh
kehidupan. Kereta terus melaju menuju Jogja. Meninggalkan perempuan yang
kebingungan tadi. Dan mengingatkanku akan seorang sahabat yang sering bingung
sendiri. Walaupun aku sendiri juga sering seperti itu.
Inilah manusia dengan kisahnya.
Selalu memberikan inspirasi, kesan, dan pelajaran yang dapat dipetik. Manusia
terus berjalan dalam lubang-lubang kegelapan ia nyalakan lilin kedamaian untuk
meneranginya. Dalam kerasnya batu cobaan ia mencoba untuk memecahkannya dengan
berbagai cara.
“seorang terpelajar harus juga berlaku
adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan” (Pramoedya Ananta Toer :
Bumi Manusia)
NB : cerita diatas adalah fiktif
belaka dan imajinasi manusia biasa. Manusia yang penuh kilaf dan salah ini
mencoba untuk mengukir imajinasi dari adanya intuisi untuk sebuah hari esok
yang berarti.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar